Sayup-sayup Gerakan Mahasiswa, Hasil Polemik UKT 2013 Dinanti
Maulida Julianti, staf Menteri Adkesma BEM Faperta menyatakan telah berupaya lakukan advokasi. Yakni, dengan pendataan UKT mahasiswa angkatan 2013. (Sumber foto: Dok. Pribadi)
- 14 Jul 2017
- Komentar
- 2077 Kali
SKETSA - Tinggal menghitung hari, sisa waktu pembayaran UKT. Desakan semakin terasa, manakala kepastian belum kunjung diterima. Perlahan, BEM KM mulai menunjukkan gerakannya. Kamis (13/7) kemarin, diadakan konsolidasi bersama beberapa mahasiswa dan perwakilan BEM fakultas. Di antaranya BEM FEB, Faperta, FKM, FKIP, dan FKTI.
Meski tak dihadiri semua perwakilan BEM fakultas, namun hasil konsolidasi telah disebarkan ke berbagai fakultas. Salah satunya, Fakultas Ilmu Budaya (FIB).
Ahmad Juanda, Menteri Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma) BEM FIB mengaku tak bisa menghadiri konsolidasi, karena suatu hal. Namun, ia akui sejauh ini BEM FIB belum berbuat banyak tangani masalah UKT 2013.
Meski tak begitu kelihatan, namun BEM FIB tidak berdiam diri. Mereka lakukan peninjauan ulang UKT bagi seluruh mahasiswa dari angkatan 2012 sampai 2016. Hal tersebut, juga salah satu proker yang tengah dijalankan, guna meringankan beban mahasiswa dari tindisan UKT itu.
Senada dengan kebanyakan fakultas lainnya, BEM FIB juga sudah menerima beberapa laporan.
"Laporan keberatan dari angkatan 2013 sudah beberapa kami terima," kata pria yang disapa Juan itu.
Laporan tersebut akan diproses bersamaan dengan peninjauan ulang UKT. Hingga saat ini, Juan menyatakan BEM FIB belum melakukan pertemuan dengan pihak birokrat kampus. Minimnya jumlah anggota BEM FIB yang berada di Samarinda jadi hambatan.
Di sisi lain, BEM Faperta juga ambil bagian. Dikonfirmasi Sketsa (14/7), Maulida Julianti, staf Menteri Adkesma BEM Faperta menyatakan telah berupaya lakukan advokasi. Yakni, dengan pendataan UKT mahasiswa angkatan 2013, dan pihaknya terus berkomunikasi.
Lebih lanjut, BEM Faperta juga adakan audiensi dengan Wakil Dekan Bidang Kepegawaian, Keuangan dan Perlengkapan Nurul Puspita Palupi. Setali tiga uang, hasil yang didapat tidak jauh berbeda dari suara rektorat.
"Hitungan UKT berlaku selama berkuliah," imbuh Maulida.
Sadar melihat tak seragamnya gerakan BEM di Unmul. BEM Faperta telah berupaya bersinergi dengan BEM lainnya. Ia berharap polemik ini menghasilkan keputusan yang memuaskan, baik di fakultas juga universitas. "Adanya pengurangan atau keringanan bagi mahasiswa," pungkasnya.
Gerakan Mahasiswa Monoton
Sementara itu, melihat pergerakan BEM KM beserta aliansinya, sebagai alumni BEM, Muhammad Teguh Satria menilai bahwa BEM KM mestinya bisa lebih masif lagi. "Gerakannya terlalu monoton, terlalu banyak negosiasi," kritiknya.
Bicara polemik UKT yang tengah panas ini, tentu berimbas ke semua angkatan, tak cuma mahasiswa 2013 yang memang lebih dulu merasakan. Gerakan dan propaganda kegelisahan dirasa minim. "Seharusnya ada upaya-upaya agitasi massa," kata Presiden BEM KM 2016 itu.
Berbeda, jika melihat polemik UKT 2013 di universitas lain. Gerakan mahasiswanya lebih gesit, tuntutan dan kajian mendalam dipaparkan kepada para pemangku jabatan. Sayangnya, tak banyak yang berhasil merubah kerasnya aturan rektorat.
Universitas Sriwijaya, saat ini pun masih hangat membahas UKT. Bahkan, PTN asal Sumatera Selatan ini telah lakukan empat kali audiensi dan terakhir di bulan Juni lalu. Berbeda, dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), melalui aliansi mahasiswa UPI mereka papar 5 tuntutan kepada rektor, pada Kamis (6/7).
Esok harinya, rektor UPI, Asep Kadarohman menjawab tuntutan tersebut. Dari 5 tuntuntannya, 3 tuntutan berkaitan dengan penurunan UKT dan pihaknya menyerahkan wewenang tersebut ke Wakil Dekan Kemahasiswaan di setiap fakultas, untuk ditindaklanjuti bagi mahasiswa yang terbukti kesulitan ekonomi. Bagaimana dengan Unmul? (snh/adl/jdj)