Cerpen

Aku Bersama Waktu

Waktu tidak akan terulang, manfaatkanlah sebaik-baiknya.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber gambar: Shafira Panduwinata

Mataku terbuka, terkejut dan terbangun dari tidur lelapku. Napasku berat. Keringat bercucuran di pelipisku, seakan diriku sehabis mengitari beribu mil lapangan. Diriku masih terduduk di kasur sambil memegang dada. Buruk. Begitu buruk mimpi itu hingga ingin cepat kulupakan kisahnya. Mimpi hanya bisa diingat jelas dalam 3 detik saat kita terbangun. Namun, 3 detik itu mampu membawaku berkelana dalam mimpi buruk yang begitu panjang. Kututup sebentar mataku dan mulailah mimpi itu terulang di kepalaku.

Aku merasakan cahaya yang begitu menyilaukan. Kulihat ke samping, sang sinar matahari yang menerobos masuk melalui celah gorden jendela kamarku.

“Ah, hari sudah siang lagi. Jam berapa ini?”

Kutengok ke kiri dan terlihat jam dinding memperlihatkan angka 12. Lagi-lagi hari ini aku terbangun ketika hari sudah siang. Kubuka pintu kamarku dan ke dapur, memakan apa pun yang tersedia di meja makan. Kulanjutkan dengan berbaring di sofa depan TV sambil nyemil dan memindah-mindah channel hingga menemukan acara yang bisa membuatku terbahak melupakan waktu. Hingga waktu pun berjalan melewatiku, yang tak melakukan apapun.

Handphone-ku berdering, memperlihatkan pesan temanku yang mengajakku jalan. Aku pun langsung bangkit dari sofa dan segera bersiap-siap. Terdengar klakson mobil dari luar rumah. segera aku bergegas keluar rumah dan pergi bersama teman-temanku.

“Pada lapar enggak? Nongki dulu yuk di kafe biasa, baru lanjut nge-vape kuy!” Ajakan temanku disetujui seluruh penghuni mobil.

Sampailah kami di kafe dan duduk di ruangan outdoor. Segera, temanku mengisap rokoknya sembari menunggu makanan. Sambil makan, kami bercengkrama dan tertawa bersama, mengeluarkan kata-kata binatang yang menjadi andalan ketika heboh dengan cerita kami.

Seusai makan, dilanjutkan dengan ritual kami yakni nge-vape. Tipikal anak sekarang yang tak mau ketinggalan jaman. Kami pun berlomba-lomba mengepulkan asap dari vape kami dengan bangga. Seolah kami berhasil menciptakan suatu karya seni.

Hari semakin larut malam kian gelap, jam menunjukan pukul 12 malam.

“Hei, lanjut clubing yuk!” ujar temanku.

“Ah bosen sama club yang di sini, gimana kalo kita nge-clubing di kota sebelah? Katanya ada dj baru. Di sana lagi rame”, ujar temanku yang lain.

Perjalanan malam kami pun berlanjut. Sampai di sana kami langsung masuk dan memesan segala minuman yang bisa menghilangkan akal pikiran kami. Aku meneguk habis minuman berwarna kuning dan jalan sempoyongan menuju lantai dansa untuk berjoget ria bersama semua orang di sana. Musik  semakin kencang, semakin kencang pula ku berjoget di sana tanpa peduli siapa dan apa yang dilakukan orang disekitarku.

Hal-hal ini begitu menyenangkan di masa muda. Masa di mana kita bebas melakukan apapun pilihan kita. Pilihan apakah yang kita lakukan saat ini hanya untuk kesenangan sekarang dan masa depan. Pesta berakhir aku pun pulang bersama rombongan dengan keadaaan setengah sadar. Ku duduk di kursi belakang dan membuka jendela kaca mobil, ku keluarkan tanganku merasakan dingin angin subuh menyapa tangan ku. Dalam hati aku berkata, “sampai kapankah aku merasakan semua kenikmatan ini? hingga mataku perlahan-lahan tertutup dan aku pun tertidur.

Saat ku kembali membuka mata. Mata ku melihat jam, dalam hati ku berkata, “ah jam 12 lagi. Tapi jam 12 apa kah ini ? Malam atau Siang?”. Ku tengok arah kiriku dan terlihat tiang infus. Aku menoleh ke kanan terlihat mesin  pengukur detak jantung. Ku rasakan ruangan tiba tiba terasa dingin. Dingin yang begitu menusuk hingga mengalir pula keringat dingin di pelipisku. Aku ingin berteriak tetapi tak bisa, aku lemah. Aku ingin bangun dari sini tapi aku tak bisa, aku lemah. Aku menoleh, ku lihat seseorang dengan jas putih di sana berbicara dengan seseorang.

“Hasil diagnosa menunjukan pasien positif cardiomyopathy yakni pelemahan jantung karena pasien mengonsumsi alkohol berlebihan. Selain itu paru-parunya juga sudah rusak di karenakan kebiasaan pasien merokok. Lambung dan ginjalnya pun mengalami kerusakan. Saat ini pasien hidup karena dibantu oleh alat. Kemungkinan pasien untuk sembuh sangat minim. Kami tak bisa berbuat banyak," ujarnya.

Aku sungguh kaget mendengarnya. Aku tak percaya. Benarkah aku yang sedang di bicarakan?  aku yang kemarin baik-baik saja menjadi seperti ini? Tunggu! Aku belum melakukan apapun! Aku belum menggapai mimpiku, aku belum melakukan hal lain yang ku inginkan! Mengapa waktu begitu cepat berlalu? Ataukah aku yang selama ini mengabaikan waktu? Aku, aku menyesal. Kembalikan aku ke masa lalu aku ingin memperbaiki semuanya. Tolong! Aku ingin kembali, kembalikan waktuku! Aku tak mau berakhir seperti ini. Aku tak mau mengabaikan waktu ku lagi. Aku menyesal! Perlahan-lahan kakiku mulai mendingin, tenggorokanku tercekat. Nafasku mulai terputus-putus. Mataku perlahan-lahan mulai terpejam dan semua menjadi gelap.

Segera ku buka mataku. Nafasku masih tercekat, ku lihat sekelilingku dan menemukan diriku masih di kamar dengan jam menunjukan pukul 12. Aku mulai bernafas lega menyadari semua hanya reka ulang mimpi burukku. Kisah mimpi buruk yang bisa menjadi kenyataan jika aku mengabaikannya. Ku pandangi kembali jam di kamarku. Detik demi detik mengantarkan menuju masa depan dan masa lalu pun semakin terlewatkan. Kini, detik ini aku menetapkan tidak akan ku biarkan waktu melewatiku begitu saja. Tidak akan ku biarkan waktu berlalu tanpa mengubah diriku menjadi lebih baik. Aku bangkit dari kasur  dengan tekad yang bulat ku awali prinsip baruku dengan menghadap kepada Allah SWT. Aku menunaikan kewajibanku seraya berdoa memohon restu kepadanya agar diriku senantiasa tidak melewatkan waktu begitu saja dan menjadi orang sia-sia. Kehidupanku bersama waktu yang menjadikan aku yang lebih baik pun dimulai.

Ditulis oleh Shafira Panduwinata, mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas  Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2016. 

 

 



Kolom Komentar

Share this article