Berita Kampus

Sosialisasi Relawan KPU, Mengenalkan dan Membangun Atensi Pemilu

Awak Sketsa berfoto dengan Relawan Demokrasi selepas agenda sosialisasi basis pemilih muda. (Sumber: Istimewa)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Jumat (8/2) sekretariat LPM Sketsa nampak terlihat lebih ramai. Selain dipadati oleh anggota LPM Sketsa, turut hadir beberapa rekan mahasiswa dari LDK FISIP Unmul. Siang itu akan diadakan sosialiasi pemilihan umum (Pemilu) yang dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) melalui perwakilannya, Relawan Demokrasi basis pemilih muda. Ini merupakan bentukan KPU yang bertugas untuk mensoasialisasikan pemilu sejak akhir Januari lalu. Saat itu hadir empat relawan, yakni Iqbal dan Deni, beserta dua rekan relawan lainnya. Berasal dari basis pemilih muda, yang menyasar kepada mahasiswa Samarinda yang tidak dapat pulang ke kampung halaman saat hari pemilihan 17 April nanti.

Membuka sosialisasi pada siang itu, Iqbal menerangkan Pemilu kali ini terdapat beberapa hal yang berbeda dari sebelumnya. Bukan hanya untuk memilih anggota legislatif yaitu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, DPR Provinsi, DPR kota/kabupaten serta Dewan Perwakilan Daerah (DPD), tetapi juga untuk menentukan pilihan presiden serta wakil presiden. Oleh karenanya, pemilih akan mendapatkan lima surat suara, terdiri dari surat suara abu abu untuk memilih capres dan cawapres, merah untuk memilih anggota DPD, kuning untuk memilih DPR RI, biru untuk memilih DRPD Provinsi dan hijau untuk memilih DPRP kota/kabupaten.

Untuk mengetahui apakah kita sudah terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT) atau belum, dapat mengunjungi laman https://lindungihakpilihmu.kpu.go.id. DPT sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu DPT yang terdaftar di KPU, DPT B atau daftar pemilih tambahan dan juga daftar pemilih khusus. Jika identitas belum terdaftar dalam DPT, maka sebelum pemilu dilaksanakan, dianjurkan untuk mengunjungi TPS terdekat dengan membawa e-KTP serta fotocopy kartu keluarga, dan selanjutnya akan terdaftar sebagai pemilih tambahan. Namun jika belum mengurus DPT hingga hari pencoblosan, maka diberi ketetapan dapat mengikuti pemilihan setelah pukul 12.00 Wita.

Pemilu yang akan dilaksanakan dalam satu hari dan di hari kerja menjadi salah satu pertimbangan bagi sebagian besar perantauan, khususnya mahasiswa. Memilih pulang kampung untuk ikut menyumbang hak suara atau bertahan di tanah rantau saja. Iqbal mengatakan bahwa mahasiswa tetap dapat memberikan pilihannya di pemilu nanti. Namun bagi pemilih yang berada di tanah rantau atau berada di luar daerah asal harus mengurus formulir A5 yang telah disediakan KPU. Pesryaratan untuk mendapat formulir A5 dengan membawa fotocopy KTP, jika tidak ada maka dapat membawa surat keterangan pengganti KTP serta nomor kartu keluarga. Pengumpulan persyaratan formulir A5 dapat dilakukan secara kolektif, batas pendaftaran A5 sendiri hingga 17 Februari ini. Untuk mengurus formulir A5 ini juga dapat diwakilkan, asalkan tetap membawa fotocopy KTP calon pemilih.

Meski tetap dapat berpartisipasi dalam pemilu nanti, namun pemilih yang telah memperoleh formulir A5 tidak dapat menerima lima surat suara layaknya pemilih yang berada di wilayah domisilinya. Para perantau ini hanya dapat menerima tiga surat suara yaitu, surat suara untuk memilih capres dan cawapres, DPR RI serta surat suara DPD. Sedangkan bagi mereka yang berasal dari luar Kalimantan Timur hanya dapat menerima satu suara suara yaitu, suarat suara capres dan cawapres.

Di akhir penyampaiannya, Iqbal menekankan bahwa sudah selayaknya pemilu yang pertama kalinya digelar bersamaan untuk pemilihan capres cawapres serta anggota legislatif ini tak lepas dari peranan generasi muda yang ikut berkontribusi. Ia juga berpesan agar calon pemilih dapat menghindari money politic yang kerap timbul mendekati pemilu seperti saat ini.

"Sebagai bagian dari agent of change, kita juga harus menciptakan pemilu yang berkualitas. Kita tidak hanya jadi pemilih, peran kita juga mengawasi jalannya pemilu. Karena bukan suatu rahasia lagi money politic itu di berbagai daerah. Itu sebuah penghinatan,” tandasnya.

Relawan Demokrasi KPU Samarinda basis pemilih muda sendiri pertama kali melakukan sosialisasi kepada LPM Sketsa Unmul dan LDK FISIP Unmul. Setelah itu, timnya berencana akan melakukan sosialisasi ke asrama putera serta puteri Paser, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) dan juga Poltekkes. "Rencananya sih kita akan ke seluruh fakultas dan universitas, tapi kita coba memaksimalkan waktu yang ada dulu,” terang Iqbal ditemui setelah sosialisasi.

Ia juga mengatakan untuk saat ini KPU lebih menyasar kepada pemilih pemula yang didominasi para pelajar SMA yang telah memiliki KTP. Tujuannya adalah untuk membangkitkan rasa demokrasi di kalangan pelajar. Untuk diketahui, persentase partisipasi masyarakat untuk ikut mencoblos semakin menurun. Berdasarkan data yang diperoleh dari merdeka.com, pemilu pada tahun 1977 dan 1982, yakni mencapai 96,5%. Pada pemilu 1992 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 95,1%. 

Di tahun 1997 tingkat partisipasi semakin menurun hingga ke angka 93,6%. Disusul pada tahun 1999 dengan 92,6%. Angka partisipasi yang memprihatinkan terjadi pada Pemilu 2004, yakni turun hingga 84,1%. Pada pilpres putaran pertama, tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 78,2% sedangkan pada putaran kedua mencapai 76,6%. Dalam pemilu legislatif tahun 2009 silam, tingkat partisipasi politik pemilih semakin menurun yaitu hanya mencapai 70,9%. Sementara pilpres 2009 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 71,7% dan di tahun 2014 dengan 75,2%.

Iqbal berharap dengan adanya Relawan Demokrasi dapat meningkatkan antusiasme para pemilih untuk ikut serta dalam pemilu. " Karena, kalau bukan kita siapa lagi yang akan berperan aktif dalam pemilu,” tutupnya. (sii/adl)



Kolom Komentar

Share this article