Event

Mendalami Topik Feature di Kampung Bandar Senapelan

Para peserta Kenal Sastrawi III sedang berfoto bersama.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Dokumen Pribadi

SKETSA - Berlatih menulis feature harus dilakukan dengan tekun dan mendalami tiap topik yang dipilih, untuk menampilkan kedalaman informasi dan intisari yang ingin disampaikan pada pembacanya.

Hari kelima Kenal Sastrawi III pada Minggu (21/7) menyambut Basilius Triharyanto sebagai pemateri kedua. Sambil kembali mengingat mengenai materi feature yang telah peserta dapatkan sebelumnya, ia mengenalkan kami kepada penulisan narasi yang baik untuk mendalami feature dan topik yang akan diangkat. Tentu saja salah satunya dengan riset secara langsung di lapangan. Setiap peserta kemudian diminta untuk memilih topik dan mempersiapkan outline agar lebih siap menyusun feature.

Usai makan siang, seluruh peserta kembali ke Kampung Bandar, Senapelan untuk melakukan riset lapangan dengan topik yang telah ditentukan oleh masing-masing peserta. Ada yang memilih untuk pergi ke Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dan Gudangnya, Rumah Tenun, dan menjajal kuliner lama khas Kota Tua, Pekanbaru.

Salah satu kuliner yang kali ini dikunjungi adalah bubur ayam khas Pekanbaru dari Kedai Kopi Alun8. Terletak di Jalan Ir. H. Juanda yang telah hadir sejak era 80-an, kedai ini masih mempertahankan bangunan aslinya yang dibangun dengan cara yang unik. Sang pemilik kedai, Rudianto Teng yang akrab disapa dengan sebutan Ko Ung menyambut dengan senyum yang ramah. Dengan tangan terbuka ia mempersilakan peserta masuk dan menempati tempat yang nyaman untuk melakukan sesi wawancara.

Selain menjual bubur ayam khas Nagoya dan kopi hitam, konsep dari Alun8 adalah stand kuliner peranakan. Kuliner seperti lontong pagi, mi pangsit, kwetiau goreng, nasi goreng dan sate padang tersedia di sini. Meskipun tidak semua stand dimiliki oleh etnis Tionghoa, namun perasaan hangat tetap muncul sebagai pemersatu kuliner mereka.

Sejarah Bubur Ayam Nagoya Alun8

Sesekali menyesap rokok, Ko Ung menceritakan sejarah bubur ayam mereka. Pada 1972, kehidupan serba kesusahan, sehingga Ayahnya memulai untuk meracik bumbu dan kemudian menciptakan resep yang menjadi cikal bakal bubur ayam Nagoya khas mereka.

Kemudian, pada 1977 bubur ayam ini dijual secara food stand di sebuah kedai kopi bernama Kedai Kopi Wahyu. Dirinya yang masih duduk dibangku kelas 6 SD mulai membantu sang ayah untuk menjalankan bisnis bubur ayam hingga lulus dari Sekolah Teknik Menengah. Usai lulus, ia merantau ke berbagai tempat, dan sang abang meneruskan usaha ayah mereka.

Setelah pulang merantau, muncul kekhawatiran pada dirinya mengenai bubur ayam warisan ayahnya. Banyak sekali warung bubur ayam yang telah buka, sehingga ia khawatir bahwa peninggalan berharga sang ayah akan terlupakan. Maka Januari 2019, ia melanjutkan resep warisan ini dengan membuka Alun8. Nama Alun8 sendiri diambil dari nama sang ayah, Alun, dan angka 8 merujuk pada dirinya yang adalah anak kedelapan.

Terkait siapa penerus dari resep ini setelah dirinya, ia menuturkan bahwa anak perempuan tertuanya adalah kandidat terkuatnya.

“Meskipun nanti saat masak dia kesulitan karena barang-barang di dapur semuanya berat,” ungkap sedikit kekhawatirannya.

Setelah semua peserta menyelesaikan riset lapangan, mereka berkumpul di taman terbuka dan berfoto bersama Pekanbaru Heritage Walk yang telah memandu mereka selama dua hari di Bandar, Senapelan.


Ditulis oleh Christnina Maharani, Delegasi LPM Sketsa Unmul.



Kolom Komentar

Share this article