Berita Kampus

Sinergitas dan Totalitas di Balik Akreditasi A Prodi PPKN

Akreditasi PKN tak lepas dari dukungan dan kerja sama semua pihak ( Sumber Foto: A'yun)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Civitas academica Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tengah bersukacita. Setelah melakukan pengajuan akreditasi pada Juni 2018 lalu, akhirnya dalam Sertifikat Akreditasi No. 2864/SK/BAN-PT/Akred/S/X/2018 yang diterbitkan oleh Badan Akreditas Nasional Perguruan Tinggi pada 23 Oktober lalu menyatakan bahwa Program Studi PPKN terakreditasi A.

Beranjak dari akreditasi B, Kaprodi PPKN Dr. Suryaningsih, S.Pd., M.H. mengungkap capaian ini tak lepas dari dukungan dan kerja sama dari semua pihak baik dari internal Prodi PPKN hingga pihak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

“Jika tidak ada kerja sama, mustahil keberhasilan itu dapat terwujud. Ini dapat kita raih karena sinergitasnya itu tidak hanya vertikal ke atas tapi juga horizontal, kemudian kebawah lagi ke mahasiswa karena mahasiswa juga punya andil dalam menyukseskan prodi ini,” jelas pendidik yang akrab disapa Sur ini.

Menurutnya, pihak fakultas telah melakukan upaya pembenahan, pendekatan, dan sinergitas yang baik terhadap prodi PPKN sehingga pihaknya mampu mendapat predikat A dengan jumlah nilai memuaskan yaitu 372. Sur menambahkan, mahasiswa turut andil dalam usaha Prodi PPKN meraih akreditasi A. Bertujuan menyiapkan pemimpin-pemimpin berkualitas, setelah mulai menjabat sebagai kaprodi pada 2016, Sur mewajibkan seluruh mahasiswa PPKN untuk bergabung dalam HMPKN (Himpunan Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan). Pergerakan hima dinilai sangat berpengaruh besar dalam kemajuan prodi, maka dari itu sangat diperlukan kerjasama antara hima dan prodi.

Ia mengatakan, hima adalah wadah untuk bermain serta mengembangkan kepribadian dengan baik. Dalam hima, mahasiswa dapat mengembangkan ilmu teoritis yang didapat saat berada dalam kelas dengan berdiskusi bersama anggota hima. Sur optimis ingin mengubah paradigma mahasiswa yang berfikir jika aktif berorganisasi maka menyebabkan tidak dapat lulus kuliah dengan cepat.

“Karena ibu ingin mengubah paradigma mahasiswa yang aktif berorganisasi itu berarti tambah lama selesainya. Jadi paradigma ini harus diubah. Mereka aktivis, mereka bisa diteladani dari berbagai aspek. Teladan itu dalam artian juara apa saja, pemenang lomba, pemenang juara, kemudian amanah ketika menjadi pemimpin, dan cepat selesai kuliahnya,” jelasnya.

Sur berupaya menyinergikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian. Pengajaran sudah dilakukan dari semester 1 hingga semester 8. Penelitian pun akan di fasilitasi. Apabila mahasiswa menemukan sebuah persoalan dan ingin meneliti maka dosen akan membantu sebagai pembimbing agar penelitian berjalan dengan benar.

Poin terakhir yaitu pengabdian. Sebelumnya, banyak mahasiswa PPKN yang telah melakukan pengabdian secara sukarela dibidang mengajar. Selan itu, pada tahun 2017 prodi PPKN membangun Laboratorium Hidup Pancasila di Kelurahan Karang Joang, Balikpapan Utara. Laboratorium ini berperan sebagai wadah pengabdian mahasiswa dengan cara memberikan pembinaan kepada masyarakat. Daerah tersebut dipilih lantaran terdapat kemajemukan yang perlu dibina untuk menanamkan jiwa Bhinneka Tunggal Ika dalam diri masyarakatnya. Sur juga menjelaskan bahwa pihaknya ingin membuat miniatur Negera Indonesia di kawasan Karang Joang tersebut. Ia berharap perbedaan yang ada disana tetap mengedapankan nilai pancasila.

