Berita Kampus

Mata Rantai Kehilangan di MAF

Penampakan Masjid Al-Fatihah (MAF). (Sumber foto: google.co.id)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Jam dinding sudah menunjukkan masuknya waktu asar, Hamzah Nasir bersama dengan kawan-kawannya yang lain bergegas ke Masjid Al-Fatihah (MAF) untuk menunaikan salat. Hamzah menaruh tasnya lebih dulu di saf terdepan sebelum pergi mengambil wudu. Tak lama kemudian, ia dan kawannya segera melaksanakan salat berjamaah.

Baru satu rakaat terlewati ketika Hamzah sadar tas miliknya sudah tidak berada di tempat.

Ia membatalkan salatnya dan segera berlari keluar mencari sosok yang mungkin telah membawa tasnya. Tapi tidak ada siapa-siapa di situ. Hamzah hanya mendapati jaket yang semula ada di atas tas, tergeletak di samping WC yang tak jauh dari parkiran.

Selepas salat kawan-kawannya segera membantu Hamzah untuk menyisir sekitaran MAF. Namun setelah beberapa menit pencarian berakhir tanpa hasil, mereka telah kehilangan jejak. Maka sore pada 21 September itu telah raib tas berisi laptop, KTP, STNK, kartu ATM, dan berkas perkuliahan milik Hamzah, mahasiswa Pendidikan Biologi 2013. 

Hamzah pun melapor ke pihak kepolisian dan mengurus surat keterangan hilang. “Sampai sekarang belum ada kabar mengenai keberadaan barang-barang itu,” katanya.

Kehilangan lainnya dialami oleh Syahrurrosyid yang mana merupakan mahasiswa dari STIMIK Samarinda. Saat itu ia sedang berkunjung ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) untuk bertemu dengan salah satu kawannya. Azan magrib berkumandang, ia pun pergi melaksanakan salat di MAF.

Lepas salat dan pas hendak memasang sepatu, sepatu miliknya justru tidak ada. Tak ingin berburuk sangka, Syahrur lantas bertanya kepawa kawannya. Si kawan malah balik mengatakan memang sering terjadi kehilangan di MAF.

“Jadi saya tidak cari dan coba ikhlaskan,” katanya.

Setelah kejadian kehilangan itu Hamzah berharap tindakan konkret dari pihak birokrat kampus. Bisa misalnya dengan melengkapi MAF dengan kamera CCTV, menurutnya ini bisa mencegah munculnya korban baru. Sementara Syahrur lebih meminta pengelola masjid bisa membuat pemberitahuan sejenis poster berisi pesan agar jemaah yang salat bisa mengamankan barang bawaannya.

Dua korban ini mempunyai kesamaan fakta cerita bahwa sebetulnya MAF memiliki keamanan yang rentan.

Hamas dan Upaya Melulu Gagal Hadapi Persoalan Keamanan MAF

Maraknya kehilangan di MAF sudah ada sejak tahun 2009. Bentuk kehilangannya bermacam-macam, mulai dari tas berisi barang penting sampai sepatu. Rerata yang menjadi korban pun adalah mahasiswa baru.

Ketua Himpunan Aktivis Masjid Al-Fatihah (Hamas), Abdul Rahman mengatakan pihaknya berupaya untuk mengurangi tingkat kehilangan seperti dengan mengingatkan kepada jemaah untuk tidak menaruh barang bawaannya sembarangan. Sejak 2016, Hamas telah menyediakan tempat penitipan barang.

Menurut penuturan Rahman, sejak adanya tempat penitipan barang tingkat kehilangan di MAF menurun. Namun, untuk data tahun ini saja dari Januari hingga Oktober sudah terjadi 7 kali kasus kehilangan. Di antaranya 5 laptop, 5 ponsel, dompet, dan uang yang di MAF saat bulan Ramadan sebesar Rp12 juta.

Selain jemaah masjid yang menjadi korban kehilangan, sekretariat Hamas tak luput dari kemalingan. Total sepuluh kali sudah sekretariat Hamas disatroni maling. Rahman bahkan mengaku dirinya telah kehilangan laptop sebanyak dua kali.

Modus para kelompok pencuri itu, mereka gemar menyamar menjadi jemaah masjid. Aksi pencurian dilaksanakan tidak hanya ketika salat berjamaah, saat ada mahasiswa yang menginap di MAF pun jadi sasaran pelaku.

