Berita Kampus

Kabar KKN 45: Jumlah Anggota Hingga Fasilitas yang Didapat

Jadwal survei lokasi tim Koordinasi KKN 45

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Maharani

SKETSA – Jelang pembekalan KKN 45 pada 20 Mei mendatang, berbagai kabar terkait KKN terus berkembang. Terlebih, masih ada jumlah anggota kelompok yang berkisar lima hingga enam orang saja. Tentu, ini jadi satu kekhawatiran mahasiswa, karena nanti akan banyak program kerja yang akan dilaksanakan. Belum lagi masalah biaya yang bisa saja membengkak.

Setelah dikonfirmasi ke salah satu Staf Tim Koordinasi KKN 45, Aldi pada Jumat (10/5), ternyata jumlah kuota tersebut sesuai penetapan masing-masing kabupaten/kota. Seperti halnya Mahakam Ulu yang awalnya meminta 30 mahasiswa, kemudian bertambah menjadi 40 mahasiswa. Jumlah tersebut akan terbagi dalam lima kelurahan dengan rata-rata delapan orang per kelompok.

Aldi kemudian memberikan contoh, misalnya Kutai Timur meminta kuota sebanyak 170 mahasiswa dengan penempatan di 21 kelurahan. Jumlah kelurahan yang banyak, namun jika tidak diikuti dengan jumlah kuota yang memadai, maka akan terjadi ketimpangan. Di Kutai Timur sendiri, rata-rata dalam satu kelompok berjumlah lima hingga enam orang. Berbeda dengan Bontang, karena kuota yang diminta lebih besar sehingga dalam satu kelompok bisa mencapai 12 mahasiswa.

Beberapa daerah seperti Berau pun meminta kuota hanya maksimal enam orang per kelompok, ini kemudian yang disadari Aldi akan memberatkan dari segi iuran mahasiswa. Sehingga daerah yang lumayan jauh dan sulit dijangkau seperti Kutai Barat, Berau, dan Mahakam Ulu akan diupayakan LP2M untuk mendapat keringanan biaya.

“Mahulu ini sangat kami jaga karena akses mereka susah dan kemungkinan bahaya mereka lebih besar,” kata Aldi.

Berkurangnya jumlah mahasiswa peserta KKN tahun ini disebabkan oleh beberapa fakultas yang melakukan KKN Tematik sendiri. Seperti Fakultas Teknik (FT), Fakultas Kedokteran (FK), dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Tahun ini FKIP resmi melaksanakan KKN yang terintegrasi dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang kini disebut Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP). Penyusutan mahasiswa sangat terasa karena tahun sebelumnya FKIP merupakan salah satu penyumbang utama peserta KKN.

“Disayangkan sebenarnya, apalagi saya dengar FKIP hanya melaksanakan di Samarinda saja. Sedangkan yang membutuhkan pendidikan lebih itu anak-anak di pedalaman,” sebutnya.

Diakui Aldi, pihaknya dalam hal ini LP2M belum membuat daftar kelompok seperti pada pengumuman KKN DSM, karena tim KKN 45 masih sibuk melakukan survei lokasi KKN dan berkoordinasi dengan Dinas pemberdayaan masyarakat daerah (DMPD). Survei lokasi dilakukan untuk meninjau kembali kesiapan daerah dalam menerima sejumlah mahasiswa dan memastikan fasilitas apa saja yang akan didapatkan mahasiswa.

Seperti saat survei di Paser dan Penajam Paser Utara (PPU), dua kabupaten ini akan mencarikan posko bagi mahasiswa. Sedangkan untuk Balikpapan, Aldi telah berdiskusi dengan Ahmad Komaruddin selaku Kasubbag Keagamaan, Pendidikan, dan Kebudayaan, Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Pemkot Balikpapan. Komaruddin mengimbau kepada seluruh lurah untuk menyediakan rumah dinas yang nantinya akan diberdayakan oleh mahasiswa KKN.

“Kalau untuk posko (Paser, PPU, dan Balikpapan), Insyaallah aman," tutup Aldi. (ann/mrf/fir/wil)



Kolom Komentar

Share this article