Berita Kampus

Unmul Marak Penipuan Berbasis Komunikasi?

Dewasa ini, teknologi semakin canggih membuat banyak orang mudah untuk terhubung satu sama lain. Sayangnya, ini tak hanya sekadar baik, tetapi juga memunculkan kegelisahan baru. (Ilustrasi: bbb.org)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Dewasa ini, teknologi semakin canggih membuat banyak orang mudah untuk terhubung satu sama lain. Sayangnya, ini tak hanya sekadar baik, tetapi juga memunculkan kegelisahan baru. Salah satunya adalah tindak penipuan berbasis komunikasi, yang akhir-akhir ini kian marak menyerang civitas akademika Unmul.

Kepada Sketsa, Kamis siang (5/1) ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Dwi Luthfi mengatakan bahwa telah ada dua mahasiswa FEB yang jadi korban modus penipuan berbasis komunikasi.

Korban pertama mengalaminya pada Agustus 2016, saat itu korban terkena modus seminar yang diadakan di Pulau Jawa. Sementara korban kedua baru terjadi beberapa hari lalu, setelah korban yang merupakan kating menerima telepon dari sosok yang mengaku dosen. Dosen rekaan itu mengancam tidak akan mengeluarkan nilai satu kelas jika tidak mengirim uang. Merasa tertekan, korban manut dan mengirim uang sebesar Rp 1,7 juta.

Lembaga kemahasiswaan FEB telah menindaklanjuti kasus tersebut yakni dengan memberi imbauan kepada mahasiswa agar lebih berhati-hati jika ada penelepon yang mencurigakan. Pun, kasus ini telah disampaikan pada saat hearing bersama ketua lembaga-lembaga dan birokrat FEB, Rabu (4/1) pagi.

"Sebenarnya agenda hearing dengan birokrat itu membahas hal lain namun di tengah pembahasan kami sisipkan permasalahan itu. Mungkin beberapa hari lagi akan rilis himbauan dari birokrat," ucap mahasiswa jurusan akuntansi itu.

Luthfi menjelaskan bahwa bentuk tindak lanjut dari lembaga hanya berupa imbauan. Adapun untuk mengusut siapa pelaku di baliknya itu akan berasal dari korban yang merasa dirugikan atas kejadian ini. Menurutnya, korban bisa segera mengurus kasus ini dan melaporkan kepada pihak yang berwajib.

“Ini ‘kan masalah personal, kami bisa bantu berupa himbauan dan pencerdasan agar tidak terjadi penipuan lagi ke depannya karena kami cuma bisa mencegah," jelasnya. (snh/wal)



Kolom Komentar

Share this article