Rahman mengatakan sudah ada rencana untuk meningkatkan keamanan yakni dengan mendirikan pos keamanan. Namun, itu juga akan berbenturan dengan renovasi sekretariat Hamas yang wacananya telah ada sejak 2010, tapi hingga sekarang belum direalisasi oleh birokrat.

”Kalau saya punya saran seharusnya Unmul ini tempat ibadah yang lebih diutamakan karena tempat peradaban umat ya di masjid. Kalau masjid nyaman pasti semuanya berjalan dengan lancar,” jelas Rahman.

Problem Akut Kurang Personel

 “Keamanan di kampus khusus di rektorat. Terdiri atas berbagai regu, setiap regu di ketua oleh danru (komandan regu). Untuk satu regu terdiri atas lima anggota,” Rahardiono, koordinator keamanan Unmul.

Erwin, begitu ia biasa disapa, mengatakan petugas keamanan memiliki jam kerja yang terbagi atas pagi (07.00-15.00), sore (15.00-23.00), dan malam (23.00-07.00). Setiap petugas memiliki peran masing-masing ada yang berpatroli, menjaga di pos, dan ada yang di parkiran. Patroli dilakukan tiap satu atau dua jam sekali dan dilaksanakan dari pagi hingga malam. Kendaraan yang digunakan bisa motor atau mobil.

Atas dasar itu, Erwin berasumsi kehilangan barang di MAF terjadi ketika pihak keamanan telah selesai berpatroli. Ia lebih menembak akar masalah pada jumlah personel keamanan yang masih kurang.

“Mahasiwa semakin banyak, personel bisa berimbang. Minimal bisa mengurangi kejadian,” katanya.

Untuk setiap kehilangan yang terjadi di area kampus diadukan kepada Satuan Gabungan Satpam (Satgas). Selain menerima laporan kehilangan, satgas juga bertugas mengontrol keamanan di setiap fakultas. Apabila kehilangan terjadi di fakultas, sepenuhnya tanggung jawab pihak keamanan fakultas. Namun laporan tersebut tetap akan masuk ke satgas, agar kasus dapat ditindaklanjuti ke kepolisian atau tidak.

Pihak birokrat sebelumnya sudah pernah mengiming-imingi berdirinya pos satpam di MAF. Namun hingga kini tak ada satu tiang pun yang berdiri.

“Sebenarnya dari dulu ada, mungkin koordinasinya yang belum,” ujarnya.

Ngadu yang Terabaikan

Pesan siar yang muncul di notifikasi telepon genggam berisi kabar hilangnya barang di MAF bukan sekali atau dua kali saja tersebar. Terakhir adalah pesan siar kehilangan yang dialami Hamzah. Itu adalah satu dari 7 kasus kehilangan di MAF tahun ini.

Pada masa kampanye Pemira BEM KM Unmul 2016 lalu, Norman Iswahyudi yang sekarang menjabat presiden pernah menyuarakan salah satu program unggulannya yang dinamakan Ngadu. Program ini memberikan fasilitas pengaduan untuk mahasiswa yang resah atas permasalahan kampus. Termasuk di dalamnya soal isu keamanan.

Sejak Norman-Bhakti dilantik dalam Kongres Keluarga Mahasiswa pada 5 November 2016 program kerja Ngadu sama sekali tidak terlihat. Baru di 8 Oktober kemarin pukul 21.06 BEM KM Unmul melalui akun resminya menyiarkan adanya program Ngadu. Itu pun diawali dengan kata “coming soon” yang hingga hari ini belum jelas kapan akan dirilis.

Kepada Sketsa Norman hanya menyebut “dalam waktu dekat” terkait pertanyaan kapan aplikasi Ngadu akan dirilis. Harapannya nanti jika usai dirilis aplikasi tersebut bisa menjadi sarana efektif untuk mahasiswa Unmul dapat melaporkan hal-hal terkait masalah keamanan kampus.

Norman pun mengaku pihaknya telah menindaklanjuti kasus kehilangan mahasiswa dengan cara menyampaikan dan menyerahkan rilis yang nantinya akan disusun oleh Kementerian Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa. Dari laporan itu ia berharap rektor dapat membuat realisasi nyata. Sementara jika ada korban kemalingan pihaknya lebih akan memberi pemahaman dan edukasi mengenai pentingnya menjaga keamanan diri sendiri, terutama saat parkir dan beribadah.

“Dan apabila telah terjadi kehilangan maka segera lapor kepada pihak yang berwajib,” pungkasnya. (wil/iki/fqh/mpr/wal



Kolom Komentar

Share this article