Berita Kampus

Pancasila, Kini dalam Implementasinya

Di tengah maraknya isu SARA di Indonesia, tulisan “Saya Indonesia, Saya Pancasila” viral di media sosial. (Sumber ilustrasi: shafirasjourney.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Ibarat  bangunan yang kokoh, tentunya bergantung pada kekuatan pilar penyangga. Begitu pula dengan negara. Berpegang pada ideologi dasarnya, sebuah negara akan terus bersatu guna menghindari perpecahan. Indonesia yang kaya akan keberagaman bertumpu pada Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara.

Untuk memaknai momentum Kelahiran Pancasila, beberapa elemen masyarakat melakukan aksi untuk menujukkan kecintaannya pada Pancasila. Di tengah maraknya isu SARA di Indonesia, tulisan “Saya Indonesia, Saya Pancasila” viral di media sosial. Hal ini menjadi salah satu wujud kecintaan dan kebanggaan menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila. 

Jauh sebelum hari ini, 72 tahun lalu terukir napak tilas lahirnya Pancasila. Lima sendi yang terikat dalam Pancasila merupakan harapan pendahulu untuk Indonesia. Yuspebri Mika, salah satu mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan, menyatakan masyarakat masih kurang dalam pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

“Warga negara Indonesia sendiri masih kurang paham apa itu Pancasila. Hanya sebagai simbol ideologi dasar negara yang dipasang di dinding sekolah dan kantor,” tuturnya.

Seiring dengan kondisi negara yang semakin pelik, tidak dapat dimungkiri, Pancasila belum sepenuhnya bisa terlaksana. Peran generasi muda Indonesia kini semakin genting.

“Untuk merefleksikan Pancasila salah satunya dengan cukup saling menghargai keberagaman di Indonesia, kita tingkatkan lagi pemahaman arti Bhineka Tunggal Ika,” tukas mahasiswa angkatan 2015 ini.

Dalam penerapannya, generasi muda malah menjadi bagian dari oknum yang merusak estetika nilai Pancasila. Beberapa isu panas terkait penghinaan terhadap Pancasila sempat merebak. Rizaldo, Gubernur BEM FKIP ikut menyayangkan hal ini. Tidak semata-mata berasal dari diri kaum muda, namun kesalahan ini juga menurutnya dari para pemegang kuasa.

“Menurut saya ini bermula dari para elite politik sekarang. Pertikaian antar ras, agama, golongan masih sering terjadi di negeri ini,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa jalan untuk menanamkan nilai cinta Pancasila ialah melalui pendidikan. Terlebih dirinya yang berasal dari fakultas keguruan, yang merupakan corong pembentuk gugus bangsa. Sehingga Pancasila tidak menjadi teks semata, namun diimpelementasikan dalam kehidupan berbangsa.

“Pancasila memiliki nilai luhur yang mestinya kini di refleksikan oleh seluruh elemen masyarakat, terutama pemimpin bangsa hari ini,” pungkasnya. (adl/dyh/wal)



Kolom Komentar

Share this article