Berita Kampus

Sosio Ecopreneurship: Berdagang dan Menjaga Lingkungan

Usaha Sosio Ecopreneurship yang dikerjakan mahasiswa Teknik Lingkungan.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: William

SKETSA - Plastik merupakan jenis benda yang sulit terurai. Jenis plastik yang dijumpai tiap hari beragam, salah satunya sedotan plastik. Meski memberikan manfaat, sedotan plastik juga merupakan penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Sadar akan dampak yang ditimbulkan, berbagai inovasi dibuat untuk mengatasi hal tersebut.

Salah satu yang menjadi tren pengganti sedotan palstik saat ini adalah sedotan stainless (stainless straw). Berbagai produk sedotan stainless bermunculan, harganya pun bervariasi. Hal ini kemudian dimanfaatkan M. Busyairi untuk memberikan tugas membuat usaha bertemakan Sosio Ecopreneurship kepada mahasiswanya yang merupakan bagian dari mata kuliah Kewirausahaan. Produk tersebut kemudian dipasarkan di media sosial.

"Jadi selain mendapat keuntungan dari sisi ekonomi, jadi kita juga mensosialisasikan kehidupan ramah lingkungan yaitu ekologi dan usahanya tetap ada," terang dosen Prodi Teknik Lingkungan itu, Rabu (10/3).

Menururnya filosofi awal dibuatnya sedotan untuk memudahkan manusia untuk minum. Bentuknya bervariasi dari bambu dan kertas, namun tidak tahan lama, lalu ditemukanlah sedotan berbahan plastik. Penggunaannya pun kian banyak karena sifatnya hanya sekali pakai sehingga menimbulkan sampah plastik. Ini juga yang menjadi motivasi untuk mengubah kebiasaan sedotan sekali pakai dengan menggunakan sedotan stainless.

Hal tersulit yang dihadapi adalah saat ingin mengubah kebiasaan, karena sedotan plastik dengan mudah ditemukan di mana saja, baik di produk minuman maupun pabrik yang rutin melakukan produksi sedotan. Sehingga kewajiban mengedukasi bukan hanya dari sisi akademis di kampus namun kepada perusahaan yang menghasilkan sedotan plastik. Salah satu caranya dengan menggunakan sedotan stainless sebagai upaya implementasi budaya ramah lingkungan.

Hadir pula dua mahasiswa Busyairi, Syahrul Amal Romadhan dengan produk sedotan stainless dan Muhammad Muadz Rafi dengan produk kotak makan. Dikatakan Syahrul, sedotan stainless terbuat dari bahan anti karat sehingga aman digunakan. Sedotan ini juga bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama, asalkan selalu rutin dibersihkan. Lalu bagaimana dampaknya bagi lingkungan? Menurut Syahrul segala sesuatu yang dibuang ke lingkungan akan memberikan dampak bagi lingkungan, termasuk sedotan stainless.

"Sampah yang dibuang bukan pada tempatnya, entah itu di sungai ataupun tanah akan menimbulkan dampak, sama saja seperti sedotan plastik. Sampah itu akan diolah jika dibuang pada tempatnya dan akan diolah," kata Syahrul.

Busyairi kemudian menambahkan bahwa baik sedotan plastik maupun sedotan stainless sama-sama merupakan sampah jika terbuang pada lingkungan. Sifat sedotan stainless yang bisa dibersihkan dan digunakan secara berulang termasuk pada suhu tinggi dan rendah jadi keunggulan, sehingga volume sampah yang dihasilkan juga sedikit jika dibanding sedotan plastik (single use product). Namun, karena bentuknya yang kaku bisa menyebabkan cidera jika salah pakai, terutama pada anak-anak. Sehingga harus berhati-hati saat digunakan.

Dia berharap mahasiswanya bisa mempengaruhi orang lain melalui proyek ini agar lebih peduli akan kelestarian lingkungan. "Di Teknik Lingkungan saya arahkan ke sosio ecopreneurship, yaitu melakukan penjualan sekaligus mengedukasi di bidang lingkungan hidup," tutupnya. (wil/nhh/fqh)



Kolom Komentar

Share this article