Berita Kampus

Raih Posisi Runner Up Ideas for Action, Mahasiswa Unmul Berkesempatan ke PBB

Raynold Raynaldo, project leader tim Unmul.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Hilda Annisa Nur Firdausi

SKETSA – Mahasiswa memiliki peran sebagi agent of change di masyarakat. Perannya pun dapat dibuktikan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menuangkan ide terbaik dalam berbagai perlombaan. Hal tersebut di lakukan Raynold Raynaldo, mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (FKTI) Unmul.

Pagi itu, di gedung Rektorat (12/11) Raynold menceritakan pengalamannya kepada Sketsa ketika mengikuti lomba Ideas for Action Incubator 2019. Ideas for Action, merupakan program bersama Bank Dunia dan Zicklin Center for Business Ethics Research di Wharton School.

Merupakan kompetisi untuk pembiayaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Setiap tahun, akan ada mahasiswa dan profesional muda dari seluruh dunia berpartisipasi untuk merancang ide-ide inovatif untuk membiayai dan mengimplementasikan TPB.

Tahun ini, Tanoto Foundation dan Wharton School bekerja sama untuk mangadakan Ideas for Action Incubator Competition 2019. Tujuannya sama, untuk mengundang mahasiswa dan profesional muda Indonesia untuk mengembangkan gagasan mereka dalam solusi pembiayaan untuk implementasi TPB.

“Jadi ini lomba mininya Tanoto. Digunakan untuk mengakselerasi anak-anak yang terpilih 1 secara nasional untuk untuk ikut internasional ke PBB langsung. Ini adalah lomba mininya dan kita bisa juara dua," jelas mahasiswa angkatan 2017 ini.

Raynold menjelaskan bahwa timnya terdiri dari enam orang yang berasal dari lintas fakultas yang terdiri dari Oltri Pebri Meliyenni S mahasiswa Fahutan, Deardo Pangondian Napitu dari Faperta, Alzahra Sepbrina Arpani dari FEB, Raffi dari FKTI serta didampingi satu dosen FKTI, Anton Prafanto sebagai akademik advisor. Mereka bersaing dengan universitas besar lainnya di Indonesia seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Hasanuddin (Unhas), dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Adapun yang menjadi jawara dalam lomba tersebut dari ITB dan Unhas. Posisi runner up diisi oleh Unmul, ITB dan UGM. "Kita runner up, jadi kita 5 terbaik se-Indonesia," ujarnya.

Tahapan seleksinya sendiri dilakukan secara online. Ide yang mereka bawakan dalam ajang tersebut adalah sebuah drone guna mengatasi kebakaran hutan dan untuk konservasi hutan. Drone ini bisa mengatasi kebakaran hutan dengan fire extinguisher mini. Memiliki Bentuk seperti fire ball mini, tapi aman untuk lingkungan karena tidak merusak tanaman.

“Yang kita unggulkan juga ini drone low conservation budget atau drone konservasi yang murah. Karena budgetnya cuma Rp35 juta dan Tanoto foundation ini membantu kita bukan hanya untuk memproduksi drone tapi bagaimana juga untuk menjualnya," terang Ray.

Dia menjelaskan bahwa hadiah yang didapatkan jika memenangkan lomba ini adalah kesempatan terbang ke PBB dan akan menerima bimbingan dari Wharton School. Mentoring akan membantu tim pemenang dalam memperbaiki proposal mereka untuk pengumpulan tahap akhir ke panel juri Ideas for Action yang diadakan oleh PBB pada Februari 2020 mendatang.

Jika proposal tersebut diterima, maka Raynold dan tim berkesempatan terbang ke New York, Amerika Serikat untuk mempresentasikan ide mereka di Kantor PBB. Raynold merasa berkat kerja sama tim akhirnya mereka bisa mendapatkan ide dan dapat meraih hasil terbaik dalam lomba tersebut.

“Bersama-sama, dalam teknologi tidak mungkin inovasi hanya satu orang saja. Dari kolaborasi itu yang bikin idenya keren," tutupnya. (ann/fir/zar/wil)



Kolom Komentar

Share this article