Berita Kampus

Putar Otak Demi Tarik Perhatian Mahasiswa

Supadi Kepala Perpustakaan Unmul. (Foto: Darul Asmawan)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – “Gini, mahasiswa sekarang seperti sudah merasa terpenuhi melalui smartphone, melalui internet. Jadi, ngapain ke perpustakaan?” tanya Supadi.

“Kita harus cari alternatif agar mahasiswa berkunjung ke perpustakaan,” lanjutnya.

Itulah kalimat pembuka yang diucapkan Kepala Perpustakaan Unmul tersebut saat menanggapi banyaknya mahasiswa yang enggan berkunjung ke perpustakaan.

Pria yang juga memimpin Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Kalimantan Timur ini lalu menyebut banyak hal yang dirinya ingin lakukan setelah perpustakaan mendapat akreditasi A.

Meraih predikat ISO 9001, sebuah standar kepuasan pengunjung berstandar internasional jadi target berikutnya yang ingin dikejar. Tetapi, faktor keterbatasan anggaran yang dikelola Perpustakaan Unmul jadi salah satu kendala mempercepat raihan target itu.

Sketsa melakukan wawancara khusus dengan Supadi tentang beragam hal. Juga tentang target-target lain yang dia patok agar Perpustakaan Unmul di masa datang tidak berfungsi sebagai sarana edukasi saja, tapi juga sarana rekreasi.

Berikut petikan wawancara lengkap Sketsa bersama Kepala Perpustakaan Unmul Supadi pada Selasa (23/1) lalu:

Apa yang akan dilakukan Perpustakaan Unmul setelah mendapat akreditasi A?

Kami akan mengadakan validasi atau stock opname dulu. Buku (di perpustakaan) akan kita tata ulang lagi. Selama ini sudah dari tahun 2012 tidak di stock opname. Kita sesuaikan, kita validasi dan akan diletakkan di tempat deposit. Kemudian untuk publikasi-publikasi supaya masuk, saya akan usahakan nanti.

Fasilitas selama ini kan belum ada AC, siapa tahu pak rektor akan memberikan bantuan untuk pemasangan AC. Itu bagian dari kenyamanan pengunjung. Kemudian saya ingin mengadakan dan membentuk UKM Literasi. Karena di sini (Unmul) belum ada. Di (Universitas Syiah Kuala) Aceh, ada itu.

UKM untuk skala universitas atau fakultas?

Universitas. Jadi seperti UKM-UKM yang lain. Di dalamnya ada literasi pergerakan mahasiswa. Jadi dirancang supaya mahasiswa bergerak di bidang literatur. Bagaimana meningkatkan minat baca, menerapkan penelitian, hingga belajar budaya-budaya melalui literasi. Banyak lomba-lomba semacam membuat karangan, sajak, serta pidato, dan itu dilaksanakan oleh UKM. Jadi nanti kita akan ada anggaran literasi.

Regulernya perpustakaan buka sampai jam berapa?

Jam buka rencana sampai jam 8 malam setiap hari.

Senin sampai Sabtu?

Senin sampai Jumat.

Sabtu dan Minggu ditutup?

Sabtu dan Minggu rencana buka tapi teman-teman (pegawai) sepertinya tidak bersedia, karena banyak yang sudah berkeluarga.

Apa saja fasilitas-fasilitas di perpustakaan ini yang sudah diperbarui atau baru saja dibuat?

Tadi baru rapat dan mau fokus (mengerjakan) stok opname dulu di tanggal 29. Stok opname itu untuk penataan ulang seluruh isi. Jadi buku-buku di input data lagi, mungkin sekitar satu bulan. Mahasiswa masih libur tapi pelayanan di sini (perpustakaan) tetap.

Kemudian fasilitas-fasilitas yang kami berikan, ada pelayanan ruang skripsi, ruang jurnal, ruang majalah, kemudian ruang-ruang pertemuan untuk diskusi itu kami siapkan. Dan mungkin untuk WiFi siap 24 jam.

Pelayanan di beberapa gazebo banyak dipakai, untuk pelayanan bersifat mandiri, perpanjang peminjaman buku mandiri. Kemudian kita buka koleksi-koleksi melalui online juga bisa melalui web perpustakaan.

Meminjam buku bisa secara online?

Kalau minjam secara online belum bisa, tapi perpanjang secara online bisa. Kami belum punya alatnya karena mahal sekali.

Perpustakaan Unmul akan mengarah ke level internasional, bagaimana proses menuju itu?

Karena anggaran kita yang memberikan pak rektor, jadi kita hanya mengajukan sekian untuk perpustakaan. Tapi kalau mampunya Unmul memberi anggaran ke perpustakaan segitu, ya kita belum bisa berbuat banyak. Kita baru memiliki visi ke sana (level internasional). Tapi kemarin, alhamdullilah untuk akreditasi sudah tercapai standar nasionalnya (Unmul mendapat) akreditasi A.

Siapa yang menilai?

Kemarin asesor datang bulan Oktober 2017 akhir tanggal 28 dan 29. Seluruh Indonesia yang didatangi asesor. Setelahnya secara menyeluruh akan dirapatkan dan disidangkan. Tapi kalau di sini (Perpustakaan Unmul), nilainya memang sudah cukup untuk akreditasi A. Itu tolak ukurnya dari perpustakaan. Kita akan mengacu ke ISO 9001 yang standar internasional dalam pelayanan dan kepuasan pemakai.

