Berita Kampus

Kolaborasi PKM untuk Warga Kampung Pulung

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) kali ini menyasar ke salah satu kampung di sudut kota, tepatnya di Kampung Pulung, Bukit Pinang, Samarinda. (Foto: Diyah)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) menjadi salah satu ajang yang bisa dimanfaatkan mahasiswa untuk berbagi dan berkreasi. PKM kali ini menyasar ke salah satu kampung di sudut kota, tepatnya di Kampung Pulung, Bukit Pinang, Samarinda. 

Kampung Pulung, ada alasan di balik nama kampung tersebut. Masyarakat yang menetap di Kampung Pulung sehari-sehari bekerja sebagai pemulung, hingga akhirnya kampung yang semula bernama Kampung Pinang berganti menjadi Kampung Pulung. Hal ini juga yang menjadi tujuan dari PKM yang baru dibuka pada Kamis (12/4) lalu bersama para warga, yakni memberdayakan masyarakat tersebut agar dapat berkembang menjadi lebih baik.

Ainur Basirah Mulya, Ketua PKM mengatakan penyusunan proposal telah dilakukan sejak setahun lalu. Ada lima aspek yang ditekankan, di antaranya bidang ekonomi, lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan seni. Semuanya berkolaborasi dengan mahasiswa Unmul dan pihak lain yang terkait dengan rumpun kelimuan dari kelima aspek tersebut.

”Di bidang pendidikan nanti mau bekerjasama dengan BEM FKIP. Sabtu dan Minggu dipakai untuk ibu-ibu di sini pelatihan mengolah sampah, rencananya teman-teman FEB yang akan mengawal proses pelatihan,” terangnya.

Hal senada juga disampaikan Ricky Prayanto, Ketua Divisi Sosial Masyarakat (Sosmas) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). “Ke depannya kita mau ajarkan mengolah sampah. Ibu-ibunya (di Kampung Pulung) cuma mulung aja, mereka senang karena dibayar. Padahal hasilnya enggak seberapa. Nah, kita ini maunya lebih dikreasikan lagi,” bebernya.

Dikatakan Ricky, program ini akan mereka jalankan selama dua bulan, terhitung dari Mei hingga Juni. Sejauh ini kerja sama dari BEM FEB hanya melalui divisi Sosmas yang beranggotakan tiga orang.

Sedang dari sisi lingkungan, akan bekerjasama dengan BEM Fakultas Pertanian. Untuk mengajarkan cara menanam sayuran di polybag, yang juga akan berkolaborasi dengan Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) Kaltim. Selain itu, KOPHI Kaltim juga akan membina dalam bidang seni.

Ainur yang merupakan mahasiswi dari Fakultas Kedokteran ini nantinya akan memberikan penyuluhan bidang kesehatan. Fokus utamanya adalah seputar Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Cara agar program dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di antaranya dengan melakukan pendekatan dengan mengetahui kebiasaan dan ikut berbaur dengan hal tersebut. Salah satunya adalah kebiasaan lambe.

“Contohnya kalau saya ada program kerja namanya sore nge-lambe. Lambe itu singkatan dari Langkah Cepat Hidup Bersih dan Sehat. Kami memanfaatkan ibu-ibu di sini yang suka ngerumpi, kita akan isi rumpinya dengan materi yang bagus, misalnya menu makanan sehari-hari yang harus ada,” paparnya.

Bukan pertama kalinya Kampung Pulung menerima bantuan. Empat tahun yang lalu, kampung ini menerima binaan dari Beastudi Etos, khusus untuk memberikan bimbingan belajar untuk sekitar dua puluh anak di Kampung Pulung. Habis masa program yang dijalankan Beastudi Etos, Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Kaltim melanjutkan dalam pemberian bantuan dan pembinaan kepada masyarakat hingga akhirnya diserahkan kepada PKM agar lebih fokus untuk dijalankan. Rencananya program belajar mengajar akan dilanjutkan oleh PKM setiap Senin dan Kamis.

Mengusung nama Kampung Hepar di dalam proposal pengajuan PKM untuk tempat belajar anak-anak di Kampung Pulung, Ainur menjelaskan maksud nama tersebut. “Kenapa namanya Hepar, karena kebetulan ketua timnya saya dan dari kesehatan. Biasanya bisa lolos PKM pendanaan itu kalau judulnya berkaitan dengan ilmu yang digeluti oleh si ketua. Hepar itu bahasa kedokteran, artinya hati. Jadi itu pemaknaannya kita di sini itu ya kerja dengan hati. Tapi bisa juga kepanjangannya Healty, Colour Up and Recreation,” jelas Ainur.

Ke depannya, program PKM akan selesai dalam target hitungan tiga bulan. “Dalam artian semua luaran yang direncakan dalam proposal harus sudah terjadi, seenggaknya 70%. Misal perekonomian meningkat, itu ada di dalam proposal kami, itu harus sudah terlaksana,” ungkapnya.

Sementara itu, Budi Yamin, salah stau masyarakat di Kampung Pulung merasa senang dengan adanya PKM di daerahnya. “Kalau kita sih sejujurnya senang. Saya kan selama ini belum pernah nyentuh masalah daur ulang, biasanya ya gitu-gitu aja. Kapan lagi, kan? Kalau enggak ada gagasan dari adek-adek mahasiswa,” ucapnya antusias.

Pria yang telah tinggal di Kampung Pulung sejak tahun 1995 ini berharap dengan adanya bantuan berupa binaan dari PKM ini dapat berlanjut. “Mudahan ini dilanjut aja terus, enggak berhenti di tengah-tengah. Kita sudah antusias, kalau sampai di tengah jalan, wah gimana ya,” harapnya. (dyh/nnd/ycp/adl/els)



Kolom Komentar

Share this article