Event

Menebar Bibit-Bibit Sociopreneur

BEM FISIP dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) PT Kaltim menggagas seminar bertemakan, "Membangun Generasi Muda Kaltim Berjiwa Wirausaha Berbasis Sosial”. (Foto: Amelia Rizky Y.)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Pagi tadi di Gedung Serbaguna rektorat lantai 4 diadakan seminar daerah. Tema yang diangkat ialah “Membangun Generasi Muda Kaltim Berjiwa Wirausaha Berbasis Sosial”. Ratusan mahasiswa datang meramaikan acara yang digagas oleh BEM FISIP dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) PT Kaltim itu.

Dalam seminar itu berkali-kali diulang istilah sociopreneur. Sesuatu yang barangkali masih cukup asing untuk didengar. Sociopreneur adalah suatu kegiatan wirausaha berbasis bisnis, namun dengan tujuan utama menciptakan social effect guna meningkatkan taraf hidup masyarakat menengah ke bawah.

Generasi muda menjadi target sasaran bibit-bibit sociopreneur ini. Sayangnya, keinginan untuk bergerak melakukannya masih sangat minim. “Karena memang sangat kurang bidang-bidang ekonomi yang dijalankan oleh wirausaha-wirausaha di Kaltim berbasis sociopreneur,” kata Nur Hariyani, Presiden BEM FISIP.

Seminar itu mestinya dihadiri oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Syarifah Hudayah namun batal karena yang bersangkutan melakukan kunjungan kerja dinas. Sedangkan Dayang Donna Walfiares Tania Faroek, Ketua Umum BPD HIPMI Kaltim, juga urung hadir karena ibundanya sedang sakit. Maka untuk menggantikan keduanya, ditunjuk Robiansyah dosen FEB dan Widi Aseno sebagai pemateri Wakil Ketua HIPMI Bidang Industri Kreatif.

Saat memasuki sesi diskusi, situasi berjalan cukup interaktif. Sejumlah peserta mengacungkan tangannya untuk bertanya. Salah satu pertanyaan yang terlontar adalah tentang bagaimana proyek sosial bisa terus eksis berjalan. Pertanyaan itu dijawab pertama oleh Widi Aseno.

“Proyek sosial itu butuh tiga hal. Pertama, konsistensi. Lalu bertanggung jawab, dan terakhir keinginan kuat,” ucapnya.

Robiansyah kemudian menambahkan, bahwa ada tiga kiat melakukan proyek sosial. Menurutnya, tidak hanya konsisten, tapi pelaku proyek sosial mesti inovatif dan memperluas relasi. Kemudian, ketekunan juga menjadi kunci langgengnya suatu proyek sosial.

“Ketekunan itu wujudnya transasksi, terus berinteraksi, dan berusaha menjadi institusi formal. Jangan hanya puas dengan komunitas. Karena makin formal sesuatu, makin bertahan lama sesuatu itu karena ada keseriusan,” terangnya.

Ditemui usai acara, Jainal Arifin, dari Divisi Networking Klinik Jalanan mengungkap apresiasinya untuk seminar hari ini. Ia merasa termotivasi sekaligus mengajak kaum muda untuk bangkit melakukan aksi nyata. Ia berharap selanjutnya akan ada pelatihan, tidak melulu seminar.

“Seminar daerah hari ini sangat bagus, ya. Karena memang di Kalimantan ini kita butuh pemuda yang punya inisiatif dan punya kepekaan sosial. Kita jangan menunggu pemerintah saja. Kita perlu bergerak untuk membantu masyarakat. Terlalu banyak permasalahan sosial, hanya saja selama ini kita hanya mengeluh. Tidak ada aksi nyata. Dan, seminar itu baik, tapi pelatihan jauh lebih baik,” tukasnya.

Sementara itu Armin Beni selaku penanggung jawab acara seminar mengatakan bahwa BEM FISIP dan HIPMI ke depannya akan terus berusaha bekerjasama. “Tidak hanya sampai di sini, tapi dalam proyek sosial ke depannya mudah-mudahan bisa,” ujarnya.

Pada pukul 12.00 Wita acara itu berakhir dan ditutup keriangan foto bersama. (bip/asr/aml/wal)



Kolom Komentar

Share this article