Merasakan Asa KKN Kebangsaan
Ada yang menarik dalam pelaksanaan KKN Kebangsaan tahun ini. Program nasional dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) ini tidak hanya diikuti oleh ratusan mahasiswa se-Indonesia. (Foto: Dok. Pribadi)

SKETSA - Kuliah Kerja Nyata, disingkat KKN. Kesempatan mahasiswa mengabdi pada rakyat, di pelosok negeri. Salah satunya adalah program KKN Kebangsaan. Program nasional dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) ini tidak hanya diikuti oleh ratusan mahasiswa se-Indonesia. Namun, juga diikuti oleh mahasiswa internasional dari Universitas Teknologi Malaysia (UTM) dan Ehime University, Jepang.
KKN Kebangsaan kali kelima sejak 2013 lalu, tahun ini bertempat di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo dengan melibatkan 53 perguruan tinggi negeri dan swasta. Unmul tak ketinggalan berpartisipasi. Lima mahasiswi yang terpilih melalui tahap seleksi mewakili Unmul dalam kegiatan tersebut. Mereka yakni Inggrid Heksa Novianda (FEB), Fitriyani Sinaga (Fahutan) Lia Asriqah dan Widya Fajariani (FMIPA) serta Felisya Santika Saragih (Faperta).
Pelaksanaan KKN resmi dibuka oleh Menteri Ristekdikti Muhammad Nasir pada (20/7). Kemudian dilanjutkan dengan pembekalan selama dua hari yang dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto, mantan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Gubernur Gorontalo dan Bupati Bone Bolango.
Inggrid merasa sangat bersyukur bisa menjadi salah satu peserta KKN Kebangsaan. "Seneng banget dan alhamdulillah. Ngerasain banget gimana Bhinneka Tunggal Ika itu sebenernya," ungkap Inggrid kepada Sketsa melalui WhatsApp, Rabu (16/8).
Berbaur dengan mahasiswa seluruh Indonesia dengan berbagai latar belakang, bertukar pikiran, ilmu dan pengalaman tentu menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Inggrid menjelaskan terdapat enam program kerja (proker) wajib dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG) sebagai tuan rumah. Proker berfokus pada konservasi dan ketahanan pangan. Sesuai dengan tema yang diangkat, yakni "Merajut Tali Kebangsaan melalui Penerapan Program Kedaulatan Pangan dan Konservasi Lingkungan Berbasis Pemberdayaan."
"Untuk proker tambahan, disesuaikan dengan kebutuhan desa kita," tambah Inggrid. Tercatat ada 437 mahasiswa yang dibagi dalam kelompok dan disebar ke 60 desa dari 11 kecamatan di Kabupaten Bone Bolango. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang.
Inggrid pun mengaku mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat. "Semua kegiatan mereka support dan antusias buat ikutan. Kita dijamu, dilayani dengan baik," katanya.
Inggrid mengaku KKN Kebangsaan menjadi pengalaman luar biasa untuknya. Beradaptasi dengan mahasiswa berbeda almamater, dan mempelajari kebudayaan masyarakat lokal. Meski begitu, pengabdiannya dalam KKN bukan berarti tanpa kendala. Bahasa salah satunya.
"Saya di Kecamatan Suwawa yang (menggunakan) Bahasa Bonda. Beda sama Gorontalo, bahasa Gorontalo aja kadang suka susah ngertinya," ungkap mahasiswi Jurusan Akuntansi 2014 ini. Kendala lainnya adalah mengubah pola pikir masyarakat.
"Di sini budaya ngaretnya parah," keluh Inggrid.
Dalam rangka HUT RI, Inggrid dan kawan-kawan mengadakan pengibaran bendera di bukit, dekat Penangkaran Burung Maleo.
"Terus di sini ada gerak jalan anak KKN bersama warga dilanjutkan sama lomba-lomba di desa. Tanggal 17 (kemarin) kita upacara di kabupaten," tutupnya. (asr/krv/jdj)