Berita Kampus

Ragam Kampanye Pemira, dari Mimbar Bebas hingga Long March

Salah satu pasangan calon, nomor urut 2 melakukan aksi long march dalam masa kampanye. (Foto: Annisa Hilda)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Jelang hari-hari akhir masa kampanye Pemira BEM KM Unmul, kedua paslon masih disibukkan dengan aktivitas kampanye, melompat dari satu fakultas ke fakultas lain.

Berdasarkan timeline Pemira DPM KM Unmul, masa kampanye akan berakhir pada 18 November mendatang. Artinya, tersisa dua hari lagi, waktu dua paslon merebut hati pemilih masing-masing sebelum berhadapan dalam ajang debat kandidat.

Namun, ada yang berbeda di Pemira tahun ini. Jika sebelumnya kampanye hanya dilakukan dengan memasang spanduk dan mendatangi kelas demi kelas, tahun ini setiap paslon punya cara sendiri yang untuk menarik simpati mahasiswa.

Paslon nomor urut 1, Nur Hariyani-Jusman memilih mimbar bebas, sementara paslon nomor urut 2, Rizaldo-Miftah melakukan long march.

Rizaldo-Miftah menggelar long march sejak pengembalian berkas pada 3 November lalu hingga saat pencabutan nomor urut. Paslon beda angkatan itu tampak melibatkan massa pendukungnya dalam setiap pergerakan kampanye mereka.

Sekitar 20 pendukung turut berpartisipasi membawa balon huruf dengan ejaan ‘KITA’ akronim dari ‘Kolabolator Cinta Untuk Asa Indonesia’ bersama bendera dari fakultas asal keduanya, FKIP dan FKM.

Saat disambangi di Rumah Dinas BEM FKIP--nama sekretariat BEM FKIP pada 3 November lalu, Rizaldo sedang menyiapkan berkas pengembalian sambil menunggu berkumpulnya massa untuk melakuakan long march menuju Gedung Student Center. Menurutnya, long march adalah salah satu inovasi di Pemira kali ini. Dan, Pemira sebagai hajatan besar, semestinya memang disambut meriah.

“Saya ingin membawa nuansa baru di Pemira kali ini. Meskipun persiapannya kurang, karena malamnya baru ada ide, insyaallah ke depan kita akan ada konsep dan konten yang cukup menarik untuk makin memeriahkan Pemira," ungkapnya.

Sementara itu, Nur Hariyani-Jusman, memilih model kampanye mimbar bebas sambil memanfaatkan kampanye lewat media sosial, dan ‘boom’ selebaran berisi visi, misi, dan program unggulan yang mereka usung.

Namun, untuk mimbar bebas, dikatakan Yani tidak bisa dilakukan di semua fakultas, karena harus memperhatikan kondisi fakultas yang berbeda-beda. Tetapi, selebaran dan kampanye elektronik terus digalakkan.

“Mimbar bebas belum bisa kami lakukan. Kami juga kan harus membuat kesepakatan dengan BEM dan DPM fakultas. Kondisi saat sedang belajar mengajar pun tidak akan kami lakukan mimbar bebas” terangnya.

Panggung Pemira akan melahirkan pemimpin baru, yang mana sivitas Unmul yang katanya terpapar hedonisme tidak mau kenyang janji-janji. Pergerakan harus tetap hidup, agar kepalan tangan dan gema teriakan 'Hidup Mahasiswa!' itu bermakna lagi. (ann/aml)



Kolom Komentar

Share this article