Hari Besar

Hari Hewan Sedunia: Melihat Keselarasan Manusia dan Hewan Saat Ini

Setiap 4 Oktober ditetapkan sebagai Hari Hewan Sedunia

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Kompasiana.com

SKETSA - Setiap 4 Oktober ditetapkan sebagai Hari Hewan Sedunia. Awal dimulainya peringatan Hari Hewan saat itu dari adanya perjamuan yang diadakan oleh sang pencinta alam dan pelindung hewan serta lingkungan Francis of Assisi. Setelah perjamuan itu dilaksanakan, beberapa gereja melakukan berbagai pemberkatan terhadap hewan sebagai bentuk kegiatan untuk agama Kristen.

Namun, sekarang Hari Hewan dirayakan oleh seluruh pencinta hewan. Kini kita dapat merasakan peringatan hari tersebut karena dirayakan dari berbagai latar belakang masyarakat yang menyukai hewan. Tak hanya dari agama atau kelompok tertentu.

Adapun tema Hari Hewan yang diangkat tahun ini ialah “Forests and Livelihoods: Sustaining People and Planet" atau “Hutan dan Mata Pencaharian: Mempertahankan Manusia dan Planet”.

Acara yang kerap dilakukan seperti pengumpulan dana, bazar, lokakarya yang diusung berbagai kelompok, seperti tim penyelamat binatang dan berbagai organisasi satwa liar. Mereka juga menjadikan perayaan itu sebagai ajang apresiasi terhadap individu, sekelompok orang, atau lembaga yang dianggap telah memberikan kontribusi terbaik pada dunia hewan. Hal tersebut dilakukan banyak negara salah satunya Finlandia.

Peringatan Hari Hewan kali ini juga tak terlepas dari fakta dan kesadaran manusia akan penting dan dibutuhkannya cinta sesama makhluk hidup. Kesadaran bahwa rusaknya habitat untuk aktivitas manusia, percobaan di dunia kosmetik, maupun eksploitasi yang dibalut dalam kuliner.

Dalam memperingati Hari Hewan ini banyak sekali yang dapat kita lakukan seperti memberikan edukasi terkait hukum hewan, memberikan donasi kepada tempat pelestarian hewan langka, jangan membeli produk yang mengeksploitasi hewan. Jangan pula memelihara hewan langka atau dilindungi, membangun komunitas pencinta hewan untuk menyelamatkan hewan. Kecintaan terhadap hewan bisa juga dibuktikan dengan melakukan adopsi atau memberi makan untuk hewan yang terlantar.

Di Indonesia sendiri hewan belum terlalu menjadi perhatian masyarakat. Terbukti dari beberapa kejadian yang sempat diperdebatkan, yaitu larangan mengonsumsi anjing, sebab beberapa menganggap anjing bukanlah hewan untuk dikonsumsi. Terlebih potensi rabies yang dapat ditimbulkan. Namun, banyak kalangan masyarakat kadung terikat dengan kultur setempat. (ahn/rst)



Kolom Komentar

Share this article