Berita Kampus

PKKMB 2019: Birokrat, Rekor MURI, hingga Tak Hadirnya FISIP

Pelaksanaan Prasasti Mulawarman kali ini tak luput dari berbagai kendala.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: Dok. Sketsa Unmul

SKETSA ― Agenda Rangkaian Safari Almamater, Akselerasi, dan Adaptasi (Prasasti) Mulawarman telah digelar selama dua hari, pada 15-16 Agustus 2019 di Gedung Olah Raga (GOR) 27 September. Tidak hanya meninggalkan cerita untuk para mahasiswa baru (maba), tetapi juga panitia dibalik acara ini. Ditemui Sketsa pada Jumat (16/8) lalu, Aulia Furqon selaku ketua panitia membagikan ceritanya dalam pelaksanaan Prasasti Mulawarman kali ini.

Menurutnya, acara ini dapat dikatakan sukses atas kerja keras panitia mulai dari awal hingga pelaksanaannya. Furqon mengaku, ia dan panitia lainnya senang karena peserta berkomitmen untuk mengikuti rangkaian acara hingga usai tanpa walk out. Menjadi sebuah timbal balik, panitia juga harus memegang komitmen pada kesepakatan yang telah dibuat.

“Semua (peserta) yang masuk itu enggak ada yang keluar dari GOR, enggak ada yang walk out. Semuanya bertahan dari awal datang sampai akhir kegiatan. Di hari pertama kita komitmen, pukul 15.30 Wita agenda sudah selesai dan maba sudah turun serta closing,” jelasnya.

Ia juga menyebutkan bahwa rangkaian acara yang didukung oleh penampilan berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Unmul menarik serta menghibur maba dengan poin-poin penting dalam kehidupan kampus. Pelaksanaan Prasasti Mulawarman dalam rangka PKKMB universitas di tahun ini memang berbeda. Selain menghadirkan konsep pelaksanaan dua hari, ada target lain yang ingin dicapai, yakni memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI). (Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/pkkmb-kian-dekat-persiapan-makin-dimatangkan/baca

“Di hari kedua target besar kita mau ngejar MURI dengan Green Campus, tapi hingga H-1 (acara) itu belum ada respons dari MURI,” ungkapnya. 

“Sebenarnya agenda ini udah bisa di-MURI kan, tapi ada beberapa administrasi yang dari panitia Unmul atau penanggung jawabnya tidak sanggup untuk memenuhi. Hingga akhirnya dari MURI juga responsnya kurang. MURI ini berbayar juga dan kita sebenarnya enggak ada anggaran ke situ,” lanjutnya.

Selain pupusnya harapan tersebut, pihak birokrat dinilai menjadi salah satu kendala. Dikatakan Furqon, agenda Prasasti adalah ajang pengenalan tingkat univesitas dan menampilkan kehidupan Unmul di depan maba. Mulai dari kehidupan sehari-harinya, hingga beradaptasi dari siswa menjadi mahasiswa. Tetapi penanggung jawab atau pihak rektorat dinilai banyak melimpahkan poin-poin tersebut kepada panitia teknis alias mahasiswa. 

”Melimpahkan ibaratnya berekspetasi tinggi, mau MURI ya kan. Bukan ekspektasi lagi, (tapi) cita-cita yang spesifik. Teman-teman mengonsepkan acara dengan runding, kita mau sama-sama ada rekor MURI. Yang kedua kita pengen kondisi di dalam GOR nyaman dan fasilitas-fasilitas yang enggak ada mau kita tambahkan. Tapi, dari rektorat ada beberapa hal yang sulit untuk mencapai poin-poin itu,” terangnya.

Menanggapi Absennya FISIP

Sebelumnya, Kamis (15/8) warganet memposting foto dengan twibon I am not ready for Prasasti Mulawarman dan “GAGAL!!!” dibawahnya disertai dengan pembagian selebaran bertajuk “Birokrasi FISIP paranoid akan kritikan mahasiswa FISIP. BEM KM Unmul menutup ruang demokrasi mahasiswa fakultas. Prasasti adalah bentuk pembodohan mahasiswa baru” di luar area GOR terkait agenda Prasasti yang sedang dilaksanakan. (Baca : https://sketsaunmul.co/berita-kampus/fisip-kembali-absen-pkkmb/baca). 

Tidak hadirnya FISIP dalam agenda ini turut disayangkan Furqon, karena ia menginginkan seluruh fakultas dapat turut serta memperkenalkan Unmul. Ia turut menanggapi kabar bahwa agenda ini dimiliki oleh BEM KM. “Padahal BEM KM enggak memiliki keterlibatan di sini. Kita hanya mengoordinir teman-teman UKM dan fakultas.” 

Terkait penyebaran selebaran, ia mengatakan bahwa hal tersebut sah-sah saja sebab mereka memiliki andil untuk mengkritik. Tetapi ia ingin meluruskan bahwa agenda ini dimiliki universitas sehingga BEM KM tidak memiliki keterlibatan dan hanya memiliki fungsi untuk mengoordinir UKM dan fakultas. Dibuktikan dengan adanya konsolidasi yang telah dilakukan, dan dikatakannya FISIP turut hadir dalam konsolidasi tersebut.

“FISIP ada. Kemarin tuh kita konsol fakultas, diadakan sekali, satu bulan sebelum Prasasti. Teman-teman BEM KM kan sudah bilang, kita enggak mau ngambil alih Prasasti, kalau misalnya enggak ada komit dari birokrat terkait agenda. Kami selalu dikambing hitamkan. BEM KM ini tidak ada terlibat di sini, BEM KM ibaratnya mengurus pergerakan sendiri,” ujar Furqon.

Menurutnya, yang dapat menilai agenda ini adalah maba, karena mereka yang merasakan seperti apa kegiatan berlangsung. Ia juga mempertanyakan pernyataan FISIP yang menyebut agenda Prasasti Mulawarman adalah pembodohan dan sama dari tahun ke tahun.

“Poin-poinnya banyak melihat dua tahun ke belakang. Dibilang tahun ini sama saja, sedangkan mereka enggak tahu acara di dalam kayak gimana. Nah itu sebenarnya tanda tanya juga buat temen-temen FISIP, tahu dari mana agenda kali ini berjalan? Kalau memang tahu, ya sama-sama evaluasinya. Kan demi kemajuan Unmul juga,” katanya.

Ia juga mengeklaim panitia sudah menyiapkan segalanya dengan kompleks. Memiliki alasan masing-masing dan tidak langsung tembak, mulai dari tema dan tagline yang telah dipikirkan matang-matang. Mahasiswa Fakultas Kehutanan ini menyatakan birokrat meminta BEM KM untuk mengoordinir UKM serta fakultas agar turut serta dalam agenda Prasasti, sebab agenda ini berskala besar dan membutuhkan banyak persiapan. “Kita koordinir mahasiswa. BEM KM koordinasikan UKM dan fakultas agar sama-sama kita bangun Prasasti. Kayak agenda Dies Natalis. Itu kan yang ngatur universitas, begitupula Prasasti. Kalau BEM KM yang ngatur, anggaran kami  tidak ada, bahkan anggaran kami setahun sama dengan anggaran Prasasti kali ini,” tutupnya. (len/rth/adl)



Kolom Komentar

Share this article