Event

Seminar Nasional FPIK Sambut Indonesia Poros Maritim Dunia

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unmul gelar seminar nasionalnya Selasa (10/10) dengan mengusung tema “Strengthening Tropical Fisheries Management and Maritime Development in The Rain Forest Environment”. (Foto: Adel)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Siapa yang masih meragukan kekayaan alam Indonesia? Sadar tak hanya tersebar di darat, kehidupan dunia laut sebagai aset berharga negara juga terus dimaksimalkan. Hal ini menjadi salah satu alasan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unmul menggelar seminar nasionalnya Selasa (10/10) dengan mengusung tema “Strengthening Tropical Fisheries Management and Maritime Development in The Rain Forest Environment”.  

Bertempat di gedung Auditorium Unmul, seminar yang dirangkai dengan pelantikan Forum Pemuda Bahari Indonesia (FPBI) Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Kaltim ini menghadirkan sejumlah pembicara menarik yang dibagi ke dalam dua sesi. Seminar dimulai dengan keynote speech oleh Sulistiono dosen FPIK dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Kemudian dilanjutkan dengan sesi panel yang dipimpin moderator Sumaharjo.

Diisi oleh tiga pembicara, di antaranya Zairin Zain Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapedda) Provinsi Kaltim. Membahas seputar kemaritiman, yakni memperkuat pengelolaan perikanan tropis dan pembangunan kemaritiman.

Dilanjutkan oleh Pembina FPBI, Gusti Noorlita, yang berbicara mengenai muatan daya saing sektor perikanan dari segi pemasaran. Terakhir, oleh Syafei Syidiq, guru besar FPIK Unmul  menyampaikan kebutuhan riset strategis dalam rangka memperkuat perkembangan maritim. Usai sampaikan materi masing-masing, dilakukan sesi tanya jawab dengan para audiens sebelum menutup rangkaian agenda seminar.  

Bambang Indratno Gunawan selaku ketua panitia acara menyatakan seminar ini merupakan salah satu langkah untuk wujudkan visi pemerintah pusat yang berniat menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.  

“Potensi perikanan dan kemaritiman di Kaltim ini sangat besar dan termasuk ke dalam segitiga karang dunia. Tapi, sayangnya kita belum menggali secara maksimal,” tutur Wakil Dekan I FPIK itu.  

Melihat banyaknya mahasiswa yang hadir, ia mengaku tak menyangka. Terutama antusias mahasiswa dalam bidang kemaritiman. “Ini cukup surprise. Dalam FPBI juga mayoritas berasal dari mahasiswa FPIK, mereka memerlukan wadah strategis untuk menciptakan program-program,” paparnya.  

Dalam rangka menjalankan peran perguruan tinggi, Bambang mengharapkan dengan adanya seminar ini nantinya FPIK mampu menangkap isu-isu perikanan tropis dan kemaritiman serta menghasilkan rumusan perikanan tropis berbasis Pola Ilmiah Pokok (PIP) Unmul.

“Pola Ilmiah Pokok Unmul adalah hutan hujan tropis dan lingkungannya. Lingkungan hujan tropis salah satunya ada di perikanan. Jadi perikanan tropis yang kita maksud untuk mendukung pola pokok ilmiah Unmul,” jelasnya.

Senada dengan Bambang, Sulistiono menilai partisipasi mahasiswa cukup bagus. “Atmosfir akademik seperti ini harus dibangun, menggambarkan masa depan perikanan terutama di Kaltim,” ujarnya saat ditemui Sketsa.

Ia mengharapkan keilmuan Unmul dapat terus meningkat. Terlebih Kalimantan termasuk bagian perbatasan dengan Malaysia (border area). Menurutnya hal ini menjadi kajian ilmu yang unik untuk mengelola perikanan dan kelautannya. “Kalimantan ini juga laboratorium dunia, tapi anehnya banyak yang belum tahu,” pungkasnya. (bip/adl/wal)



Kolom Komentar

Share this article