Berita Kampus

Hak Guru Dikebiri, Mahasiswa Bakar Keranda Dayang Budiati

Aksi mahasiswa di depan Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, serta di depan Kantor Gubernur Kaltim pada hari ini, Rabu (24/5). (Foto: Darul Asmawan)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSAInnalilahi wa inna ilaihi raaji’uun. Kabar duka kian menyelimuti para pejuang pendidikan (di Provinsi) Kalimantan Timur. Ribuan guru honorer belum mendapat gaji dan guru PNS (Pegawai Negeri Sipil) tidak mendapatkan TPP (Tambahan Penghasilan Pegawai) sejak Januari 2017,” tulis aliansi mahasiswa se-Unmul: Garuda Mulawarman dalam siaran pers-nya.

Rilis tersebut ditebar mahasiswa Unmul kepada setiap pengendara yang melintasi Jalan Basuki Rahmat dan Jalan Gajah Mada, Samarinda. Ketidakbecusan pengelolaan anggaran oleh Pemprov Kaltim, melatarbelakangi mahasiswa melakukan aksi di depan Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, serta di depan Kantor Gubernur Kaltim pada hari ini, Rabu (24/5).

Sebab-musabab hadirnya aksi mahasiswa ditengarai oleh keluarnya kebijakan aneh nan kontroversial dari Disdikbud Kaltim. Sebuah surat dengan nomor 900/6795/Disdikbud.Ib/2017 yang ditujukan kepada Pimpinan Utama Bank Kaltim. Isi surat tersebut berisi pemblokiran rekening kepada 13 orang perwakilan guru yang mengikuti aksi hingga audiensi beberapa waktu lalu.

Selain diblokir, total dana TPP yang telah disalurkan ke 13 guru sebesar Rp80.560 juta, justru ditarik lagi dari rekening 13 guru tersebut oleh Pemprov. Kontan saja, kebijakan “dagelan” ini dipertanyakan banyak kalangan, termasuk mahasiswa. Tuntutan agar Kepala Disdikbud Kaltim, Dayang Budiati dimakzulkan terus saja digaungkan mahasiswa sepanjang aksinya.

Titik Aksi Satu: Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim

Tepat pukul 09.49 Wita, puluhan mahasiswa melakukan long march dari SMK Negeri 4 menuju Kantor Dinas Pendidikan Kaltim. Lagu hymne guru kompak disenandungkan mahasiswa, beradu sengit melawan riuhnya pengendara jalan raya. Sampai di depan gedung, mahasiswa justru tak bisa masuk kompleks kantor. Pintu gerbang ditutup rapat, puluhan petugas keamanan tampak solid berjaga-jaga.

Tak habis akal, 50 lebih mahasiswa yang tergabung langsung menyuarakan aksi di luar gerbang masuk kantor. Beragam ornamen aksi teatrikal dihamparkan. Ada beragam spanduk tuntutan, karangan bunga, keranda mayat, hingga jelangkung-jelangkungan berwajah Dayang Budiarti sengaja dibuat sebagai simbolis bahwa kondisi pendidikan di Kaltim sedang tidak baik-baik saja.

“Apakah kita diam saja saat hak-hak guru kita diambil?” pekik keras kordinator lapangan (korlap) aksi, Muhammad Alif Irbath Al Azmy ke seluruh peserta aksi.

“Tidak,” jawab para peserta aksi serempak.

Seluruh peserta masih setia meneriakkan tuntutan di tengah teriknya matahari yang kian meninggi. Ikat kepala bertuliskan ‘Bela Guru’ terpasang gagah di kepala mahasiswa laki-laki.

Sebelum beranjak menuju lokasi puncak aksi: Kantor Gubernur Kaltim, Presiden BEM FKIP Unmul Rizaldo membacakan Surah Yassin tepat di dekat keranda mayat. Keranda itu diletakan persis di depan trotoar jalan kantor. Adapula seorang mahasiswa yang berperan sebagai bapak guru, sengaja merebahkan badannya di samping keranda mayat untuk dibacakan Surah Yassin.

Setelahnya, pelemparan bunga secara simbolis ke keranda mayat dan bapak guru dilakukan. Pasca itu, aksi di depan Kantor Disdikbud benar-benar berakhir. Long march balik menuju SMK Negeri 4 dan lagu-lagu perjuangan terus dinyanyikan mahasiswa. Tujuan aksi berikutnya telah ditarget: menyerbu Kantor Gubernur Kaltim.

Titik Aksi Dua: Kantor Gubernur Kaltim

Tepat pukul 11.02 Wita, rombongan mahasiswa telah sampai ke kantor gubernur. Sekitar 50 petugas keamanan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Polri tampak sudah solid menjaga pintu gerbang kantor. Mahasiswa yang ingin menyuarakan aspirasi di depan pintu gerbang seketika dicegat petugas keamanan. Mereka hanya menganjurkan mahasiswa menyuarakan tuntutan di seberang jalan.

