Berita Kampus

Evaluasi FEB dengan Ubah Sistem Presensi

Felisitas Defung, Wakil Dekan I Bidang Akademik FEB. (Sumber: Istimewa)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Menilik kasus hilangnya presensi pada November lalu, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) mengubah bentuk daftar presensi untuk mahasiswanya. Dari yang sebelumnya satu semester per halaman, menjadi tiap pertemuan per halaman.

Ditemui Sketsa, Felisitas Defung selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik FEB mengatakan, salah satu keuntungan sistem presensi saat ini dapat mengantisipasi kehilangan. Selain itu dapat menjadikan  presensi lebih valid, karena dapat menghindari mahasiswa yang tumpang tindih (titip absen).

“Memang terlihat merepotkan, tetapi akan lebih efektif. Hanya saja, petugas rekapitulasi absen akan kerja ekstra, karena penginputan yang dilakukan setiap hari setelah jam perkuliahan,” terangnya.

Sebelumnya, FEB menggunakan format presensi satu semester per halaman karena dapat memudahkan petugas jurusan untuk mengatur presensi tiap kelas dan menghemat kertas.

“Tapi ruginya bisa liat aja kemarin gimana, kan ngerepotin dari ujung ke ujung dan memakan waktu. Itu salah satunya mengantisipasi kejadian itu,” ucapnya.

Ia tidak dapat memastikan bahwa sistem baru ini dapat terus berlanjut. Maka dari itu, nantinya akan dilakukan tahap evaluasi. Jika berjalan baik, FEB akan mempertahankan pola presensi tersebut. Defung mengatakan sistem ini itu bukan hal yang baru, beberapa universitas yang ia tahu juga per lembar dalam setiap pertemuan.

Saat ini FEB sedang dalam tahap perbaikan KRS hingga 15 Februari kemarin, sehingga format presensi yang terdapat di Sistem Informasi Akademin (SIA) bisa langsung dicetak. Defung mengatakan fitur SIA memiliki format presensi tiap pertemuan, per tiga pertemuan, per bulan, ataupun per semester. Sehingga pihak pegawai jurusan sendiri memilih untuk menggunakan yang mana.

Kedepannya, Defung bercita-cita untuk menerapkan sistem presensi menggunakan sistem finger print. Menurutnya, sistem tersebut tidak merepotkan petugas akademik fakultas. Meskipun ia belum bisa mewujudkannya dalam waktu dekat ini.

“Universitas lain yang sekelas kita atau yang di atas, seperti Universitas Airlangga (Unair) sepertinya sudah finger print. Jadi langsung terekam ke data absensi SIA,” jelasya.

Defung menegaskan Standar Operasional Prosedur (SOP) perihal mekanisme pengambilan presensi kehadiran, diserahkan sepenuhnya oleh masing-masing pegawai Program Studi (Prodi). Ia mengatakan hanya memastikan keamanan, ketertiban, serta kenyamanan dalam mekanisme tersebut.

“Kita sudah menegur terkait kejadian kemarin. Jadi harapannya ada perubahan, masing-masing bisa belajar dari kasus kemarin,” tutupnya, (erp/cin/fqh/adl) 



Kolom Komentar

Share this article