Berita Kampus

Ragam Warna Peringatan Hardiknas di Unmul

Masjaya menanggapi tuntutan mahasiswa yang dibawakan oleh BEM KM Unmul saat upacara telah selesai dilaksanakan. (Foto: Jati Dwi Juwitaningrum)

SKETSA – Selasa pagi (2/5), ratusan orang dari berbagai elemen civitas akademika se-Unmul berbaris di GOR 27 September. Rangkaian agenda upacara bendera untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tergelar lancar. Cuaca berawan, mengiringi peringatan lahirnya bapak pendidikan Indonesia: Ki Hadjar Dewantara.

Agenda upacara peringatan Hardiknas berjalan normal. Namun ada beberapa warna menarik yang dihadirkan dalam peringatan tersebut. Mulai dari penghargaan untuk para PNS serta aksi tuntutan dari mahasiswa ketika upacara berlangsung.

Pembacaan Keppres RI tentang Satya Lencana Karya Satya 

Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya, protokol upacara membacakan sebuah penghargaan yang diberikan Presiden Joko Widodo, teruntuk para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Unmul: Satya Lencana Karya Satya. Tercatat ada 28 dosen dan staf yang mendapatkan penghargaan dari Jokowi tersebut. Itu adalah bentuk penghargaan kepada PNS yang menerapkan disiplin kerja secara kontinu selama 10, 20, atau 30 tahun.

Penghargaan yang tertuang dalam Surat Keputusan Presiden (Keppres) RI ini dibacakan protokol ditengah-tengah berlangsungnya upacara. Setelah itu, Rektor Masjaya memberikan penghargaan kepada tiap nama-nama yang terlampir dalam Keppres. Salah satu nama yang meraih penghargaan Satya Lencana Karya Satya adalah Ketua LP2M Unmul, Susilo, akademisi dari FKIP Unmul.

Di tengah-tengah berlangsungnya peringatan Hardiknas, Rektor Masjaya selaku inspektur upacara tidak menyampaikan sambutan atas nama Rektor Unmul. Sambutan Masjaya hanyalah sebagai penyambung lidah dari sambutan yang ditulis Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI Prof Muhammad Nasir.

Dalam sambutan yang dibacakan rektor se-Indonesia ini, Menristekdikti Muhammad Nasir menyampaikan apresiasi tinggi atas kinerja segenap tenaga pendidik, terkhusus para pendidik di perguruan tinggi seluruh Indonesia. Nasir juga memberi apresiasi atas jerih-payah, inspirasi, dan pembangkit semangat yang diberikan segenap pendidik bagi putra-putri bangsa.

Rilis tersebut, Kemenristekdikti mengangkat tema "‘Meningkatkan Relevansi Pendidikan Tinggi Untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi’ untuk peringatan Hardiknas tahun 2017." Adapun poin utama dalam rilis sambutan itu memfokuskan perguruan tinggi agar dapat mengimplementasi Tridarma Perguruan Tinggi guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa.

Dalam bidang pendidikan, fokus diarahkan pada peran perguruan tinggi menghasilkan lulusan terdepan dalam dunia kerja. Dalam Undang-Undang nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi juga memuat tiga jenis pendidikan tinggi. Satu, pendidikan tinggi akademik. Kedua, perguruan tinggi edukasi. Dan ketiga, pendidikan tinggi profesi, untuk pengembangan pendidikan khususnya.

Dalam bidang penelitian, peningkatan infrastruktur pendidikan akan mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal itu dapat dilakukan melalui dedikasi penelitian-penelitian ekonomi. “Hingga tahun 2016, telah berhasil terealisasi sebesar 12 pusat perguruan tinggi dari target 22, dan sepuluh sisanya harus direalisasikan tahun 2019,” tutur Rektor Masjaya sembari membaca teks rilisan.

Sedang bidang pengabdian kepada masyarakat, peningkatan relefansi pendidikan tinggi dilakukan melalui kerjasama yang lebih intensif antara perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Pimpinan perguruan pun didorong agar mampu menghargai, bahkan memberi insentif bagi dosen-dosen yang melakukan pengabdian dalam peningkatan kualitas masyarakat dan industri.

Nasir menekankan gerakan itu harus melibatkan institusi pendidikan tinggi, institusi riset, pemerintah, dunia kerja dan industri, termasuk pemangku kepentingan lainnya. “"Saya mengumumkan kepada berbagai pihak, agar dapat berkolaborasi, berpartisipasi, dan berkontribusi menjadikan pendidikan tinggi sebagai institusi inovatif dalam pembangunan ekonomi nasional,"” baca Masjaya.

Kejutan Mahasiswa: Pesan Simbolis Lewat Spanduk

Kala Masjaya khusyuk membacakan teks sambutan, sebagian peserta upacara tengah teralihkan. Adalah barisan mahasiswa yang membentangkan pesan simbolis di tengah-tengah sambutan rektor melalui media spanduk. Sontak, beberapa juru kamera mendekat untuk mengabadikan momen.

Masjaya baru benar-benar sadar ada bentangan pesan dari elemen mahasiswa setelah selesai membaca kata demi kata sambutan. Raut datar seketika menghias wajah orang nomor satu di Unmul tersebut. Pun demikian, dirinya tak berniat langsung menanggapi pesan tersebut pasca pembacaan sambutan.

Pesan simbolis via spanduk dengan sorotan utama ‘Tolak UKT Mahal’ dan pesan-pesan lainnya menjadi garis besar tuntutan. Gerakan yang digawangi BEM KM Unmul ini sontak menimbulkan beragam persepsi, baik pejabat kampus, dosen, hingga mahasiswa diluar lingkaran BEM. Sketsa pun langsung melakukan klarifikasi pada Presiden BEM KM Unmul Norman Iswahyudi untuk meminta kejelasan.