ISO 9001 itu standar atau apa?

ISO 9001 itu standar kepuasan pemakai. Tapi kalau standar internasional, kami sudah memakai standar itu untuk penyusunan koleksi. Jadi seandainya ke Australia, Inggris, atau Amerika, itu susunan sama.

Misal buku untuk Ilmu Pemerintahan koleksinya di nomor 360, sampean ke Amerika sana ya tetap sama. Agama itu susunan bukunya di 297, sampean ke Inggris, Eropa sana lah 297 juga, sama.

Karena dasar pedomannya sama, memakai acuan standar DDC (Dewey Decimal Classification). Itu sudah standar internasional. Kalau tidak makai itu, nanti orang, contoh mahasiswa Australia mungkin nyari buku tentang Kalimantan Timur harus di (bagian rak) budaya. Budaya di mana tempatnya? Harus tau. Jadi seluruh Indonesia bahkan sama juga apalagi yang kalau pakai DDC.

Unmul adalah universitas terbesar se-Kaltim. Tapi realitanya masih banyak mahasiswa jarang berkunjung ke Perpustakaan Unmul maupun fakultas. Bagaimana Anda melihat fenomena ini? Apa yang salah?

Jadi gini ya. Mahasiswa sekarang kayak sudah merasa terpenuhi melalui smartphone, melalui internet. Jadi ngapain ke perpustakaan? Kita harus cari alternatif agar mahasiswa berkunjung ke perpustakaan.

Pertama, paling tidak ruangan nanti kita kasih senyaman mungkin dengan sarana-prasarana yang menunjang. Nah, akan kita lengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang kalau mahasiswa tinggal di perpustakaan itu rasanya nyaman. Berarti mereka akan datang lagi.

Untuk penambahan koleksi selama ini memang dari anggaran Unmul cukup sedikit, jadi guna memenuhi seperti yang diharapkan mahasiswa kayaknya juga susah karena setiap mahasiswa beda-beda (background program studinya).

Paling, kita ya cukup tambah berapa judul buku. Banyak buku juga sumbangan dari mahasiswa dan kami juga sekarang memberatkan ke perpustakaan fakultas. Makanya, kami juga mengadakan lomba perpustakaan antar fakultas supaya di sana juga ramai dan supaya mahasiswa pada datang di perpustakaan fakultas masing-masing.

Sejak Anda memimpin Perpustakaan Unmul, anggarannya benar minim?

Selama 2 tahun ini masih hampir sama cuma. Kemarin itu Rp504 juta anggarannya. Jadi itu yang separuh untuk pembayaran tenaga honor. Jadi kami operasional cuma sekitar Rp250 juta aja.

Tapi mulai 2018 ini karena tenaga honor sudah diupayakan rektorat, jadi kami ada tambahan untuk operasional full sekitar Rp504 juta. Itu yang difungsikan untuk berkegiatan, pengadaan koleksi, kegiatan operasional, kegiatan seminar, perbaikan koleksi, atau pengembangan SDM.

Ruang sinema itu biaya dari Rp504 juta tadi atau memang pure dari rektorat?

Itu bagian dari itu juga.

Visi perpustakaan Unmul telah mengarah pada standar internasional. Apa kelak ada rencana perombakan dekorasi ruangan?

Untuk jangka panjang sudah ada bocoran dari Wakil Rektor IV. Kami menginginkan perubahan, tapi kami tidak memiliki kewenangan. Tapi, gedung ini rencananya mau ditingkat lagi jadi inovasi.

Dari WR IV sudah ada rancangan?

Konsepnya itu kalau mau tahu, silakan temui WR IV. Apakah perpustakaan nanti mau dipindah, ditukar di rektorat atau kami masih di sini, kami belum tahu. Tapi perpustakaan memang mau dibedah di sana.

Konsep perpustakaan nanti tidak harus besar, yang penting sarana dan prasarana kita lengkap. Yang penting server kita nanti kuat. Kami hanya menyediakan fasilitas.

Perpustakaan pun menyediakan fasilitas hiburan. Salah satunya, taman perpustakaan dibentuk untuk tempat olahraga dan bersenang-senang dengan keluarga. Perpustakaan sekarang tidak hanya untuk membaca. Konsepnya tempat hiburan, rekreasi bagi mahasiswa.

Meski sudah akreditasi A, Unmul dan perpustakaan tetap tidak boleh puas. Apa kekurangan saat ini yang perlu segera dibenahi?

Sekarang kita memberikan pelayanan yang baik, tapi kalau pemakai tidak puas, sama saja. Semua itu ibaratnya, antara pemberi dan yang diberi itu sama-sama puas. Makanya kami mengejar ISO 9001 ini adalah konsep untuk standar yang diakui secara internasional tentang kepuasan pemakai.

Terus terang, koleksi kurang karena koleksi yang e-book, e-journal dan majalah-majalah itu yang perlu ditingkatkan. Kami hanya sekadar mengajukan, tapi yang berwenang menentukan adalah rektor.

Nanti bisa memberikan suntikan dana untuk melengkapi fasilitas dan sarana prasarana. Pokoknya sedikit-sedikit saya ajukan pengadaan meja, kursi, dan rak lagi karena semua sudah lama-lama. Tapi alhamdullilah dalam dua tahun ini pelan-pelan ada tambahan sarana prasarana. (ysm/dan/nhh/erp/epl/adl)

 



Kolom Komentar

Share this article