Berita Kampus

Lolos Program NIAPP, Dua Mahasiswa Unmul ke Australia

Mita Sari, mahasiswi Peternakan, Fakultas Pertanian (Faperta) Unmul. (Sumber: Istimewa)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Dapat kesempatan berkunjung dan belajar ke negara lain merupakan salah satu impian banyak orang, tak terkecuali mahasiswa. Terlebih perjalanan tersebut tidak memungut biaya sama sekali alias gratis. Lalu bagaimana caranya?

Indonesia Australia Pastoral Industry Program (NIAPP) merupakan sebuah program kerja sama antara Pengurus Besar Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (PB ISPI) dengan Northern Territory Cattlemens Association (NTCA) Australia. Tujuannya adalah sebagai sarana program magang bagi mahasiswa peternakan Indonesia yang akan mempelajari sistem industri peternakan yang baik terutama sapi potong dari Australia.

Mita Sari dan Alvarihi Debora Bahihi merupakan dua mahasiswi Unmul yang terpilih dan dapat kesempatan mengikuti program ini. Mahasiswi prodi Peternakan, Fakultas Pertanian (Faperta) Unmul ini sebelumnya telah lewati serangkaian tes.

Saat diwawancarai Sketsa, Mita telah berada di Australia. Dia pun menjelaskan proses yang dilaluinya sebelum terpilih berangkat ke Australia. Tahapan seleksi yang dilalui Mita bersama rekannya sangatlah ketat, dimulai dari seleksi administrasi hingga tahap wawancara oleh NTCA Australia.

Setelah dinyatakan lulus oleh panitia pelaksana, Mita dan peserta lainnya harus mengikuti karantina terlebih dahulu. Karantina dilaksanakan di Cianjur, Jawa Barat mulai dari 23-27 Juni 2018. Sebagai persiapan awal, para peserta diberi bekal terkait pengendalian ternak, kesejahteraan hewan, hingga sejarah program NIAPP.

Masa karantina pun berakhir, tiba saatnya para peserta memuai perjalan ke Australia. Selama 10 minggu peserta akan melaksanakan petalihan dan magangnya di Northern Territory, Australia terhitung sejak 1 Juli hingga 5 September 2018 nanti.

Mita pun merasa bangga bisa terpilih menjadi salah satu dari 20 peserta yang mengikuti program ini, terlebih lagi yang menjadi saingannya adalah mahasiswa dari universitas bergengsi di Indonesia. Seperti Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Brawijaya (UB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), dan sejumlah universitas lainnya.

"Perasaan saya terpilih program NIAPP ini saya sangat bersyukur, bangga, dan senang," ungkap Mita.

Mita pun berharap setelah kepulangannya dari Australia, perjalannya akan terus berlanjut dan bisa berkontribusi memberikan dukungan terhadap persediaan pangan dalam negeri, industri peternakan, serta memanfaatkan SDM dan SDA berkualitas daya saing di pasar global.

"Industri peternakan masa depan harus juga mempunyai pemahaman dan selalu tanggap terhadap perubahan global, antara lain perubahan iklim, ilmu pengetahuan dan teknologi, jaminan produksi peternakan yang bermutu, dan perkembangan pasar dan ekonomi global," pungkasnya. (nnd/syl/wil)



Kolom Komentar

Share this article