Berita Kampus

Laskar Pelangi di Pedalaman Kukar

Dengan berbekal semangat “Tulus Mengabdi Menebar Perbaikan” Gerakan Unmul Mengajar 2017 dalam program “Unjar Goes to School SDN 026 Filial Panca Jaya” pada Sabtu, 20 Mei 2017.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sekolah itu hanya terdiri atas satu bangunan. Lima kelas cukup memadai dan satu kelas tidak dipakai karena dinding pembatas yang tak ada dan lantai yang baru setengah tertutupi. Ruang kelasnya sempit. Jika dilihat lebih seksama, ternyata ruang kelas ‘normal’ yang biasa kita temukan (luas) disekat menjadi dua. Dinding belakangnya setengah tertutupi dan jika hujan deras maka tempiaslah ruang kelasnya. Lantainya pun, jika kita tidak berhati-hati, bisa-bisa tersandung karena paku yang mencuat atau lantai yang bolong. Hanya lemari dan papan tulis bertanda ‘Dedikasi untuk Negeri’ dari Bank Indonesia yang mewah di bangunan tersebut.

Jika tak ada papan nama “SDN 026 Panca Jaya, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kertanegara” mungkin kita tak akan percaya bahwa bangunan sekolah tersebut masih berfungsi hingga sekarang. Siswanya berjumlah kurang lebih 70 siswa, kelas satu hingga kelas enam, dengan empat pengajar.

Dengan berbekal semangat “Tulus Mengabdi Menebar Perbaikan” berangkatlah kami yang tergabung dalam Gerakan Unmul Mengajar 2017 dalam program “Unjar Goes to School SDN 026 Filial Panca Jaya” pada Sabtu, 20 Mei 2017. Kami berangkat menuju lokasi pada tanggal 19 Mei sekitar pukul lima sore melalui Tenggarong, kemudian menyeberang ke Sebulu menggunakan kapal Feri dengan biaya lima ribu rupiah per motor. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Muara Kaman hingga pukul 19.30 malam tanpa menghadapi hambatan yang berarti.

Kemudian kami beristirahat di kediaman Kepala Sekolah SDN 026 di desa Panca Jaya. Paginya, kami berangkat menuju desa Sabintulung yang berjarak 20 km dari desa Panca Jaya. Selama perjalanan kami disuguhi pemandangan persawahan yang luas membentang dan kabut pagi. Begitu sampai di desa Sabintulung kami memasuki gang kecil yang masih berupa tanah becek dan rusak.

Sekolah Laskar Pelangi, begitulah yang terlintas di kepala kami melihat kondisi sekolah. Menyaksikan semangat menuntut ilmu yang tinggi di tengah keterbatasan. Sebuah kondisi yang indah namun juga menyedihkan.

Berdasarkan penuturan Kepala Sekolah SDN 026 Panca Jaya, Muhammad Aini, sekolah ini murni swadaya masyarakat. Merekalah yang membangun sekolah tersebut dengan bahan seadanya karena rasa prihatin akan pendidikan anak mereka. Jika mengikut dengan sekolah negeri terdekat akan sangat jauh. Pun jika diberi bantuan untuk bangunan yang lebih baik masih terkendala masalah tanah karena tanah yang ditempati merupakan tanah milik perusahaan. Guru-gurunya pun pernah tidak digaji selama dua tahun.

Sekolah ini merupakan filial dari SDN 026 Panca Jaya yang bergabung dari bulan Agustus tahun lalu karena rasa salut akan semangat menuntut ilmu anak bangsa dan prihatin karena sewaktu-waktu sekolah tersebut bisa saja ditutup. Maka dinaungilah sekolah tersebut.

“Jika tidak kita naungi sekolah ini, ke mana lagi nasib anak bangsa ini?” tutur Marten, bendahara sekolah.

Sungguh menyenangkan melihat derai tawa dan dan semangat anak-anak menyambut kedatangan kami. Dengan mendatangkan Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Provinsi Kalimantan Timur, anak-anak begitu antusias menonton film dan membaca buku dari Perpustakaan Keliling. Sebuah kemewahan yang jarang mereka dapatkan.

Kami berharap, kedatangan kami tidak hanya memotivasi mereka agar semakin semangat belajar tetapi juga memotivasi mereka agar terus menuntut ilmu dan melanjutkan pendidikan setinggi mungkin.


Ditulis oleh Leoni Irmayana Astuti, Koordinator Team Creative Unmul Mengajar. 



Kolom Komentar

Share this article