Event

BEM FKIP Dorong Pemerintah Atasi Anak Jalanan di Samarinda

Diskusi pendidikan dan anak jalanan oleh BEM FKIP hari ini (25/08)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Permasalahan maraknya anak jalanan (anjal) di Samarinda jadi perhatian banyak pihak. Salah satunya, BEM FKIP Unmul. Mengundang sejumlah narasumber, BEM FKIP coba mencari solusi jitu untuk menangani pendidikan dan maraknya jumlah anjal di ibukota Kaltim, Kamis (25/8).

CEO Klinik Jalanan Haerdy Pratama Wijaya selaku narasumber dalam kesempatan tersebut mengatakan, saat ini di Samarinda setidaknya terdapat 86 anjal. Mayoritas di antaranya putus sekolah. Sehari-hari mereka mencari uang di persimpangan jalan. Seperti simpang Mal Lembuswana, Sempaja, Basuki Rahmat, dan Otto Iskandardinata Samarinda Seberang.

“Kondisinya mereka (anjal, Red.) memprihatinkan, DISSOS (dinas kesejahteraan sosial) seperti tutup mata. Mereka jadi benar-benar terlantar!” kecewa Haerdy di depan peserta yang hadir.

Seperti diketahui, gerakan sosial Klinik Jalanan yang digagas Haerdy sebelumnya sempat diundang Trans7 untuk menjadi narasumber di acara Hitam Putih. Dalam kesempatan tersebut, Haerdy menceritakan berbagai fenomena yang dialami anjal, khususnya yang berada di Kota Tepian. Salah satunya kebiasaan buruk anjal yang memprihatinkan, kata Haerdy, adalah kecanduan menghirup inhalan alias lem.

“Selama ini DISSOS saja tidak punya data pasti berapa jumlah anjal? Bagaimana DISSOS mau mengatasinya? Ada keseriusan atau tidak?” kesal Haerdy.

Tak ingin pusing menuntut DISSOS yang tak kunjung melakukan gerakan, mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Farmasi Unmul itu menyatakan, saat ini ia bersama tim Klinik Jalanan sedang menggalang donasi dari masyarakat di seluruh Indonesia melalui website crowdfunding kitabisa.com. Adapun, donasi yang dikumpulkan, sebut dia, sebesar Rp 15 juta. Duit itu rencananya bakal digunakan untuk membuat workshop sablon untuk dikelola langsung oleh anak jalanan.

“Sampai saat ini dana yang terkumpul baru Rp 2,8 juta atau 19 persen dari total dana yang dibutuhkan. Kami berharap masyarakat bisa turut berpartisipasi. Caranya sangat mudah, bagi yang berminat bisa lihat tata caranya di kitabisa.com/sablonjalanan,” terangnya.

Dalam kesempatan tersebut, hadir pula perwakilan dari DISSOS Samarinda, Gumantoro sebagai narasumber. Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan, terdapat sejumlah persoalan yang menghambat penyelesaian masalah sosial seperti anjal di Samarinda. Salah satu alasannya karena DISSOS punya banyak tugas. Selain mengurusi anjal, DISSOS juga harus mengurusi anak cacat, bekas narapidana, lansia terlantar, dan berbagai permasalahan sosial lain yang menjadi tugas negara.

“Banyaknya masalah yang harus kami tangani berbanding terbalik dengan anggaran yang dialokasikan. Tiap tahun DISSOS hanya dapat jatah anggaran sebesar 0,17 persen atau Rp 1 miliar per tahun, apa cukup? Tentu saja tidak,” ungkap dia.

Selain itu, dia mengatakan, selama ini tempat penampungan anjal sangat terbatas. Panti tak mampu menampung semua anjal. Walhasil, ketika Satpol PP berhasil menangkap, maka anjal kembali dibebaskan tanpa ditangani terlebih dahulu di panti-panti milik DISSOS. “Masalah anjal dan permasalah sosial lainnya itu kompleks tidak bisa serta-merta menyalahkan DISSOS, harus gotong royong dan saling kerja sama,” katanya.

Sementara itu, dosen FKIP Unmul, M Jamil mengatakan, anjal harus mendapat perhatian. Sebab, sebagai makhluk ciptaan Tuhan, anjal memiliki potensi untuk dikembangkan dan diberdayakan layaknya masyarakat lainnya. “Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat harus saling membantu menyelesaikan masalah anjal. Mereka punya potensi jangan diabaikan,” sebutnya. (omi/mpr/im/e2)



Kolom Komentar

Share this article