Berita Kampus

Keterampilan Medik Luring, Cara FK Pertahankan Kompetensi Mahasiswa saat Pandemi

Keterampilan medik atau skill lab adalah metode pembelajaran yang berfungsi mempersiapkan keterampilan klinis bagi mahasiswa FK atau Kedokteran Gigi

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar : Rizky Amalia

SKETSA - Beralihnya pembelajaran ke sistem daring menjadi tantangan bagi mereka yang bekerja di sektor pendidikan, tak terkecuali Fakultas Kedokteran (FK) Unmul. Banyak cara yang dilakukan oleh pihak kampus dalam menghadapi pandemi ini. Salah satunya ialah menyiapkan pembelajaran daring hingga pelaksanaan ujian daring. Namun, tentu saja ada beberapa hal yang tidak bisa dialihkan hanya dengan pembelajaran daring seperti keterampilan medik.

Keterampilan medik atau skill lab adalah metode pembelajaran yang berfungsi mempersiapkan keterampilan klinis bagi mahasiswa FK atau Kedokteran Gigi selama jenjang pendidikan sarjana. Sebelum memasuki pendidikan profesi, keterampilan yang diajarkan berupa komunikasi hingga melakukan pemeriksaan fisik. Atas hal tersebut, pembelajaran secara langsung oleh dosen sangat perlu untuk menghindari adanya kesalahan persepsi.

Kemudian, kegiatan ini akan diujikan kembali di akhir semester dengan Objective Structured Clinical Examination atau lebih dikenal dengan istilah OSCE. OSCE merupakan suatu metode untuk menguji kompetensi klinik secara objektif dan terstruktur dalam bentuk putaran station dengan waktu tertentu.

Hadirnya edaran rektorat yang dikeluarkan saat Maret 2020 lalu, menjadikan penyampaian materi dilakukan melalui platform telekonferensi dan dikirim untuk diulas bersama. Metode ini dinilai kurang efektif meningkatkan keterampilan mahasiswa.

Dikhawatirkan, jika metode ini terus dipertahankan akan berakibat buruk untuk mahasiswa. Pihak akademik FK Unmul lalu memutuskan untuk mengalihkan kembali keterampilan medik ini menjadi luring seperti seharusnya.

Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni FK Unmul, Siti Khotimah menyatakan bahwa ini dilakukan agar tercapai kompetensi mahasiswa yang lebih baik dan pihaknya telah lama mempersiapkan kegiatan tersebut.

Proses penyusunan untuk keterampilan medik luring pun tidak mudah karena harus berkonsultasi dengan banyak pihak. Seperti pihak rektorat dan Satuan Tugas (Satgas). Dari hasil konsultasi, kemudian disusun Prosedural Operasional Baku (POB). Swab antigen pun turut diberlakukan.

“Masalah ini sebenarnya masih menjadi pembahasan di tingkat Unmul, seperti apa hasilnya saya belum mengetahuinya. Karena hampir semua kegiatan keterampilan medik mahasiswa kedokteran, ada hal yang harus diluringkan. Sehingga swab antigen ini akan sangat besar biayanya. Ini ditanggung siapa, saya sampai saat ini belum tahu,” jelasnya pada Sketsa, Senin (18/1).

Apabila dalam tes swab antigen ditemui mahasiswa yang positif, maka mahasiswa tersebut tetap boleh mengikuti kegiatan keterampilan medik setelah melalui proses penyembuhan. Program studi akan memfasilitasi mahasiswa tersebut meskipun tertinggal dari teman-temannya yang lain.

Pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap untuk tiap angkatan, dimulai dari angkatan 2017 terlebih dahulu. Ini setelah mempertimbangkan yudisium yang akan dilakukan pada April mendatang. Terlebih masa studi 4 tahun mereka akan berakhir saat Juni 2021.

Keterampilan medik merupakan syarat untuk melaksanakan OSCE. Jika tidak dilaksanakan sesegera mungkin, maka syarat yudisium tidak tercapai sehingga mahasiswa tidak bisa lulus tepat waktu.

Keterampilan medik angkatan 2017 sendiri awalnya dijadwalkan pada tanggal 11 Januari lalu. Namun, kondisi pandemi membuat pelaksanaannya terpaksa diundur menjadi 18 Januari dan berakhir pada 31 Januari. Dilanjutkan oleh keterampilan medik angkatan 2018 yang telah dimulai pada 1 Februari dan menyusul angkatan berikutnya.

Menurutnya, masalah ini akan lebih rumit daripada biasanya sebab banyak hal yang harus diperhatikan. Ia berharap, OSCE yang akan diadakan nantinya tidak akan mengurangi keterampilan mahasiswa.

Sempat diwawancarai pada Sabtu (16/1), salah satu mahasiswa Kedokteran 2017, Sya’idah Alawiah Dzakwan menyebut bahwa sudah selayaknya mahasiswa memanfaatkan fasilitas yang ada karena sudah disiapkan oleh fakultas. Ia juga mengungkapkan, para mahasiswa harus menyetorkan surat persetujuan dalam mengikuti kegiatan ini lengkap dengan tanda tangan orang tua mahasiswa.

Selain itu, mahasiswa harus sudah berada di Samarinda dua minggu sebelum kegiatan dilaksanakan untuk isolasi mandiri. Menurutnya, jarak waktu sosialisasi dengan keberadaan mahasiswa di Samarinda yang terlalu mepet untuk mempersiapkan semuanya cukup disayangkan.

“Sudah cukup baik menurutku. Fakultas pasti sudah memilih keputusan ini sebagai keputusan terbaik dengan membandingkan konsep-konsep lainnya. Persiapannya juga sudah cukup matang, namun fasilitas seperti masker dan face shield itu harus dari individu masing-masing. Kemarin juga tiba-tiba diundur satu minggu karena kondisi yang tidak memungkinkan. Sempat kecewa sih karena kita udah standby dua minggu sebelumnya.” tutupnya. (fty/kus/ami/wuu/rst)



Kolom Komentar

Share this article