Hari Besar

Hari Ayah Nasional, Hari Spesial Sosok Kebanggan Keluarga

Hari Ayah Nasional, 12 November 2019.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: finroll.com

SKETSA - Sosoknya lebih dikenal sebagai kepala keluarga, si pencari nafkah untuk anak dan istrinya. Tapi lebih dari itu, dia juga punya tanggung jawab untuk menjaga dengan penuh kasih sayang.

Dia Ayah, entah apalah sebutannya. Ada yang menyebut Bapak, Abah, Abi, Papa, Babe, dan masih banyak lagi. Tapi, tahukah kamu, 12 November diperingati sebagai Hari Ayah Nasional. Ya, bukan cuma ibu saja yang punya hari spesial, ayah juga memiliki hari spesial untuk dirayakan bersama.

Siapa sangka, Hari Ayah hadir dari 'surat untuk Ibu'. Hal ini terjadi ketika Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP), sebuah paguyuban satu hati lintas agama dan budaya, mengadakan 'Sayembara Menulis Surat untuk Ibu' di Solo, Jawa Tengah pada 2014 lalu.

Muncul pertanyaan, lalu bagaimana sayembara menulis untuk ayah? Sejak saat itu Hari Ayah mulai diperingati di Indonesia. Berbicara tentang Hari Ayah, bagaimana sih orang lain melihat sosok ayah?

Ayah, bagi Rizki Amalia Oktarina merupakan sosok yang dalam hidupnya memikul beban sekaligus amanah yang luar biasa. Bagi gadis yang akrab disapa Kiki ini, ayah bertanggung jawab atas seorang wanita yang menjadi istrinya, dan anak-anak yang menjadi penerusnya.

"Mungkin kedengarannya biasa, tapi kita tidak pernah benar-benar mengerti sampai kita menjadi seorang ayah," kata Kiki, Selasa (12/11).

Saat ini Kiki tinggal terpisah dengan kedua orang tuanya karena pekerjaan. Dia harus menyelesaikan kuliahnya di Unmul. Karena jarak, Kiki sering merasa rindu kebiasaan yang dilakukan saat berkumpul dengan keluarga.

"Kangen solat jamaah, terus bapak yang imamin, terus di akhir solat aku, mama dan adik cium tangan bapak bergantian," kenang mahasiswi Ilmu Komunikasi 2016 itu.

Sementara itu, Wahyu Prasmana punya kisah lain dengan ayahnya. Sama-sama pendiam membuat dia tidak begitu dekat dengan ayahnya. Meski begitu bukan berarti mereka tak saling menyanyangi. Tapi, mereka punya cara tersediri untuk saling mengerti, seperti saat memulai obrolan soal kuliahnya di Samarinda.

Pria yang biasa disapa Pras ini, memang tidak tinggal dengan kedua orang tuanya. Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi 2017 ini merantau ke ibu kota Kalimantan Timur untuk melanjutkan pendidikannya. Diakui Pras, banyak hal yang membuat dia kagum pada sosok yang menurutnya kuat.

"Banyak yang buat kagum. Dia pekerja keras, dia gak bisa diam. Ada aja yang dia lakukan, kayak berkebun, merawat lingkungan rumah," sebut mahasiswa asal Muara Muntai, Kutai Kartanegara itu.

Selain itu, ayah Pras juga sangat mendukung apa yang menjadi pilihan anaknya. Dia dibebaskan untuk melakukan apa yang disukainya, selama semua itu positif. Tidak ada tuntut menuntut menjadi ini dan itu, yang ada hanya harap agar selalu ingat kedua orang tuanya di kampung halaman.

Lain lagi dengan Aji Ahmad Affandi, yang memiliki hobi yang sama dengan ayahnya. Bak kata pepatah buah tak jauh jatuh dari pohonnya, mereka sama-sama suka memancing, bermain game, dan bermain catur. Dikatakan Aji, ayahnya merupakan sosok yang selalu menjadi inspirasi bagi dia.

"Beliau sangat sayang kepada keluarganya selalu berkorban, tapi nggak pernah ngeluh. Intinya dia itu jago main catur, pintar strategi," ujar Aji.

Mahasiswa Fakultas Hukum 2017 ini kemudian membagikan kisah unik dengan ayahnya. Kala itu, dia berkelahi dengan temannya, dan diincar oleh kakak kelas, katanya mau dikeroyok. Sehingga Aji tak berani ke sekolah lagi, dia bahkan sempat menangis karena ketakutan.

Ayah yang melihat kejadian itu datang menghibur Aji dengan iming-iming mancing bareng. Dia ikut, namun arah perjalanan berubah, bukan ke sungai tapu ke sekolah. Ternyata benar sang ayah pergi ke sekolah dan langsung menuju ke kelas kemudian mencari anak yang ingin mengeroyok Aji.

"Siapa mau keroyok Aji?" tanya Ayah, seperti ditirukan Aji.

Mendengar itu, semua isi kelas menunjuk satu murid yang berencana mengeroyok Aji. Dia kemudian menangis karena dimarahi ayah Aji, mereka akhirnya berdamai dan berteman kembali. Sepenggal cerita yang membuat Aji menjadi rindu akan suasana kampungnya di Desa Labangka Barat, Kabupaten Penajam Paser Utara.

Di momen Hari Ayah ini, Aji kembali diingatkan dengan berbagai kegiatan yang sering dia lakukan bersama ayahnya. Dia kemudian menyampaikan kerinduannya pada ayah.

"Ayah, aku kangen mancing bareng, kangen main catur bareng, aku kangen main game bareng. Anak-anakmu selalu bangga sama kamu," pungkasnya. (wil/len)



Kolom Komentar

Share this article