Berita Kampus

Dua Sisi TBU, Lalai Mahasiswa atau Lalai Akademik

Musim ujian telah tiba. Saat di mana para pejuang toga menunjukkan hasil pembelajaran yang diperoleh selama satu semester. (Sumber foto: Jurnalpost.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Musim ujian telah tiba. Saat di mana para pejuang toga menunjukkan hasil pembelajaran yang diperoleh selama satu semester. Pemahaman mahasiswa atas materi perkuliahan akan dibuktikan melalui panggung bernama ujian akhir semester (UAS). Namun, terkadang beberapa mahasiswa mesti kandas karena di vonis mengidap TBU alias tidak boleh ujian.

Jika di atas kartu ujian mahasiswa tertera tulisan TBU maka mahasiswa tersebut tidak diperbolehkan mengikuti UAS. Sementara syarat agar tidak TBU adalah absensi mahasiswa di mata kuliah terkait tidak boleh alpa lebih dari empat kali atau menghadiri 80 persen dari total pertemuan. Dalam satu kelas biasanya ada saja mahasiswa yang mengalami TBU. Alasannya macam-macam, dari yang memang lalai sampai pemulihan akibat sakit.

Seperti dialami oleh Deva Douhan, mahasiswa Sastra Inggris 2015 tersebut di vonis TBU di mata kuliah Teori dan Praktik Penerjemah. Deva telah melanggar perjanjian tidak tertulis dengan dosen di mata kuliah terkait. Dari yang halal tiga kali alpa, Deva menembus angka itu dan diganjar TBU.

“Kadang semangat mahasiswa ada naik turunnya, di samping itu juga saya ada masalah di mata kulaih jam siang. Dan, mata kuliah yang saya TBU itu ada di jam pagi sementara saya tipe orang yang susah bangun pagi,” aku Deva kepada Sketsa.

Deva dan kelalaian yang dia bawa bisa jadi mewakili mahasiswa TBU kebanyakan. Tetapi, beda cerita dengan yang dialami Juliet Wilhelmina atau biasa disapa Ju. Ju diganjar TBU karena faktor kelalaian pihak akademik.

“Waktu itu aku sakit. Aku ada ngasih surat sakit dua atau tiga buah yang diantar sama omku ke prodi dan akademik. Soalnya saat itu aku masih di Makassar,” kata mahasiswa Hubungan Internasional (HI) 2014 itu.

Kasus TBU Ju terjadi saat ia tengah duduk di semester satu. Kala itu dia tidak masuk kuliah selama dua hingga tiga bulan karena mesti dirawat di rumah sakit pasca-operasi akibat cedera saat berlatih taekwondo untuk suatu kejuaraan di Kota Daeng.

Ketika pulih dan masuk kuliah Ju segera mengecek absensinya, ia terkejut karena ternyata mendapat TBU. Tak cukup satu, tapi delapan di semua mata kuliah yang dia ambil. Karena merasa telah menyerahkan surat sakit sebelumnya, Ju kemudian melapor ke akademik dan prodi di mana suratnya telah diantar.

“Aku ke akademik ngelapor dan katanya enggak ada sama sekali suratku masuk,” tukas Ju.

Ju terpaksa mencari bolak-balik ke akademik FISIP hingga prodi HI, selama sekitar empat hari sebelum akhirnya berhasil menemukan surat sakit miliknya. Namun, surat yang ditemukan hanya satu dari tiga surat yang dia antar. Ju menilai pihak kampus telah lalai dalam mengurus perizinan surat sakit.

“Aku ngerasa kok enggak bertanggung jawab sih, kan ini bukan kesalahanku. Sudah dikasih ke pihak kampus dan waktu itu aku masih maba,” ucapnya.

Akhirnya setelah menjalani proses perbaikan, dari delapan mata kuliah yang TBU Ju diperbolehkan untuk mengikuti ujian di tujuh mata kuliah. Sedangkan satu mata kuliah lainnya yakni Ilmu Kealaman Dasar (IKD) ia tetap TBU. (rrd/fqh/wal)



Kolom Komentar

Share this article