Branding

Seminar “It's Mee 7 2024” HMJ IE: Siapkan Pemuda Hadapi IKN lewat Ekraf

HMJ Ilmu Ekonomi adakan Seminar dan talkshow sebagai persiapan menghadapi IKN dalam kewirausahaan

Sumber Gambar: Gita/Sketsa

SKETSA - Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Ekonomi (IE) FEB Unmul sukses menggelar seminar dan talkshow sebagai rangkaian acara It’s Mee 7 2024 pada Jumat (15/11) lalu di Gedung Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si. 

Mengangkat tema “Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Penerapan Ekonomi Kreatif (Ekraf) Guna Menyongsong IKN Menjadi Pusat Perekonomian Baru”, acara ini dihadiri sekitar 100 peserta dengan mengundang tiga narasumber. 

Ketua Umum HMJ IE Reynaldo Putra mengungkap, tema tersebut dipilih karena kesadaran HMJ IE bahwa mereka adalah pusat info ekonomi bagi mahasiswa. Sehingga ia ingin ikut meramaikan perkembangan dunia perekonomian, termasuk bagaimana menyongsong IKN dengan penerapan ekonomi kreatif tersebut.

“Kegiatan ini akan menjadi wadah mendapat ilmu baru sekaligus bukti mahasiswa ekonomi khususnya FEB Unmul dapat terus mengikuti perkembangan perekonomian,” katanya di penghujung sambutan saat membuka acara. 

Ketua Panitia It’s Mee 7, Aditya Ramadhana menyebut It’s Mee atau “Intelectual, Solidarity, Mulawarman Economy Event” sendiri memang merupakan acara tahunan. Agenda ini bertujuan untuk merangkul dan sebagai ajang silaturahmi mahasiswa. Selain itu, program kerja tahunan HMJ IE ini juga diikuti dengan serangkaian lomba. 

“Harapannya It’s Mee dapat bermanfaat untuk teman-teman mahasiswa sampai lulus nanti,” katanya kepada Sketsa pada Jumat (15/11) lalu. 

Sesi utama acara diisi dengan seminar dan talkshow yang dipandu oleh Dosen Ilmu Ekonomi FEB Unmul, Muhammad Tommy Fimi Putera. Sesi ini juga menggaet tiga narasumber, di antaranya ialah Analis Kebijakan Ahli Muda Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim, Agung Sugiarto. Lalu, ada Husein Firdaus selaku founder Millenial Nusantara, dan Emmilya Umma Aziza Gaffar selaku Dosen Ilmu Ekonomi FEB Unmul. 

Agung Sugiarto, dalam pemaparannya, fokus membahas perkembangan ekraf dan wirausaha pemuda. Menurutnya, saat ini yang menjadi masalah yang sangat memprihatinkan adalah masalah kesempatan kerja di mana jumlah dan penyerapan lapangan kerja tidak seimbang. Sehingga, Dispora memberikan solusi untuk membina pemuda dalam wirausaha di bidang ekraf. 

“Solusinya adalah membudayakan pemuda dalam kewirausahaan untuk menghidupkan kembali aktivitas perekonomian,” ujarnya. 

Menurut Agung, Ibu Kota Nusantara (IKN) yang selalu menimbulkan pro dan kontra harus dimaknai dengan cara berbeda. Sehingga, pemuda dapat mengambil sikap. Alhasil ia menganggap harus mempersiapkan pemuda dalam hal kewirausahaan yang dimatangkan sejak dini. 

Sementara narasumber kedua, Husein Firdaus memberikan pandangan kritisnya terhadap pembangunan IKN dalam kaitannya dengan persoalan ekonomi. Ia menyebut, persoalan ekonomi adalah persoalan yang kompleks. 

“IKN pasti disebut megah dan merupakan sumber ekonomi baru tanpa analisis lebih lanjut, padahal terdapat efek domino,” katanya. 

