Berita Kampus

Faktor Keamanan, Akses Gerbang Belakang FMIPA Masih Ditutup

Ditutupnya gerbang FMIPA

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Evin/Sketsa

SKETSA- Masih ditutupnya akses gerbang belakang FMIPA menjadi tanda tanya berbagai pihak. Diketahui penutupan gerbang FMIPA ini dilakukan sejak 2020, semenjak pandemi Covid-19. Sepinya kegiatan kampus membuat fakultas akhirnya menutup gerbang.

Namun, kondisi gerbang tersebut berdekatan dengan Student Center (SC), sehingga diharap memudahkan mahasiswa jika ingin menuju SC.  Hal itu diungkapkan oleh Yani Oktavia Rante, mahasiswi Prodi Fisika yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Persatuan Mahasiswa Kristen (PMK) FMIPA Unmul. Dirinya mengaku kesulitan akibat ditutupnya akses gerbang tersebut sebab ia harus putar balik jika ingin menuju SC. Terlebih bagi mahasiswa yang tidak memiliki kendaraan.

"Jadinya seperti perjalanan jauh padahal kita dekat doang. Kadang adik-adik itu banyak yang enggak bisa karena kita bolak-balik, berdekatan juga sama jam kuliah dan jam ibadah. Kita kan ibadah siang hari, jam setengah dua belas. Kita yang seharusnya bisa jalan kaki jadinya harus memutar beberapa kali. Ketika ada barang yang tertinggal di SC juga agak susah," kisahnya kepada Sketsa pada Senin (29/8) lalu.

Yani sendiri dapat memaklumi alasan ditutupnya gerbang, antisipasi fakultas untuk menjaga keamanan sekitar salah satu yang ia perkirakan. Apalagi ketika dua gerbang dibuka, security bertanggung jawab dengan kedua akses yang dinilainya akan memberi kerja ganda.

“Makanya waktu dulu gerbang dibuka, memang ada sih banyak pencurian helm dan sebagainya. Pas sudah ditutup gerbangnya, memang agak berkurang sih, enggak ada lagi pencurian kaya gitu."

"Tapi kalau penutupan kayak gini harapannya juga tetap adalah gerbang dibuka, khususnya untuk akses ke gedung SC, ada kebijakan dari kampus," harapnya.

Pada hari yang sama, Sketsa turut menghubungi Idris Mandang selaku Dekan FMIPA. Ia menyebutkan ada beberapa alasan mengapa gerbang tersebut ditutup. Faktor keamanan jadi salah satu pertimbangannya. Keadaan kampus yang tidak aman, gerbang utama yang tak dijaga, serta akses pintu masuk yang tidak ada pengamanan ketat, sehingga dapat mengancam keamanan mahasiswa menjadi alasan utama ditutupnya gerbang. 

Dalam penuturannya, kampus seharusnya jadi tempat yang aman dan melalui penjagaan ketat sehingga menghindari berbagai tindak merugikan seperti pencurian.

"Tapi di sini biar di dalam juga tidak aman, mahasiswa juga bahkan ada yang dijambret di dalam kampus, helm mahasiswa sering hilang di situ. Makanya itulah yang membuat saya berpikir kemarin, supaya helm mahasiswa aman, saya harus buatkan gerbang di situ.’’

Idris mengungkapkan permasalahan terkait tim keamanan itu dikembalikan kepada pihak rektorat sebagai fasilitator keamanan. Namun, keputusan menutup gerbang FMIPA merupakan wewenangnya untuk menjaga lingkup fakultas agar tetap aman. 

“Iya, kembalinya selalu di situ permasalahannya. Akhirnya kan fakultas mengeluarkan dana sendiri untuk memenuhi itu. Apalagi MIPA ini kan banyak Lab-nya dan semua kaca. Kalau ini dijadikan jalan umum, kami berpikir," bebernya.

Tanpa bermaksud membuat sekat antar fakultas, ketika kondisi Student Center dan seluruh universitas telah aman disertai satpam yang selalu stand by dalam menjaga keamanan kampus, Idris berjanji akan bersedia membuka akses gerbang tersebut.

"Jadi, memagari ini bukan persoalan bahwa saya itu menyekat antar fakultas dan Universitas. Saya paling suka kalau mahasiswa itu saling sosialisasi. Artinya masuk di kampus ini, semua terakses."

Senada dengan dengan Idris, Satria selaku staf keamanan menyebut ditutupnya gerbang FMIPA untuk meminimalisir tindak kejahatan. Mengingat sering terjadinya tindakan kejahatan seperti pencurian helm akhirnya akses gerbang belakang ditutup. Keterbatasan staf keamanan juga jadi permasalahan. Ia mengaku kesulitan mengawasi gerbang secara keseluruhan apabila gerbang belakang dibuka.

“Alasannya agar hanya bisa satu jalur saja, karena di sini sering terjadi kehilangan helm. Kami mengantisipasi untuk maling-maling yang melakukan kejahatan, makanya kami meminimalisirkan keadaan kayak gitu. Makanya hanya ada satu jalur, gerbang di belakang ditutup. Tapi kalau dua jalur, namanya kita bertugas satu shift cuma dua orang, enggak bisa mengawasi secara keseluruhan. Jadinya gerbang di belakang ditutup biar enggak ada akses untuk keluar masuk,” jelasnya pada awak Sketsa pada Senin (29/8).

Menurutnya, sebagai bentuk antisipasi, gerbang belakang tidak akan dibuka kembali agar tidak terjadi lagi kasus pencurian. (nkh/ems/nop/khn)



Kolom Komentar

Share this article