FIB Unmul Mantap Buka Dua Prodi Baru, Salah Satunya Akan Jadi Prodi Pertama di Kaltim
Siap hadirkan dua Prodi baru, FIB Unmul tinggal menunggu proses administrasi
Sumber Gambar: Alya/Sketsa
SKETSA - Sebagai anak bungsu di Unmul, FIB terus melakukan pengembangan agar eksistensinya semakin dikenal luas oleh publik. Usai melahirkan prodi Etnomusikologi pada 2015 silam, FIB Unmul kini tengah bersiap melebarkan sayapnya dengan menghadirkan dua prodi terbaru mereka, yakni S1 Seni Tari dan S2 Kajian Budaya.
Guna menggali informasi mengenai isu tersebut, awak Sketsa menemui M. Bahri Arifin selaku Dekan FIB di kantornya pada Kamis (29/2) lalu. Tak sendirian, ia turut ditemani oleh Mardliya Pratiwi Z. selaku Wakil Dekan I, Famala Eka S. R. selaku Koordinator Program Studi Sastra Inggris, serta Zamrud Whidas P. yang merupakan dosen Etnomusikologi.
Kepada Sketsa, Bahri Arifin membenarkan wacana pembukaan dua prodi baru tersebut. Ia menuturkan, langkah yang diambil FIB ini guna menjawab kebutuhan program studi di kalangan masyarakat Kalimantan Timur berdasarkan survei awal yang dilakukan pihak fakultas.
"Lebih kepada hasil kajian, kajian untuk menjawab kebutuhan. Singkatnya, 2 prodi itu dibutuhkan," tutur pria yang akrab disapa Bahri itu.
Berbicara mengenai progres, Bahri mengaku kedua program studi tersebut masing-masing sudah memiliki lima dosen non-homebase. Fasilitas sarana prasarana dan anggaran juga telah dipersiapkan dengan matang. Dokumen administrasi awal untuk mengajukan pembukaan prodi pun sudah rampung.
“Tinggal itu tadi, proses dari sisi administrasi. Jadi saat ini (dokumennya) ada di LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) untuk di-review,” urainya.
Namun, proses review tersebut saat ini masih menunggu pembentukan Komisi I Senat Universitas yang menangani bidang akademik. Pasalnya, struktur senat universitas periode 2024/2029 baru saja terbentuk sehingga pembentukan komisi belum dilakukan.
“Berdasarkan pembahasan pembahasan komisi I akan dibawa ke pleno senat. Dari pleno senat direkomendasi ke rektor untuk diajukan permohonan pembukaan program studi baru,” jelas Bahri.
Nantinya, jika S1 Seni Tari sudah diresmikan, maka Unmul akan menjadi perguruan tinggi pertama yang memiliki prodi tersebut di Kalimantan Timur. Terlebih, FIB Unmul kini menjadi satu-satunya tempat mahasiswa menimba ilmu budaya di Kaltim sejak Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Tenggarong tidak lagi membuka penerimaan mahasiswa baru pada tahun ajaran 2019/2020 silam.
"Unmul harus mengambil tanggung jawab (studi budaya) itu untuk memberi layanan ke masyarakat," terang Bahri.
Pembukaan program studi baru ini melalui proses yang cukup panjang sejak dua tahun lalu. Kala itu, pihak FIB menjajaki survei untuk mengetahui jurusan kuliah apa saja yang dibutuhkan di masyarakat. Dari hasil survei tersebut, muncul lima rekomendasi program studi, yakni Media Rekam, Desain Grafis, Kuliner Nusantara, Indigenous Culture, Seni Tari, dan Kajian Budaya.
"Semua itu penting tetapi lihat apa yang kita mampu lakukan. Pada saatnya akan ke sana (membuka prodi lainnya)," ucap Bahri.
Bahri pun berharap dua program studi anyar FIB itu sudah bisa melakukan penerimaan mahasiswa baru di tahun 2025 mendatang.
Tanggapan Mahasiswa
Isu wacana pembukaan kedua prodi baru FIB itu rupanya belum sampai ke telinga Kevin Syaida, seorang mahasiswa prodi Sastra Inggris FIB 2022. Kepada Sketsa, Kevin mengaku menyambut baik rencana pembukaan S2 Kajian Budaya. Menurutnya, prodi magister pertama di FIB itu akan semakin meningkatkan kualitas kampus di mata masyarakat.
“Karena di FIB ini belum ada prodi S2. Jadi itu bisa menjadi terobosan yang sangat luar biasa. Cukup menarik sih,” ujarnya melalui pesan teks WhatsApp pada Selasa (12/3) lalu.
Namun, ia menilai pembukaan S1 Seni Tari belum tepat. Sebab, prodi-prodi S1 lainnya yang sudah ada di FIB saat ini masih perlu dibenahi.
“Untuk S1 Seni Tari menurut saya kurang setuju ya. Karena mungkin prodi-prodi S1 di FIB (masih) lebih banyak yang membutuhkan perhatian,” tutupnya.
Sementara itu, Muhammad Waldiamar P, seorang mahasiswa Sastra Indonesia 2022, juga mengaku belum pernah mendengar isu wacana pembukaan S1 Seni Tari.
“Kalau (Prodi Kajian Budaya) itu saya pernah denger dosen FIB sempat bilang seperti itu, kalau di FIB nanti bakal ada S2. Jadi yang lulus dari FIB nggak jauh-jauh lagi nyari S2, katanya begitu,” ujar Waldiamar melalui pesan teks WhatsApp pada Jumat (15/3) lalu.
Menurutnya, pembukaan kedua prodi baru tersebut akan memberi peluang baru bagi FIB. Hanya saja, ia memiliki kekhawatiran akan adanya penambahan prodi tersebut.
“Jika dilihat dari kondisi FIB itu masih belum memungkinkan jika harus menerima prodi baru. Karena selain fasilitas yang kurang, lahan FIB itu cukup sempit, takutnya terkendala disitu aja sih,” pungkasnya. (ord/lza/kya/ali)