Berita Kampus

Mengaplikasikan Ilmu di Kelas Melalui Bina Desa

BEM Faperta beserta Himpunan Mahasiswa berfoto bersama setelah menjalankan Program Bina Desa. (Sumber foto: Dok. Panitia)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Ibarat haus akan hal baru, inovasi memang perlu untuk dilakukan. Seperti yang dicanangkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian (Faperta). Tidak hanya melaksanakan program kerja (proker) yang mengarah di sekitar kampus, sejak setahun terkahir BEM Faperta telah melakukan upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebagai bentuk implementasi dari yang telah diterima di bangku perkuliahan. Mereka menyebutnya dengan Bina Desa.

Program Bina Desa ini menyasar ke dua lokasi, yakni Kecamatan Anggana, Kutai Lama dan Desa Kersik, Marangkayu. Ditemui Sketsa pada Senin (12/2) lalu, Sigit Untoro Ketua BEM Faperta menceritakan awal mula berdirinya program ini. Kepengurusan BEM Faperta tahun lalu menjadi inisiator Bina Desa ini. BEM tak sendirian, mereka juga turut menggandeng Himpunan Mahasiswa (Hima) di Faperta untuk turut berpartisipasi.

“Tahun 2016 dan tahun-tahun sebelumnya itu dulu binaan dari Himpunan Mahasiswa, terus kerja sama akhirnya gabung jadi satu,” terangnya.

Meski belum lama berjalan, namun Bina Desa dari BEM Faperta tidak ragu untuk memperluas daerah binaan. Sigit menyatakan tengah berencana untuk menambah tempat baru.

“Kita menargetkan satu lagi, yaitu di Jembayan dalam, jauh sih. Jadi fokus untuk di tahun 2018 ini bakal ada tiga, bisa jadi nambah lagi kalau punya lima,” ujarnya.

Kegiatan yang dilakukan Bina Desa tak lain adalah dengan memberikan pembinaan kepada masyarakat, sejauh ini telah dilakukan dalam bentuk pelatihan. Seperti yang dilakukan pada 2017 lalu, Kecamatan Anggana lebih ke pembinaan soal pertanian, seperti padi, jagung, dan hasil tani lainnya. Sedang untuk Desa Kersik, telah dilakukan pelatihan ternak cacing. Ini dibutuhkan oleh pakan-pakan ternak, seperti pakan ayam, bebek dan ikan.

Meski telah dilakukan kerja sama dengan beberapa Hima, namun Sigit merencanakan tahun ini akan merangkul lebih banyak Hima. “Jadi biar ada saling merasakan barangkali ada ilmu yang bisa ditularkan ke desa-desa,”

Adanya program ini, tentu tak lepas dari tujuan yang ingin dicapai melalui upaya yang telah dilakukan. “Bina desa kita membina apa yang menjadi kebutuhan desa kita coba penuhi sebisanya,” terangnya.

Sedangkan hal lainnya yang ingin diraih ialah memperjuangkan potensi yang ada di daerah tersebut, terlebih soal pertanian.

Berbicara soal anggaran, Bina Desa ini menggunakan dana yang sudah dialokasikan dari kemahasiswaan, yaitu dengan menggunakan dana berkisar Rp 6-7 juta. Hingga kini, Bina Desa ini masih dilakukan oleh BEM dan Hima di Faperta. Belum ada campur tangan dari birokrat dalam proses pembinaannya. “Dekan sementara itu tahu baru yang di Anggana. Karena dekan pertanian lebih sering ke Anggana. Di sana dekan pun juga punya kelpompok tani binaan sendiri,” ujarnya.

Terhitung sejak satu bulan diresmikannya kepengurusan BEM yang baru Januari lalu, langkah yang telah dilakukan Sigit bersama BEM Faperta adalah melakukan pendekatan dengan para petani. Harapan ke depannya dapat menghasilkan sebuah produk yang dapat dipasarkan.

“Harapannya satu sih, kita menghasilkan satu produk. Minimal tahun 2018 ada produk satu, tetapi bisa berkelanjutan. Dalam artian tidak berhenti dari situ saja, tapi dari tahun ke tahun harus punya inovasi,” jelasnya.  (anm/nnd/nhh/adl/els)



Kolom Komentar

Share this article