Sontak, saling beda pendapat itu membentuk lingkaran diskusi antar mahasiswa dan petugas keamanan. Puluhan wartawan dari media cetak, radio, hingga televisi berlomba-lomba mengabadikan momen riuh itu. Diskusi antar mahasiswa dan petugas keamanan berlangsung alot, sepuluh menit waktu berlalu dan keputusan lokasi aksi masih belum bulat disepakati kedua pihak.

“Kita perlu jaminan Ibu Dayang (Budiati) datang ke sini,” teriak korlap aksi, Alif. Mahasiswa yang merasa mendapat pengekangan, amat alot mendesak opsi yang ditawarkan petugas keamanan.

“Kami berkeinginan (mahasiswa menyuarakan aksi) di sini,” ujar salah satu Satpol PP, Saitullah sembari menahan mahasiswa tetap tak menyeberang jalan.  “Artinya mau di sini ataupun di sana saja saja.”

“Tidak sama, Pak!” sahut mahasiswa amat sengit. Lobi baru benar-benar deal saat diskusi berjalan sekitar 15 menit. Keputusannya adalah mahasiswa hanya diizinkan meneriakkan aksi di seberang jalan.

Pasca lobi-lobi yang tak menguntungkan mereka, jumlah mahasiswa nyatanya terus saja bertambah. Sekitar 80 mahasiswa kini merapat dalam barisan. Sempat turun satu dua rintik hujan, namun itu tak mengganggu niat mereka dalam menyuarakan tuntutan. Arus mobilitas masyarakat pun melambat saat melintasi depan Kantor Gubernur Kaltim.

“Dalam Undang-undang, minimal 20 persen APBN harus dialokasikan untuk sektor pendidikan. Namun nyatanya di Kaltim, 10 persen pun tak diprioritaskan Pemprov untuk sektor pendidikan,” teriak Presiden BEM FKIP Rizaldo.

“Betul,” sahut mahasiswa lain tak kalah nyaring.

Tepat pukul 11.50, mahasiswa membakar habis keranda mayat beserta wajah Kadisdik (Dayang Budiati) Kaltim. Aksi terus saja berlangsung dengan teriakan-teriakan dari berbagai orator. Di sudut lain, sepuluh mahasiswa beserta beberapa anggota pers diizinkan masuk ke kantor gubernur untuk bersua Dayang Budiati yang sudah berada di dalam kantor.

Duduk-Perkara Aksi

Ditemui Sketsa secara terpisah, korlap aksi, Alif menyampaikan banyak hal yang melatarbelakangi pihaknya menggugat Disdikbud dan Gubernur Kaltim. Mulai dari tertunggaknya gaji guru selama lima bulan, sampai pemblokiran rekening terhadap 13 guru jadi pangkal masalah utama. Pihaknya menuntut agar Kepala Disdikbud Kaltim segera dimakzulkan dari jabatannya.

“Ini bentuk belasungkawa kita terhadap kondisi pendidikan yang ada di Kalimantan Timur. Karena kondisi pendidikan di Kaltim sedang tak sehat-sehat saja. Banyak (stakeholder) pemerintah yang bungkam, seperti patung yang acuh tak acuh kepada pendidikan,” katanya.

Alif pun mencium ada itikad tak baik dari Disdikbud Kaltim terhadap ke-13 guru itu. Karena ke-13 guru tersebut tak lain adalah pentolan-pentolan aksi serupa yang pernah dilakukan beberapa waktu lalu. Ini juga yang membuat pihaknya amat getol memperjuangkan nasib para pendidik yang dikebiri haknya oleh Disdikbud.

“Maka dari itu, kita (melakukan aksi) ini adalah (untuk memprotes) tindakan-tindakan pemerintah. Sebenarnya aksi ini akan berlanjut, karena tujuan kita besar. Tujuan kita tak hanya (sekarang) ini, ada tujuan lain yang akan menyusul kedepannya,” ungkapnya.

Alif berkomitmen, pihaknya akan terus mangadvokasi kasus ini sampai selesai. Bahkan jika aksi yang mereka lakukan tak mendapatkan tanggapan, mobilisasi massa yang lebih banyak siap pihaknya kerahkan agar tuntutan-tuntutan yang dilayangkan bisa secepatnya terlaksana.

“Kami akan melakukan aksi-aksi yang lebih dramatis lagi, aksi-aksi yang lebih besar lagi, di mana hak-hak guru yang seharusnya mereka dapatkan, harus mereka dapatkan. Kunci dari pendidikan ini salah satunya adalah anggaran dari pemerintah yang wajib diberikan kepada sekolah-sekolah dan guru-guru,” tutupnya. (dan/wal)



Kolom Komentar

Share this article