Berita Kampus

Unmul Pangkas Pohon, Kehijauan Kampus Terancam

Sejak dua pekan terakhir, ada yang berbeda saat melintasi Jalan Ruhui Rahayu 1. Persis di bidang landai di bawah Pusat Penelitian Hutan Tropis (Pusrehut) Unmul, sejumlah tanaman di sisi kiri jalan kini lenyap dipangkas.

SKETSA – Sejak dua pekan terakhir, ada yang berbeda saat melintasi Jalan Ruhui Rahayu 1. Persis di bidang landai di bawah Pusat Penelitian Hutan Tropis (Pusrehut) Unmul, sejumlah tanaman di sisi kiri jalan kini lenyap dipangkas. Sangat kontradiktif dengan gelar Unmul yang disebut sebagai Kampus Hijau.

Kukuh Kurniawan, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) yang biasa melewati kawasan tersebut cukup merasakan adanya perbedaan. Sebelumnya di daerah itu dipenuhi pepohonan rindang, tapi semenjak dipangkas Kukuh langsung menyadari kawasan itu berubah menjadi gundul. Alih-alih bersih, malah menyajikan pandangan tanaman yang dipangkas tak elok.

“Iya sih, awal-awalnya aku merasa kok jadi beda,” katanya.

Kepala Bagian Hubungan Tata Laksana Unmul Sugiarta mengatakan, keputusan pemangkasan tanaman sudah diberi izin oleh Pusrehut. Tujuannya sebenarnya untuk melakukan pembersihan pola-pola tanaman belukar yang merambat. Jika belukar itu dibiarkan dapat berakibat merusak tumbuhan lain.

Sebelumnya, hijau yang tampak di tanah tersebut berasal dari tanaman semak belukar, alang-alang, hingga pohon salak. Nasib pohon salak di sana cukup malang karena tidak pernah berbuah, jadilah dia bersama yang lain ikut dibabat habis.

“Kami cuma membabat saja dan memang enggak ada dibakar. Itu karena dia merambat sampai ada yang kena kabel listrik,” terangnya ditemui Sketsa, Senin (7/11).

Kendati begitu, Sugiarta berani menjamin tidak ada pohon-pohon besar yang ditebang oleh pihak suruhannya. Sekalipun ada pohon yang ditebang, itu berupa pohon lunak yang ditafsirnya dapat tumbuh sendiri. “Bukan pohon seperti mahoni,” ucapnya.

Dari pantauan Sketsa, dua minggu setelah kawasan hijau itu dibabat sepanjang simpang empat Pusrehut hingga di seberang kampus FISIP, sisa pangkasan masih saja terlihat. Sugiarta mengaku, nantinya akan memerintahkan lagi timnya untuk bergerak melanjutkan pembersihan semak belukar. Waktu itu, sebut dia, alasan tidak langsung dibersihkan karena terdapat sarang tawon dan ular di beberapa titik.

“Otomatis kalau sudah enggak ada semak-semak nanti mereka pindah enggak di situ. Kami tunggu itu hilang,” imbuhnya.

Pembabatan ini, menargetkan adanya kawasan rindang baru untuk kemudian dijadikan tempat mahasiswa berteduh. Tetapi, hingga saat ini kawasan itu masih dijaga oleh pagar kawat berkarat.

“Pagar itu akan dihilangkan karena nanti 2017 mau ada pelebaran jalan,” jelasnya.

Selama ini perlakuan Unmul ke pohon-pohohnya yang menjulang cukup segan. Dari penjelasan dia, tidak pernah Unmul secara sengaja menebang pohon di area kampus. Cuma tetap ada masa di mana dirinya akan berkeliling untuk mengontrol kondisi pohon. Sebab di Unmul pohon hanya akan ditebang apabila tumbang ke jalan.

“Kami kontrol saja. Kalau ada yang membahayakan ya kami tebang,” pungkasnya. (wal/im)



Kolom Komentar

Share this article