Terdapat 7 standar yang harus dipenuhi dalam pengurusan akreditasi, dan semua telah berhasil dipenuhi oleh prodi PPKN. Dimulai dari menyinkronkan data internal dengan data pusat. Setelah itu visi misi, prodi PPKN berupaya menyinergikan visi misi prodi PPKN dengan visi misi universitas. Banyak hal yang didiskusikan dan mendapat kesepakatan dari semua pihak hingga dilakukan pembenahan-pembenahan.

Dalam hal ini, kontribusi masyarakat juga dibutuhkan. Prodi membuat sebuah kegiatan sebagai bentuk perembahan pengabdian kepada masyarakat dan masyarakat pun akan turut mendukung prodi ini. Selain itu, data mahasiswa yang DO akan merusak borang. Maka, perlu disosialisasikan bahwa mahasiswa boleh melakukan aktivitas di diluar kampus tanpa mengesampingkan kuliah agar lulus pada waktu yang tidak melebihi batas waktu studi.

Sarana prasanara pun termasuk dalam standar akreditasi. Seperti yang dirasa Sur, prodi PPKN masih terbatas dalam soal sarana dan prasarana. Untungnya, pihak fakultas selalu mengontrol dan menanggapi setiap keluhan dari bawahannya. Koordinasi dan komunikasi ini menjadi senjata utama dalam menutupi kekurangan yang ada.

Menyadari keterbatasan ruangan, Sur mengajak mahasiswa untuk membuat taman dengan menanam beberapa pohon. Ia berharap taman-taman tersebut dapat menjadi tempat berdiskusi yang nyaman dan memunculkan gairah belajar mahasiswa. Selain itu, ada program bersih-bersih lingkungan yang dilakukan setiap jumat pagi setelah program olahraga.

Kendala pada setiap perjuangan tentu ada, begitu pula yang terjadi dalam tim akreditasi PPKN ini. Sur memaparkan bahwa tak semua kolega dapat menerima tindakan-tindakan yang ia lakukan. Juga, masih ada personil tim yang tidak turut membantu dalam menyelesaikan borang. Namun, kendala ini tidak dipusingkan oleh Sur.

“Bagi ibu, tidak usah peduli dengan itu yang penting bekerja saja, yakin dengan pekerjaan itu akan membuahkan hasil. Mereka mau terlibat atau tidak, tetap kita sampaikan. Tapi ketika dia enggak mau bersama kita tetap kita tunjukkan kalau kita bekerja. Prinsip ibu sih seperti itu,” ucapnya bersemangat.

Ditambahkan oleh kaprodi yang juga berstatus sebagai dosen di Fakultas Hukum ini, bahwa tidak bisa melihat suatu hal hanya dari aspek negatifnya, tetapi tentu dari aspek positifnya juga. Masa mendatang, ia akan lebih merangkul lagi.

Telah mengantongi akreditasi A, Sur berharap prodi PPKN dapat melaju hingga dunia internasional. Berbagai upaya akan dilakukan untuk perealisasiannya, seperti mulai menningkatkan kemampuan berbahasa inggris dan berencana untuk bekerjasama dengan perguruan tinggi yang lebih dulu go  internasional.

Sur juga berharap, mahasiswa tidak hanya mengikuti lomba skala nasional tapi juga harus mulai mencoba di skala internasional. Sebagai permulaan, setidaknya mahasiswa mendapat pengalaman agar kedepannya benar-benar mampu bersaing dan membuat terobosan baru. Tidak lupa hal yang paling penting, Sur berharap mahasiswa dapat meningkatkan budaya literasi. Adanya perpustakaan diharapkan mahasiswa dapat rajin bahkan membiasakan untuk membaca. (yun/ ysm/els)




Kolom Komentar

Share this article