Branding

Peduli Pesisir dengan Coral 12 dan Lokakarya

Mahasiswa Pecinta Lingkungkan (Mapala) Plankthos dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) menggelar acara Cipta Orientasi Lingkungan atau yang disingkat Coral. (Foto: Andi Muhammad Rifky)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Rabu (3/10) lalu, Mahasiswa Pecinta Lingkungkan (Mapala) Plankthos dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) menggelar acara Cipta Orientasi Lingkungan atau yang disingkat Coral. Acara yang telah dilaksanakan ke 12 kalinya ini merupakan acara seminar yang memberi materi tentang alam kehidupan yang ada di laut dan sungai, terutama untuk peserta yang merupakan mahasiswa FPIK. 

Seminar ini dibuka oleh Dekan FPIK Iwan Suyatna. Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kepala Bidang Pengelolaan Ruang Laut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Timur Mukransyah serta Kepala Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur Sahruni Ahmad.

Ada 3 materi yang disampaikan kepada peserta seminar Coral 12. Penyampaian materi pertama dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Timur tentang tiga ekosistem pesisir. Dilanjutkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur tentang ekologi mangrove. Ditutup denga .ateri yang dibawakan salah satu dosen FPIK yang membahas tentang pemanfaatan mangrove.

Seminar yang diselenggarakan oleh BEM FPIK dan Mapala Plankthos ini mengangkat tema tentang pelestarian dan pemanfaatan mangrove. Reynaldi Alfiansyach selaku ketua panitia Coral 12 mengatakan ada alasan dibalik pengambilan tema dari acara Coral tersebut. Di mana Coral bisa menciptakan regenerasi, supaya masyarakat mau berkegiatan di daerah pesisir.

“Jadi kami ingin menciptakan regenerasi agar masyarakat itu ada banyak orang yang berkegiatan tentang pesisir. Karena masyarakat ini tidak bisa sadar dengan satu kegiatan saja, butuh beberapa kegiatan yang berulang-ulang agar bisa tersadar karena pesisir ini penting," jelasnya.

Reynaldi juga menambahkan pentingnya kegiatan di pesisir ini untuk ikut mengkampanyekan mangrove. Kegiatan ini akan terus dilakukan sehingga masyarakat sadar akan pentingnya mangrove di daerah pesisir dan mau ikut terlibat untuk melestarikannya.

Reynaldi juga mengajak para kelompok pecinta alam kampus untuk ikut serta mengkampanyekan ekosistem yang ada di pesisir terutama mangrove.

Lokakarya di Desa Kersik, Bentuk Peduli Kondisi Pesisir

Setelah acara seminar ini, ada juga kegiatan lokakarya yang merupakan kegiatan sosial. Melalui lokakarya ini, masyarakat akan dibina dan mereboisasi mangrove di pesisir. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Kersik, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Ada alasan tersendiri mengapa kegiatan lokakarya dilaksanakan di Desa Kersik. Reynaldi menyebutkan bahwa Desa Kersik merupakan desa yang tingkat abrasinya cukup cepat dan diperlukannya penopang, yakni mangrove. Hal ini akan membuat tingkat risiko abrasi di Desa Kersik akan berkurang. Sebelum lokakarya dilaksanakan di Desa Kersik, tim melakukan survei ke desa tersebut dan memang mangrove yang ada di Desa Kersik banyak yang hilang. 

Lokakarya dilaksanakan pada 5 dan 6 Oktober 2018. Tim Mapala Plankthos berangkat menuju ke Desa Kersik, Marangkayu bersama peserta dan Mapala lainnya. 

Kegiatan lokakarya ini didukung oleh masyarakat Desa Kersik, serta organisasi yang ada di desa serta kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) yang ada di Desa Kersik.

Kegiatan lokakarya diawali dengan diskusi malam bersama Pokmaswas tentang kondisi Desa Kersik yang dihadiri oleh peserta dan perwakilan Mapala. Di sini, mereka saling bertukar pikiran dan memberi solusi untuk penyelesaian masalah abrasi yang terjadi di Desa Kersik. Selain itu juga ada sosialisasi tentang melestarikan mangrove di pesisir kepada masyarakat yang hadir dalam diskusi malam tersebut.

Setelah diskusi malam, kegiatan berlanjut pada esok harinya, Sabtu (6/10) pagi dengan menanam bibit mangrove di Desa Kersik. Setelah itu ada seremonial dengan penanan pohon mangrove oleh perwakilan lembaga. Proses ini juga dibantu oleh masyarakat yang sebagian hadir, serta Sahabat Mangrove, organisasi di desa yang berfokus pada mangrove.

Setelah mangrove ditanam, akan ada pemantauan perkembangan mangrove yang telah ditanam di Desa Kersik. Reynaldi menjelaskan sudah ada jadwal untuk pemantauan mangrove yang telah ditanam tersebut. Jika sudah satu minggu, akan dipantau pertumbuhannya. Akan dilihat sejauh mana mangrove tersebut tumbuh hingga mangrove bisa dilepas. Setelah kegiatan lokakarya dilaksanakan, Reynaldi berharap pantai di Desa Kersik bisa terus diperbaiki dan banyak pencinta alam yang terlibat membantu.

“Untuk harapannya Pantai Kersik ini bisa diperbaiki dan banyak lagi pencinta alam yang bisa melakukan kegiatan yang sama. Seperti tema kami ya save mangrove for our generation, jadi kami ingin meregenerasi organisasi dalam kesehariannya fokusnya berbeda, ikut pada kami yaitu pesisir. Jadi mereka tidak hanya untuk gunung, hutan. Mereka juga ikut fokus pada pesisir”. paparnya. (bip/anm/adl/bip)



Kolom Komentar

Share this article