Berita Kampus

Mengecewakan, Ibrahim: Advokasi Ideal itu Fokus, Jelas, Serius!

Ibrahim Wakil Presiden BEM KM Unmul periode 2015. (Sumber foto: Dok. Pribadi)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Pengawalan isu UKT semester 9, tak terlepas dari kinerja BEM KM Unmul serta Tim Khusus (Timsus) UKT 2013. Menurut Ibrahim, kinerja advokasi BEM KM bersama timsus dalam memperjuangkan penurunan UKT 2013 dinilai belum maksimal. Hal ini dikarenakan, bahan pelengkap advokasi berupa data dan dasar aturan untuk memperkuat tuntutan penyesuaian UKT pasca delapan semester, masih sangat minim. Padahal, dua item tersebut sangat penting. Sehingga wajar kalau sampai saat ini, advokasi BEM KM mengecewakan.

“Argumentasi yang dibangun ketika audiensi bersama rektorat lemah. Selalu mental. Rektoratnya ngotot, mahasiswa kehabisan akal. Sementara opsi rektorat sejauh ini sama sekali tidak menguntungkan mahasiswa. Tidak memenuhi rasa keadilan,” ujar Wakil Presiden BEM KM Unmul periode 2015 itu.

Menurut Ibrahim, advokasi ideal adalah advokasi yang dikerjakan dengan fokus, jelas, dan serius. Pembentukan timsus dinilai bagus, namun ia menyayangkan lambatnya gerak dari timsus, serta terkesan tidak begitu memahami masalah. Mestinya, sejak dibentuk timsus, langsung berburu data. Data merupakan elemen penting. Sebab, itu jadi dasar tuntutan advokasi. Dari data yang terkumpul, tentu memunculkan berbagai fakta seputar UKT yang bermasalah. Sehingga, jadi bahan perbandingan.

“Contoh jumlah mahasiswa yang tinggal melakukan sidang pendadaran, tapi masih dipungut UKT hingga Rp 4 jutaan. Itu kan keterlaluan! Jumlahnya enggak sedikit. Kalau datanya terkumpul lebih cepat, maka bakal keliatan berapa besarnya pendapatan rektorat, karena tetap menarik UKT full ke mahasiswa yang sudah melewati delapan semester," terangnya.

Selain itu, mestinya kumpulkan fakta lain, seperti mahasiswa yang pontang-panting bayar UKT, di tengah perekonomian yang sulit ini. Kemudian, advokasi yang dibangun harus berburu dukungan dan kampanye yang masif. Tanpa dukungan mayoritas mahasiswa, advokasi akan mudah dikalahkan. Salah satu caranya adalah dengan memperkuat aliansi. Komunikasi antar lembaga harus dibuat semasif mungkin. Pertemuan diskusi harus digelar maraton.

"Kalau perlu pagi-siang-malam hingga tuntutan disepakati bersama secara luas. Jika aliansi kuat dan banyak, maka media massa akan tertarik meliput," sebut pria yang disapa Baim ini.

Dari hasil pengamatannya, ada beberapa poin yang masih kurang dianggap serius oleh BEM KM dan Timsus UKT. Seperti pendekatan advokasi ke media massa yang masih sangat kurang, bahkan terkesan menjauh.

“Menteri Adkesmanya, misalnya, dikonfirmasi sulit. Beberapa jawaban-jawabannya di media massa terkesan tidak serius. Syukurlah, masih ada beberapa BEM fakultas yang garang bersuara, seperti FEB dan FKIP. Nah, yang mengecewakan, justru selama ini yang terbuka dan sigap menjawab konfirmasi media itu datang dari rektorat,” keluh Baim.

Ia menyarankan jika menggalang dukungan advokasi, jangan tertumpu dengan perangkat online. Selebaran tuntutan secara offline mestinya masif dilakukan, karena jika dilihat dari followers Line@, Instagram, Facebook, dan Twitter BEM KM Unmul, dinilai tidak seberapa.

Terkait maklumat BEM KM Unmul, tentang imbauan penundaan UKT yang dibagikan beberapa waktu lalu, dinilai kacau secara administrasi. Padahal BEM KM Unmul merupakan organisasi mahasiswa tertinggi di tingkat universitas. Imbauan seserius itu, seharusnya dikeluarkan secara bertanggung jawab melalui surat resmi, lengkap dengan tanda tangan dan stempel lembaga. Bukan hanya melalui pesan siaran atau broadcast.

"Kalau perlu semua BEM Fakultas ikut bubuhkan tandatangan dan stempel lembaganya masing-masing. Itu bukti kalian solid dan tegas. Sekaligus, memperjelas siapa-siapa yang BEM fakultas yang memperjuangkan nasib mahasiswa, mana BEM yang acuh. Enggak peduli. Mana BEM yang enggak ada gunanya buat mahasiswa, selain habisi duit kemahasiswaan untuk 'jalan-jalan',” tegas mahasiswa Teknologi Informasi tersebut.

Hal terakhir yang harus ditempuh yaitu lobi ke rektorat. Namun, jika buntu dan tuntutan ditolak, Baim menyarankan lebih baik aksi saja karena tekanan massa bisa melunakkan pihak rektorat.

Saat ditanya mengenai aliansi BEM yang dinilai kurang solid, Baim menanggapi hal ini wajar terjadi. Bahkan, sering terjadi di beberapa kasus lain. Hal tersebut dianggap wajar, apabila ada BEM fakultas tak turut berpartisipasi. Namun ia merasa cukup prihatin, jika alasannya karena persoalan personal. Seperti ketidaksukaan lembaga terhadap sosok Presiden BEM KM Unmul. Bukan, karena esensi masalah yang sedang diperjuangkan.

BEM KM Unmul merupakan lembaga yang sangat penting peranannya untuk mahasiswa. Perihal polemik UKT, tiap-tiap kebijakannya menentukan nasib biaya kuliah mahasiswa angkatan 2013 dan setelahnya.

“Kalau advokasi  UKT 2013 gagal, maka besar kemungkinan nasib serupa dialami mahasiswa angkatan 2014, 2015, 2016, dan seterusnya. Syukur-syukur kalau advokasi selanjutnya berhasil. Rektorat melunak. Jadi, Norman cs harus maksimal! Korban waktu, tenaga, dan pikiran. Tanpa pengorbanan mana ada hasil yang memuaskan,“ tutupnya. 

Sementara, Norman di konfirmasi melalui Whatsapp sore (22/) tadi, mengatakan pihaknya telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mengawal permasalahan ini. "Kalau dibilang kinerja yang tak maksimal, justru ini pandangan yang tak berdasar," tanggapnya. (adn/krv/jdj)



Kolom Komentar

Share this article