Momentum Hari Kartini dalam Srikarsinah dan Seminar Keperempuanan
Pemilihan Srikarsinah, salah satu ragkaian acara memperingati Hari Kartini oleh BEM FIB Unmul. (Sumber: Yasmin Mediana)
SKETSA – Raden Ajeng Kartini. Salah satu pelopor dan pejuang emansipasi di Indonesia yang tak dapat dipandang sebelah mata. Berjuang demi menyadarkan bahwa perempuan adalah makhluk yang tidak bisa direndahkan. Salah satu cara untuk mengenang dan menghargai sosoknya ialah melalui momentum Hari Kartini yang diperingati tiap 21 April. Seperti yang dilakukan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unmul, yang menggelar rangkaian acara, mulai dari pemilihan Srikarsinah dan berakhir dengan seminar keperempuanan.
Menteri Keperempuanan BEM FIB, Suryani Thamrin mengatakan, Srikarsinah merupakan singkatan dari tiga nama perempuan pejuang di Indonesia, yakni Srikandi, Kartini, dan Marsinah. Pemilihan Srikarsinah ini bertujuan untuk memberikan edukasi. Selama pelatihan, enam peserta yang mengikuti ajang pemilihan ini dibekali mandat yang bertujuan untuk dapat memperkuat karakter mereka. Dan diharapkan ke depannya mdapat menyebar inspirasi dan menjadi contoh bagi perempuan-perempuan di FIB lainnya.
Sebelum akhirnya terpilih, para peserta mengikuti semi-karantina selama 2 hari. Mereka diberikan pelatihan public speaking, kepribadian, kemudian dilanjutkan dengan Focus Group Discussion.
“Di situ mereka diasah pemikirannya, bagaimana caranya mereka berpikir dan akhirnya peduli dengan permasalahan-permasalahan perempuan. Terutama untuk di FIB sendiri,” ujarnya kepada Sketsa, Rabu (18/4)
Dengan adanya Srikarsinah yang terpilih, diharapkan nantinya dapat mendukung program kerja Kementerian Keperempuanan dan dapat memberikan masukan apabila terdapat pergerakan baru yang lebih fresh.
“Apa yang sudah Srikandi, Kartini dan Marsinah perjuangkan itu mohon kita teruskan. Menjadi perempuan yang dapat berkontribusi terhadap pergerakan keperempuanan," harapnya.
Sketsa berkesempatan menemui Mercy Oct Venny, Srikarsinah FIB 2018. Ia bercerita, mulanya ia merasa tidak yakin mengikuti pemilihan ini karena merasa kurang pecaya diri. Bermula dari keisengannya melihat program-program yang ditawarkan, ia pun merasa tertantang dan memberanikan diri untuk mendaftar.
Mercy menilai pemilihan ini bisa menjadi ajang untuk menggali potensi perempuan. Sebagai Srikarsinah, Mercy berharap dapat menjadi perempuan yang menginspirasi. “Saya ingin menyadarkan perempuan, bahwa di dunia ini kita harus berpendidikan, harus cerdas,” kata mahasiswa Sastra Inggris 2017 ini.
Usai menggelar pemilihan sosok Srikarsinah, rangkaian agenda ditutup dengan seminar keperempuanan pada Sabtu, (21/4). Bertempat di Ruang Serbaguna Rektorat lantai 4, seminar yang mengusung tema Potret Perempuan sebagai Pilar Perbaikan ini menghadirkan Sulastri, Dewan Dinas Pemberdayaan Perempuan BEM FKIP Unmul 2017, serta Irma Surayya Hanum selaku dosen FIB sebagai pemateri.
Ditemui Sketsa, Sulastri menjelaskan bahwa perayaan Hari Kartini merupakan pengingat bahwa perempuan punya suara yang harus di dengar. Karena perubahan tidak bisa hanya dilakukan laki-laki, tetapi perempuan juga andil di dalamnya.
“Ini juga sebagai momentum untuk kita para perempuan Indonesia untuk semakin tahu bagaimana perempuan dulu berjuang," pungkasnya. (epl/ysm/nul/mrf/adl)