Lifestyle

Bergulat dengan UAS ala Atlet Gulat

Berbagai macam cara belajar dilakukan mahasiswa agar dapat memahami materi yang diujikan. Terutama jika Anda seorang atlet gulat dan kerap repot ketika menghadapi ujian tertulis. (Sumber foto: twitter.com/papang96)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Memasuki masa ujian akhir semester (UAS) mahasiswa mulai memadatkan waktunya dengan belajar demi nilai yang memuaskan. Berbagai macam cara belajar dilakukan mahasiswa agar dapat memahami materi yang diujikan. Terutama jika Anda seorang atlet gulat dan kerap repot ketika menghadapi ujian tertulis.

“Hiburannya saya tuh kalau lagi jenuh, saya lari ke tempat latihan. Tempat latihan itu sebagai pelampiasan unek-unek di pikiran dan di hati saya. Kalau lagi jenuh, lagi kesal, lagi jengkel sama orang, ya, dibawa latihan saja,” kata Papang Ramadhani, mahasiswa prodi Penjaskes sekaligus atlet gulat.

Dalam belajar, Papang nyaman dengan cara menghapal dan untuk itu sistem kebut semalam alias SKS selalu jadi andalannya. Cara ini cukup efektif karena terbukti langsung masuk di otaknya. Bagi Papang, cara belajar SKS bisa diandalkan dengan memaksimalkan hafalan saat di malam hari.

“Cuma tergantung mental kita, kalau saat ujian kita tegang dan panik, ya, apa yang kita pelajarin malah enggak bisa. Kayak kita sudah belajar teknik dari pelatih tapi saat lomba kita tegang, ya, enggak bisa,” ucapnya.

Papang beruntung selama ini jadwal kegiatan gulat dan UAS tidak pernah berbenturan. Waktu mengikuti karantina pun dia memiliki jadwal latihan pada pagi dan sore hari. Bersisian pas dengan UAS di prodinya yang biasa berlangsung pada pukul 9 pagi hingga 3 sore.

Di gulat karier Papang pun cukup malang melintang. Pada 2013 ia hadir sebagai atlet untuk Kejurnas di Jember. 2014 mengikuti POPROV Kaltim yang Samarinda sebagai tuan rumah. Tahun 2015 ketika sedang sibuk-sibuknya dengan program pengalaman lapangan (PPL) dan KKN, Papang mengikuti Kejurnas Pra-PON di Malang. Kemudian diikuti dengan diutusnya dia di PON Jabar 2016 lalu.

Meski begitu, gulat mau tidak mau akhirnya menyita waktu perkuliahan Papang juga. Ia kini sudah semester sembilan dan cuma bisa berpesan kepada skripsinya, “Saya tinggal dulu, ya.”

“Kalau punya kegiatan lain atlet seperti saya, bisa dua-duanya berjalan seimbang. Kalau tidak, dua-duanya tetap bisa berjalan walaupun salah satu ada yang (akan) tertinggal. Contohnya kayak saya, dalam penyelesaian skripsi saya tinggal dulu dan fokus ke event besar lalu selesaikan yang belum selesai,” ujarnya.

“Apa yang diperoleh alhamdulillah medalinya emas semua. Alhamdulillah dari semester 1-9 saya enggak ada ngalami hambatan dalam proses perkuliahan,” pungkasnya. (adn/wal)



Kolom Komentar

Share this article