Berita Kampus

Suka Duka Mahasiswa Unmul PPL di Filipina

Regita Dewi Pramesti mahasiswi Prodi Pendidikan Biologi yang berhasil lolos seleksi PPL internasional di Filipina. (Foto: Dok. Pribadi)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA- Melakukan Program Pengamalan Lapangan (PPL) ialah sebuah kewajiban bagi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).  Hal ini dirasakan ketika menginjak semester akhir. PPL biasa dilakukan serentak di seluruh sekolah di kota Samarinda.

Bagaimana jika ada kesempatan PPL di salah satu negera di Asia Tenggara?

(Baca:https://sketsaunmul.co/berita-kampus/ppl-ke-thailand-dan-filipina-fkip-kirim-9-mahasiswa/baca)

Sebelumnya FKIP telah menandatangani MoU dengan The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) untuk pelaksanaan PPL internasional. SEAMEO berpusat di Thailand dengan anggota aktif berjumlah tiga puluh dua universitas. Dengan program Sea Teacher, Unmul melalui FKIP mengirim mahasiswanya ke dua negara, Thailand dan Filipina.

Dari sembilan mahasiswa yang berhasil lolos, salah satunya ialah Regita Dewi Pramesti, mahasiswi Prodi Pendidikan Biologi. Ia bersedia membeberkan kisahnya kepada Sketsa mengenai pengalaman yang saat ini tengah dijalaninya di Filipina.

“Awalnya karena aku emang malas banget ikut PPL di Indonesia. Karena takut muridnya pada gangguin gitu,” ucapan gadis asli kota Samarinda ini.

Bukan tanpa dasar dirinya berkata seperti itu. Ketika semasa Sekolah Menengah Pertama (SMP), sering ia menyaksikan mahasiswa yang sedang PPL di sekolahnya diganggu oleh murid-murid. Ada saja gangguan yang dialami saat sedang mengajar. 

“Tiba-tiba ada program PPL ke luar negeri. Nah, langsung pengin banget ikut PPL internasional ini,” ujarnya.

Kesempatan tidak datang dua kali, begitulah yang tebersit di benak perempuan yang akrab disapa Tata ini. Tata langsung mencoba peruntungannya untuk mengajar di negeri tetangga. Berbekal semangat dan mengejar resolusi diri. Tata keluar dari zona nyaman dan memperlancar bahasa Inggris yang dirasa masih kurang. Tata mengikuti tahap seleksi dan bersaing dengan mahasiswa dari 8 program studi lainnya. Bagai gayung bersambut, Tata rupanya lolos bersama 8 mahasiswa lainnya mewakili Unmul untuk mengikuti PPL internasional dalam program Sea Teacher ini.

Minggu (21/1) lalu, Tata beserta rombongan berangkat menuju Filipina dan Thailand. Setibanya di Manilla yang merupakan ibu kota Filipina, perjalanan dilanjut ke Kota Payambang, Provinsi Pangasinan. Yang memiliki jarak kurang lebih seratus sembilan puluh kilometer.

Beda negara beda juga budayanya, mungkin kalimat itu langsung dirasakan oleh Tata. Semisal makanan, karena muslim di Filipina minoritas makanan halal susah ditemukan.

Salah satu alternatifnya, Tata memanfaatkan makanan yang dijual restoran cepat saji McDonalds (McD). Selain itu, di sana juga tidak banyak makanan yang bercitarasa pedas.

“Untung aja di dormitory (kostel) aku sekarang ada kompor, jadi bisa masak,” ungkap perempuan yang hobi menonton film.

Dia juga menambahkan, kesulitan awalnya dalam mengajar yakni membuat lesson map. Dalam bahasa indonesia dikenal dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP). RPP merupakan pedoman mengajar menggunakan bahasa asing dan penambahan istilah Biologi dalam bahasa asing pula.

“Teman-teman aku semuanya pada pengin balik ke Indonesia. Namun, teringat pesan orang tua, mereka mau aku supaya tidak malu-malu lagi dan bisa survive di negeri orang,” ucap gadis berhijab ini saat diwawancara melalui via Line.

Untuk kegiatan PPL-nya, Tata mengajar di State University Integrated High School. Kegiatan PPL internasional di Filipina tidaklah lama, kurang lebih empat pekan. Di setiap pekannya memiliki agenda yang berbeda-beda. Pekan pertama adalah mengobservasi, pekan kedua menjadi asisten guru. Kemudian pekan ketiga mengajar dengan diawasi oleh supervisor atau nama lainnya guru Pamong, dan pekan keempat evaluasi.

Tak jauh berbeda dengan PPL lokal yang biasa dilakukan oleh mahasiswa FKIP, selama empat pekan di Filipina, Tata memiliki jatah mengajar selama satu jam. Kegiatan mengajar dimulai dari Senin hingga Jumat.

“Untuk suasana kelasnya, murid terhitung aktif dalam mengikuti pelajaran dan English-nya cukup fasih. Cuma aku takutnya belum maksimal dalam penyampaian,” tutupnya. (nhh/mer/els)



Kolom Komentar

Share this article