Menurut Husein, dampak pembangunan IKN tentunya akan terasa lima tahun ke depan. Namun, ia tidak melihat adanya kesiapan daerah yang matang untuk menghadapi hal tersebut, di mana para pemudanya tidak punya tawaran terkait pemindahan IKN. 

“Tidak ada mahasiswa yang agresif soal pemindahan IKN, padahal kaum intelektual,” lanjutnya. 

Husein menegaskan, pemuda sebaiknya memiliki perencanaan dan persiapan untuk menghadapi tantangan dalam pembangunan IKN, cerdas melihat persoalan baru yang akan datang tanpa harus menunggu IKN jadi terlebih dahulu. Hal ini disebabkan karena IKN menjadi tantangan baru dalam persoalan ketimpangan dan ketidakadilan di Kaltim. 

“Apakah nanti yang kaya akan menetap di IKN karena mereka pemilik modal dan kita tetap jadi kelas pekerja?” ucapnya. 

Sementara itu narasumber ketiga, Emmilya Umma Aziza Gaffar melihat masalah ekonomi dan IKN dari sisi akademisi. Ia berkata dengan tegas, IKN sudah terlanjur ditetapkan dan dibangun sehingga bagaimanapun harus diterima. Masyarakat juga tentunya harus mempersiapkan diri sebab akan ada banyak pendatang baru di Kaltim. 

“Kalau tidak mau kalah dari pendatang yang kapasitasnya bisa jadi lebih dari pemuda lokal, kita juga harus mempersiapkan diri dan menunjukkan kalau kita lebih mampu,” jelasnya. 

Ia menegaskan, jika tidak ingin menjadi penonton, maka harus menjadi pelaku dengan cara meningkatkan kualitas, berproses tanpa banyak protes, dan meningkatkan sisi akademis. Seorang pemuda seyogianya memiliki tujuan. Ia menawarkan lima prinsip mempersiapkan diri dalam menyongsong IKN, yaitu meningkatkan intelektualitas, integritas, kapasitas, kreativitas, dan religiusitas. 

Setelah pemaparan, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan sesi pembagian hadiah para pemenang lomba sebagai penutup. Sebelumnya, kegiatan ini didahului oleh lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI)  dengan tema yang sama dan diikuti oleh mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi. 

Sesi presentasi dilaksanakan pada Kamis (14/11) di Perpustakaan Unmul lantai 3. Penilaiannya dilakukan secara langsung oleh tiga juri, yaitu Mahasiswa Magister Hukum Unmul, Ahmad Mukhallis Aqidih, Dosen Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT), Uut Rahayu Ningsih, dan Dosen Unmul, Bayu Aji Nugroho. 

Penilaian kemudian menyisakan tiga pemenang, di antaranya tim dari FEB Unmul sebagai juara ketiga, disusul oleh tim dari FISIP Unmul sebagai juara kedua, dan tim FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) selaku juara pertama. 

Masing-masing perwakilan tim menceritakan proses mereka dalam pengerjaan LKTI hingga kendala yang dihadapi selama pengerjaan. 

Ivana Lim, mahasiswa FISIP Unmul 2022 dan Winda Safitri selaku mahasiswa FISIP ULM 2022 menyebut, karya tulis mereka berasal dari analisis kritis mengenai potensi ekonomi kreatif di daerah masing-masing. Winda dan tim mengangkat potensi wisata budaya dengan percontohan di Kota Banjarmasin, sedangkan Ivana dan tim melihat bentuk ekonomi kreatif baru yakni Kopi Gercep. 

Sementara itu perwakilan juara ketiga, Immanuel Randa mahasiswa FEB 2021  menyebut ia dan tim melakukan riset dalam penulisan LKTI karena adanya keresahan terhadap problematika riil yang ada di masyarakat, terkait permasalahan perekonomian hingga infrastruktur. (ner/gta/ali)



Kolom Komentar

Share this article