International Summer School 2023: Eksplorasi Budaya dan Keindahan Alam Kalimantan
Keseruan program Borneo Youth Leadership Camp Summer School 2023
Sumber Gambar: Website UPT LI Unmul
SKETSA - Unit Pelayanan Terpadu Layanan Internasional (UPT LI) Unmul mengadakan kegiatan Borneo Youth Leadership Camp Summer School 2023 (BYLC), pada 17 Juli sampai dengan 29 Juli 2023 lalu.
Program ini merupakan kegiatan internasional tahunan yang berfokus mengundang mahasiswa internasional untuk bergabung mengikuti berbagai macam kegiatan yang ditawarkan.
Para peserta diberi kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat yang mengenalkan kekayaan budaya dan alam yang ada di Kalimantan Timur.
Mulai dari Museum Mulawarman yang ada di Tenggarong, Desa Budaya Pampang, Kampung Kopi Luwak, hutan konservasi beruang madu yang ada di Balikpapan, hutan mangrove dan juga Bukit Bangkirai.
Tak hanya itu, para peserta juga berkesempatan untuk mengunjungi 7 fakultas yang ada di Unmul dan mengikuti beberapa pengajaran di dalam kelas.
Tak hanya eksplorasi budaya dan alam, sesuai dengan tema program International Summer School tahun ini ada pula aktivitas yang bertujuan untuk mengasah kemampuan kepemimpinan bagi para peserta.
Sehingga para partisipan diharapkan mengantongi ilmu mengenai leadership selama mengikuti program tersebut.
Adapun perbedaan program ini dengan tahun sebelumnya disampaikan oleh RR Dirgarini Julia selaku Ketua Pelaksana dari BYLC 2023 yang diwawancarai pada Selasa (1/8) lalu.
Ia menyampaikan bahwa pada tahun ini, UPT LI bekerja sama dengan Borneo Studies Network (BSN) yang tergabung dari beberapa universitas yang ada di Kalimantan.
“Untuk mahasiswa Indonesia tetap kita terima tetapi prioritas utama tetap mahasiswa asing. Kemudian, mahasiswa yang tergabung dalam BSN, kemudian mahasiswa yang diluar BSN," ujarnya ketika diwawancarai secara langsung di Kantor UPT LI Unmul.
Dari sekitar 40 pendaftar, terdapat sejumlah 28 peserta yang tergabung dalam program tersebut. 20 orang diantaranya merupakan mahasiswa asing dan delapan lainnya merupakan mahasiswa dari dalam negeri.
Negara-negara luar yang tergabung merupakan mahasiswa dari Afganistan, Pakistan, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Tanzania.
Dirga menyampaikan tidak ada kendala berarti yang dirasakan selama kegiatan berlangsung. Hanya saja para peserta masih butuh penyesuaian dengan cuaca Kalimantan Timur saat awal-awal program dilaksanakan.
Pengalaman Para Peserta Mahasiswa Asing
Peserta asal Malaysia, Yelilan Rajarajan membagi pengalamannya saat mengikuti kegiatan BYLC melalui pesan WhatsApp pada Senin (31/7) lalu. Ia sendiri mengetahui program tersebut dari koordinator fakultas yang ada di universitas asalnya yaitu Universiti Putra Malaysia.
Ingin merasakan perjalanan ke luar negeri pun menjadi alasan yang membuat Yelilan menjadikan program International Summer School yang diadakan oleh UPT LI sebagai salah satu program impian yang ingin diikutinya. Yelilan mengaku ingin menambah pengalamannya selama mengikuti kegiatan yang tergabung dari beberapa mahasiswa mancanegara tersebut.
Yelilan juga menyebutkan beberapa kegiatan yang sudah Ia dapatkan selama program berlangsung. Yelilan berkata ia mendapat kesempatan untuk mengenal lebih jauh kehidupan bermasyarakat Indonesia serta budayanya.
Dalam program tersebut, Yelilan juga mendapat pengalaman pertama untuk turun tangan langsung mengerjakan beberapa aktivitas. Mulai dari menanam padi, membuat sambal mandai, membuat terarium, gantungan kunci, tas jinjing eco print, dan kegiatan lainnya.
“Kegiatannya selalu lebih baik setiap harinya. Jadi secara keseluruhan saya rasa Universitas Mulawarman sudah luar biasa dalam mengatur program yang keren ini,” ujar Yelilan.
Saat ditanya mengenai kesannya saat berada di Kalimantan Timur, Yelilan tidak mendapati begitu banyak culture shock dikarenakan ia menemui banyak kesamaan budaya dengan negara asalnya.
Yelilan mengaku hanya sedikit terkejut dengan jalan yang dipenuhi dengan banyak pengendara motor dan juga jalan yang dilewati tidak begitu lebar dan banyak guncangan. Lebih dari pada itu, Yelilan mengatakan bahwa ia menikmati semua kegiatan dan tempat-tempat yang dikunjungi dalam program tersebut.
“Selama dua minggu tinggal di Kaltim, saya tidak pernah menemukan orang yang tidak sopan atau yang tidak bersedia membantu saya. Semuanya sangat baik dan menghargai,” sebutnya.
Serupa dengan Yelilan, Ploy Muhamad, mahasiswa asal Sripatum University Thailand yang juga menjadi salah satu peserta BYLC menyebut tidak begitu mendapati culture shock.
Ploy menyebut beberapa budaya seperti tari tradisional, pertunjukan, dan pakaian dari Kalimantan Timur membuatnya kagum dan menarik perhatiannya karena keindahannya yang begitu mencolok.
“Menurut saya, Kalimantan Timur adalah salah satu daerah yang membuatku terpukau karena budayanya seperti tarian, pertunjukan, pakaian, dan lain sebagainya,” jelas Ploy ketika diwawancarai melalui WhatsApp Senin (31/7) lalu.
Perjalanan bertualang ke pantai hingga ke Bukit Bangkirai pun menjadi salah satu aktivitas yang ia sebut sebagai salah satu favoritnya.
Selain itu, makan malam bersama di Sungai Mahakam pun ia pilih sebagai aktivitas yang paling berkesan menurutnya. Ploy berkata dalam kesempatan tersebut ia senang karena bisa saling bercengkrama dengan para partisipan lainnya.
Ploy memberi kesan yang begitu baik terhadap program tersebut. Menurutnya baik para peserta maupun para panitia sangat ramah dan juga menyambut mereka dengan hangat.
Namun Ploy berharap agar program tersebut memberi jadwal yang terorganisir lebih jelas lagi dan perubahan jadwal yang tidak begitu jauh dari jadwal awal yang sudah ditentukan. Selebihnya menurut Ploy program tersebut sudah terlaksana dengan cukup baik.
“Kita melakukan banyak aktivitas dan kelas setiap harinya. Tidak ada hari untuk kita beristirahat secara penuh dan untuk makanan aku suka dengan makanan yang ada di sini, tapi mungkin ada beberapa yang tidak sama dengan saya.” Sebut Ploy. (amg/tha/ner)