Norman berujar, alasan utama munculnya pesan simbolis tersebut bermuara dari keresahan mahasiswa terhadap pemberlakuan sistem UKT. “"Yang jelas kita menuntut janji Rektor (Masjaya). Tuntutan ini (UKT) telah beberapa tahun dilayangkan. Dari 2014 sampai 2017 sekarang, UKT ini masih menjadi polemik bersama, sampai saat ini. Jadi Grand issue-nya adalah transparansi UKT,”" beber mahasiswa FEB ini.

Norman masih menganggap masalah UKT amat pelik sekali. Pemberlakuan sistem UKT nyatanya tidak berbanding lurus dengan fasilitas sarana dan prasarana di Unmul. “Contoh di FKIP, kemarin sempat ada polemik ruangan kelas yang isunya masih milik Pemprov. "Jadi mahasiswa tidak diperbolehkan pakai ruangan itu, dan kemudian menjadi polemik di mahasiswa FKIP kampus Pahlawan,”" tukasnya.

Pungli pun sekali dua kali masih acap kali muncul. Pikir Norman, karena basis pembayaran kuliah mahasiswa sekarang adalah UKT, maka masalah-masalah semisal ini harus diberangus habis di Unmul. "“Sebenarnya pungutan-pungutan diluar UKT itu sudah tidak ada lagi, tapi nyatanya ada beberapa fakultas di kita (Unmul) yang masih ada indikasi pungli-pungli itu,”" lanjutnya.

Selain UKT, fasilitas kampus, dan pungli. Masih banyak lagi masalah yang disorotnya kepada para pemangku jabatan di Rektorat Unmul. Portal keamanan kampus yang sampai sekarang belum berfungsi, student day yang tak sinkron dari universitas ke fakultas, hingga ketatnya jam kuliah dikeluhkan Norman sebagai bentuk menekan potensi mahasiswa dalam berorganisasi.

Ultimatum Rektor Masjaya pada Mahasiswa

Sesaat pasca upacara dibubarkan, Masjaya langsung menuju barisan mahasiswa. Ia meminta klarifikasi konkret terhadap tuntutan mahasiswa. Ia meminta Presiden BEM KM yang memimpin aksi itu, untuk menyatakan poin-poin tuntutan secara lugas.

Sementara, Norman dan kawan-kawan aksi saat itu ingin Masjaya dapat diajak duduk bersama untuk menyatakannya sesaat pasca upacara usai. "Kami sudah ada membuat rilis terkait tuntutan yang hari ini kita sampaikan. Kami ingin duduk bersama bapak untuk membahas ini, kita cari tempat," ucap Norman.

Masjaya menolak, lantaran akan merepotkan jika mencari tempat lagi untuk berdiskusi. Masjaya, mempertanyakan apa saja aspirasi yang ingin disampaikan. Akhirnya, Nornan menunjukkan hasil rilis tersebut kepada Masjaya, dan kemudian menjelaskan poin-poin tuntutan. Namun, Masjaya menginginkan tuntutan tersebut dilengkapi data yang konkret.

Seperti halnya pungli. "Saya justru meminta datanya. Besok saya terima datanya. Ya? Siapa orangnya, dia melakukan pungli di fakultas mana?" tanya Masjaya.

Lantaran, tak berdasarkan data yang lengkap tersebut Masjaya mengultimatum mahasiswa, agar membawa melengkapinya ketika menuntut aksi seperti ini. Meski begitu, Masjaya tetap menerima tuntutan tersebut. "Iya saya terima datanya. Bawa sini," ucapnya pada Norman.

Tantang Bawa Data Esok Hari

Ditemui Sketsa secara terpisah kala meninggalkan kerumunan mahasiswa, Masjaya amat serius menanggapi pesan simbolis mahasiswa. Baginya tuntutan mahasiswa mesti ada data, jangan asal tuduh saja.

“"Jangan asal menuduh, harus ada datanya. Kalau masalah pungli, saya sepakatlah kalau itu harus di berantas,"” tanggapnya.

Bahkan sebelum inisiatif mahasiswa hari ini, diakuinya pihak rektorat sudah lebih dulu mengambil langkah untuk memberangus pungli di Unmul. "“Kita juga kemarin sudah bicara dengan Kejati (Kejaksaan Tinggi), bahwa kita akan melakukan sapu bersih pungli di Unmul. Agar tidak ada pungli! Kalau ada akan kita beri sanksi,”" ungkapnya.

Ketika dikonfirmasi perihal follow up, Masjaya memberikan tantang balik. “"Saya minta datanya, jangan bicara lewat spanduk saja. Saya minta data tentang siapa, kapan, apa jenis punglinya. Besok saya panggil bertemu. Kalau besok mereka tidak datang berarti data mereka tidak ada,"” tutupnya.

Menanggapi tantangan Rektor Masjaya, Norman yang juga ditemui terpisah mengaku siap menemui rektor untuk menyampaikan rentetan aspirasi, dan terpenting membawa data konkret.

“Insya Allah besok akan kita temui secara langsung. Jika beliau katakan kita asal menuduh, tidak mungkin kita menulis tuntutan itu di spanduk-spanduk. BEM KM ini berfungsi menghimpun masalah, kemudian kita melihat secara general bahwa, ini masalah kita bersama. Dan kita akan bawa data itu besok, karena kita diminta data maka besok akan kita bawa,"” bebernya.

“Semoga ini benar-benar langsung disikat oleh pak rektor, karena inilah yang menjadi harapan kita bersama,”" harap Norman. (dan/krv/jdj)



Kolom Komentar

Share this article