Berita Kampus

Rektor Asing, Perlukah?

Rektor asing diwacanakan akan menjadi sistem baru di muka perguruan tinggi. Civitas academica Unmul turut menanggapi.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: istimewa

SKETSA - Pendidikan kini menjadi hal wajib yang harus dipenuhi. Sistem wajib belajar pun semakin gencar dielukan. Pendidikan diharuskan guna mendapatkan generasi muda yang cerdas. Dididik guna menjadi penerus bangsa yang berkualitas

Pemerintah menjadi salah satu tonggak utama dalam menjamin pemerataan dan kemajuan pendidikan Indonesia. Seiring waktu, sistem dan kebijakan seputar dunia pendidikan pun terus dikembangkan. Seperti yang baru-baru ini ramai diperbincangkan terkait wacana rektor asing. Muhammad Nasir selaku Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) memberikan pernyataan bahwa akan mendatangakan rektor dari luar nusantara. Rektor tersebut akan memimpin perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menjadikan PTN lebih maju lagi.

Dalam wawancaranya yang diterbitkan Kompas pada (4/8) lalu, Nasir menyatakan bahwa keputusannya tersebut telah didukung langsung oleh Presiden RI Joko Widodo.

"Presiden sampaikan ke saya 'jalan terus pak menteri, era kita era kompetisi,'” terangnya.

Meski sudah mendapat lampu hijau dari orang nomer satu di Indonesia, tentu tak semudah itu dalam merealisasikannya. Rencana ini menuai pro dan kontra. Sebab akan mengubah sistem manajemen yang selama ini sudah ada.

Salah satu guru besar Unmul, Aji Ratna Kusuma menilai agar rencana tersebut jangan dilakukan dengan tergesa-gesa.

"Mengingat bahwa semua perguruan tinggi di Indonesia itu dalam statutanya harus warga negara Indonesia,” jelasnya saat ditemui Rabu (7/8) lalu.

Syarat itu ada di dalam undang-undang perguruan tinggi negeri. Tentunya tidak mudah mengubah aturan yang sudah berlangsung lama dan berlangsung di daerah yang luas. Ketua program studi Administrasi Publik ini juga menerangkan bahwa keputusan untuk memajukan perguruan tinggi negeri bisa dimulai dari dosen terlebih dahulu. Sebab ia menilai dosen yang bertemu langsung bertemu dengan mahasiswa. Melalui cara itu, mahasiswa dapat memahami bagaimana sistem belajar mahasiswa luar negeri serta budaya luar yang dapat diambil serta diterapkan.

Tetap dalam pandangannya mendatangkan rektor dari luar itu terlalu terburu-buru. Penataan peraturan juga harus diperbaiki. Penyesuaian harus diatur kembali, termasuk bagaimana cara rektor asing tersebut nantinya menerapkan peraturan yang baru. Hal ini butuh adaptasi yang panjang.

Aji menambahkan, jika rencana tersebut akan tetap ingin dilakukan, bisa dicoba dengan melihat dulu sistem kerjanya. Tidak bisa dipungkiri, budaya Indonesia dengan budaya luar itu berbeda.

Mahasiswa turut memiliki pandangannya masing-masing terkait rencana ini. Ada yang menyatakan tidak sependapat, setuju, dan ada juga yang ragu-ragu. Ibnu, mahasiswa prodi Hubungan Internasional FISIP menilai percuma merekrut rektor asing kalau yang menjalankan komando tersebut tetap pegawai yang ada, maka sulit untuk adanya perubahan.

"Kalau dari yg ku baca-baca sih itu untuk meningkatkan kualitas universitas. Tapi rekrut rektor asing bukan solusi. Memang sih kriteria untuk bisa jadi rektor bukan hal yg mudah dicari" jelasnya via direct massage kepada awak Sketsa.

Berbeda dengan Ahmad Efendi, mahasiswa prodi Sastra Indonesia yang menyatakan bahwa hal yang banyak dianggap kurang tepat bisa saja menjadi jalan keluar yang baik. Menurutnya tidaj ada salahnya Indonesia mencoba hal yang baru dengan mempelajari sistem pendidikan asing yang telah maju lebih pesat.

"Kalau kita terus-terusan enggak mau nerima sesuatu yg baru, cendrung tertutup, kapan mau majunya?" tulisnya via WhatsApp.

Berbeda lagi dengan pendapat Grifaldo mahasiswa prodi Sastra Indonesia. Ia menyatakan sedikit pro tapi tidak mendukung sepenuhnya. Ia menjelaskan bahwa kepemimpian rektor asing dapat dicoba, tapi hanya untuk beberapa PTN yang ada di Indonesia.

"Coba lah satu atau dua PTN di Indonesia yang secara akreditasi ketinggalan atau di kisar 50 besar, di datangkan rektor asing. Lalu lihat bagaimana progresnya, jika hasilnya sama saja, buat apa ada mereka?" (ren/ubg/adl)



Kolom Komentar

Share this article