Event

Efek Bermedia dan Terobos Mental Blok

Seminar jurnalistik (22/4), oleh HMJ Akuntansi, FEB Unmul menghadirkan dua pemateri ahli. Salah satunya, Nurliah, Perwakilan Komisi Penyiaran Daerah Indonesia.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


“Hanya perlu satu buku sebagai bukti Anda pernah hidup! Selama Anda belum menulis buku, Anda akan hidup gentayangan,” cetus Endro Surip Efendi, Wakil Pemimpin Redaksi Kaltim Post itu. Untaian kalimat itu, satu dari rentretan kalimat yang tersaji dalam materi penulisan bertemakan Simple  Writing with Mind Technology. Merupakan agenda Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntasi, seminar jurnalistik ini diadakan Sabtu (22/4) di Ruang Serbaguna, lantai 1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Adapun, selain Endro, pemateri lainnya dari Perwakilan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Nurliah. Membahas perihal media, cara kepenulisan, serta bedah tulisan jadi tiga materi yang dikolaborasi apik oleh dua pemateri tersebut. Sedari pukul  09.00 sampai 13.30 Wita, tawa peserta lepas berulang-kali, terutama kala tulisan tiap peserta seminar dibedah oleh Endro.

Nurliah, yang lebih dulu memaparkan materi tentang pentingnya media massa di era digital. Baginya, generasi muda perlu meningkatkan jumlah teman mereka di media sosial. “Followers media sosial pribadi kita penting ditingkatkan. Itu agar wawasan pemikiran kita dapat disebarluaskan kepada orang banyak,” sarannya. Menurutnya, akan ada keuntungan luar biasa jika hal tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik.

“Ada loh mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Unmul bernama Alfy Saga yang nge-top melalui Instagram. Alfy bahkan telah meraup 35 juta dari ketenarannya sebagai selebgram,” sebut Dosen Ilmu Komunikasi, FISIP Unmul ini.

Meski menjanjikan, ia juga mewanti-wanti generasi muda agar tetap hati-hati menggunakan media sosial. Berlakunya UU ITE saat ini bisa saja menjerat siapapun jika posting-an tersebut melecehkan suatu pihak, dan pihak tersebut merasa tidak terima.

Berbeda, Endro fokus mengulik materi kepenulisan ini, benar-benar menyoroti "mental blok" yang kerap dipelihara calon penulis. Rasa malas menjadi alasan klasik, termasuk dalam menulis skripsi bagi mayoritas mahasiswa. 

Seseorang memiliki mental blok ditandai dengan, kemauan yang kurang, tidak memiliki rasa percaya diri, bahkan trauma pada masa lalu. Meski menyoroti mental blok calon penulis, Endro pun tak segan membagi ilmu menulis yang mahal untuk dipraktikan. Caranya, dengan mengunakan poison pen.

"Anda tulis semua unek-unek di kertas putih. Contoh Anda benci seorang dosen, tulis saja rasa jengkel Anda sebanyak apapun, sebanyak apapun! Setelah itu bakar kertas tadi, jangan sampai tersisa, buat jadi abu. Ini ilmu mahal loh. Saya belajar ilmu ini saja bayar 12 juta, tapi kalian sekarang dapat dari saya gratis," papar pria yang juga mahir menghipnoterapi orang ini.

Selain pola poison pen, ada lagi contoh untuk mengatasi mental blok versi Endro.  “Saya mau tanya, tahun berapa target anda lulus kuliah? Kemudian lebih spesifik, sebutkan juga bulan lulusnya. Sudah? Kunci jawaban itu! Sekarang saya tanya lagi, apakah Anda yakin dengan target anda? Yakin 100 persen? Ada yang tiba-tiba berubah jadi tidak yakin, ayo angkat tangan,” tanya Endro bertubi-tubi pada peserta.

Cara ini demi membulatkan mental dan berdamai dengan batin. Sebab, tutur Endro sebanyak dan selama apapun seminar penulisan seperti ini diadakan, tetap saja tidak membuat orang pandai menulis jika mental blok ‘langgeng’ dipertahankan. Oleh, karenanya membiasakan untuk menghadapi lebih baik ketimbang berdiam diri, terpaku rasa minder.

Harapan digelarnya seminar ini terang Ketua Umum HMJ Akuntansi, Sofiyanti Ardi Niyingsih mahasiswa tentu lebih memahami dan menggunakan media sosial, maupun media lainnya dengan baik pun menghasilkan manfaat. (dan/jdj)



Kolom Komentar

Share this article