Lawan Virus Corona, Satgas Covid-19 Unmul Produksi Jamu Bagi Petugas Medis
Tim satgas Covid-19 Unmul produksi jamu
Sumber Gambar: Dok. Pribadi
SKETSA - Penghujung 2019, dunia dihebohkan dengan kemunculan virus corona (Covid-19). Mulanya virus ini mewabah di Wuhan, Tiongkok, tetapi saat ini Covid-19 telah menjadi pandemi global dan menyerang banyak negara salah satunya Indonesia.
Tercatat per 30 Maret 2020 pasien positif Covid-19 berjumlah 1414 orang, 75 orang sembuh, dan sebanyak 122 orang meninggal. Kalimantan Timur (Kaltim) tak luput dari penyebaran Covid-19. Diketahui, hari ini (31/3) sudah 20 orang yang dinyatakan positif dan tersebar di beberapa daerah. Satu pasien asal Balikpapan pun dikabarkan meninggal dunia.
Menyikapi hal tersebut, Unmul sebagai salah satu universitas tertua di Kaltim menutup semua perkuliahan dan aktivitas yang melibatkan banyak orang. Rektor Unmul, Masjaya kemudian membentuk Tim Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Covid-19 yang diketuai oleh dr. Nataniel Tandirogang selaku dosen Fakultas Kedokteran (FK) Unmul sekaligus Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim.
Tim Satgas Covid-19 bertugas memberi masukan dan informasi kepada rektor sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan. Satgas tersusun atas dosen dari hampir seluruh fakultas di Unmul. Tidak hanya itu, nyatanya Tim Satgas Covid-19 juga memproduksi Imun Booster "Neesfarm" yang dibuat di Labolatorium Bioteknologi Fakultas Kehutanan (Fahutan).
Awak Sketsa mewanwancarai Sekretaris Satgas Covid-19 Unmul, Esti Handayani Hardi secara daring, Minggu (29/3). Esti menjelaskan bahwa dalam tim terdiri dari ketua, sekertaris, Bidang Sosialisasi, Bidang Analisis Risiko, dan Bidang Penanggulangan Covid-19. Setelah melakukan rapat, tim memutuskan untuk membuat jamu yang berasal dari bahan herbal seperti daun kelor, meniran, sambiloto, kunyit, jahe, kayu manis, dan madu kelulut.
“Orang Indonesia kan biasa minum jamu cuma komposisinya ramuan-ramuan biasa. Nah ini kita coba meramu dari bahan-bahan hasil riset secara ilmiah itu memiliki dampak signifikan untuk meningkatkan sistem imun," jelas Esti melalui pesan WhatsApp.
Seperti diketahui bahwa penyebaran Covid-19 sangat bergantung pada sistem imun manusia. Meskipun dapat meningkatkan sistem imun, disebutkan Esti jamu ini hanya berfungsi sebagai suplemen, bukan sebagai obat penyembuh Covid-19.
Jamu mulai diproduksi sejak Kamis (26/3), sebanyak 150 botol dan berisi 250 ml perbotol. Target utama produk tersebut adalah para dokter dan perawat di rumah sakit. Kemudian, hingga Jumat (27/3) tim berhasil memproduksi total 300 botol jamu dan dibagi ke beberapa civitas academica Unmul, termasuk petugas pengaman yang sedang bertugas sebagai testimoni awal.
Sebelum jamu tersebut akan diproduksi massal, Tim Satgas Covid-19 meminta agar mereka yang telah mengonsumsi jamu tersebut agar mengisi google form, terkait manfaat yang dirasakan. Ternyata dikatakan Esti tanggapan yang diberikan sangat positif, seperti banyak yang merasa tubuhnya lebih segar, tidur lebih nyanyak, serta badan terasa enteng.
Pada produksi jamu selanjutnya akan lebih banyak, dengan target 500 botol perhari. Sebelumnya untuk pemesanan jamu dilakukan melalui grup peneliti Unmul, hingga grup-grup dosen Unmul. "Ke depannya dapat pesan ke Tim Satgas Covid-19 Unmul atau melalui saya," ungkap dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) itu.
Jamu tersebut akan diberikan secara gratis nantinya, sehingga ada beberapa hal yang harus dipenuhi pemesan, yakni tujuan penggunaan yang jelas dan dibuktikan dengan adanya dokumentasi. Hal ini merupakan bentuk pertanggungjawaban Tim Satgas Covid-19 Unmul.
Namun, untuk saat ini Tim Satgas Covid-19 masih memprioritaskan penyaluran jamu yang diproduksi untuk tenaga medis di rumah sakit yang bertugas menangani Covid-19. Jika target tersebut sudah terpenuhi, maka jamu ini akan bisa dinikmati oleh masyarakat luas, khususnya di Samarinda dengan tanpa biaya.
Seluruh pendaanaan yang digunakan hingga saat ini bersumber dari iuran Tim Satgas Covid-19 dan dibantu oleh IDI Kaltim. Selain itu mereka juga bekerja sama dengan KPH Kandilo sebagai penyuplai madu kelulut, serta mahasiswa yang turut andil dalam penelitian sekaligus pembuatan jamu.
Tim Satgas Covid-19 juga bekerja sama dengan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unmul sebagai distributor jamu ke pihak rumah sakit. Kabar baiknya, menurut Esti sudah ada beberapa perusahaan yang ingin bekerja sama dan membantu pendanaan.
"Harapan saya, jamu ini bisa memberikan kepercayaan diri kepada masyarakat bahwa sebenarnya Covid-19 ini bisa sama-sama kita tanggulangi, semuanya berperan. Jadi masyarakat itu tidak khawatir, tidak was-was," tutupnya. (hlm/ubg/wil)