Berita Kampus

Meski Kisruh UKT, BEM Farmasi Ingin Hindari Aksi dan Fokus Prestasi

Pergerakan BEM Farmasi belakangan jadi sorotan setelah surat penolakan ajuan penurunan UKT turun dari dekan Farmasi. (Foto: Mayang Sari)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Pergerakan BEM Farmasi belakangan jadi sorotan setelah surat penolakan ajuan penurunan UKT turun dari dekan Farmasi, Laode Rijal. Gubernur BEM Farmasi 2017, Faqur Rahman mengaku dirinya tak akan bertemu dekan membahas mengenai hal itu tanpa persiapan yang matang. 

Sejauh ini, ia cuma berani curi-curi kesempatan. Karena selain menjabat dekan, Laode Rijal juga merupakan dosen pembimbingnya. Pada momen tertentu itulah Faqur berbincang perihal UKT, meskipun hanya sekilas pantas. 

Di Farmasi isu UKT memang sensitif bahkan sejak pertama kali diberlakukan. Faqur sebagai orang teratas yang memimpin pergerakan BEM Farmasi, mengatakan ia mantap memilih bergerak lembut dengan cara menuntut transparansi. Keputusan itu lahir dari beragam pertimbangan. Salah satunya karena tak ingin merendahkan derajat fakultas. 

“Untuk Farmasi cara-cara aksi yang bakar ban itu kami taruh di akhir lah. Kenapa kami pilih transparansi ini biar kami tidak merugikan pihak-pihak lain. Misal kami aksi depan dekanat, yang malu juga dekan. Kalau dekan sebagai pimpinan malu, ya, kami juga harusnya malu. Tapi, bukan berarti aksi begitu tidak kami lakukan. Kami jelas lakukan tapi di waktu yang tepat,” ungkapnya. 

Faqur juga bakal menggalakkan keikutsertaan lomba bagi mahasiswa Farmasi melalui pengaktifan kembali fungsi UKM. Tak tanggung-tanggung, tiga emas jadi target tahun ini. Hal itu dimaksudkan guna meningkatkan citra positif fakultas, sekaligus ajang pembuktian bahwa mahasiswa tidak sekadar aksi tapi juga berprestasi. 

“Kalau kita berprestasi, kenapa kita tidak mendapatkan hak kita sebagai mahasiswa? Kalau kita berprestasi tapi tidak mampu, kenapa tidak bisa diturunkan UKT-nya?” tukas Faqur.

Fenomena lain dari UKT di Farmasi ialah mahasiswa cuma pasrah dengan keadaan yang ada. Dari wawancara Sketsa bersama Gubernur BEM Farmasi 2016, Dimas Aqil Fikrinda mengatakan kebanyakan mahasiswa hanya menggerutu di belakang untuk kemudian menjalaninya dengan pasrah. 

(Baca: http://sketsaunmul.co/berita-kampus/penurunan-ukt-ditolak-bem-farmasi-bertindak/baca)

Faqur sendiri melihat perlu ada kesadaran dalam diri mahasiswa manakala mengetahui besaran biaya UKT yang mahal. Karena ini erat kaitannya dengan kebutuhan fasilitas penunjang yang juga serba mahal. Bagi Faqur penting untuk mengedukasi mahasiswa soal keselarasan ini. 

“Dibilang pasrah, saya setengah setuju setengah tidak. Saya juga korban UKT mahal. Tapi ingat, ada orang yang sadar dan ada yang tidak. Menyadari alat-alat lab itu mahal, keterbatasan karyawan dan tenaga pengajar, bahan penunjang, serta gedung kami yang masih menyewa. Kami berjuang dengan edukasi mahasiswa. Mahasiswa harus cerdas. Jangan sampai mau UKT murah tapi fasilitas buruk,” pungkasnya. (aml/wal)



Kolom Komentar

Share this article