Berita Kampus

Dinamika Kampus Merdeka, Kesempatan Lintas Prodi Juga Penolakan

Kampus Merdeka—Merdeka Belajar (KMMB)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar : Fahutan.unmul.ac.id

SKETSA – Pasca diluncurkannya kebijakan Kampus Merdeka—Merdeka Belajar (KMMB) yang ditujukan bagi perguruan tinggi oleh Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Kini program tersebut telah diterapkan di Unmul pada semester genap ini, sebagai ajang perkuliahan lintas program studi (prodi).

Sesuai dengan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020, program ini memberikan hak kepada mahasiswa untuk menjalankan tiga semester belajarnya di luar program studi yang diambil. Ini membuka kesempatan luas bagi seluruh mahasiswa untuk memperkaya dan meningkatkan wawasan serta kompetensinya di dunia nyata, sesuai dengan passion yang dimiliki.

Meski tak banyak yang tahu terkait program ini, Unmul sebenarnya sudah melakukan sosialisasi di beberapa fakultas. Namun, situasi dan kondisi di masa pandemi menyulitkan penyebaran informasi ke semua civitas academica Unmul dengan maksimal.

Beberapa fakultas telah mengirimkan daftar mata kuliah yang ditawarkan untuk prodi lain kepada Wakil Rektor Bidang Akademik Unmul agar dimuat ke Sistem Informasi Akademik (SIA) Unmul. Sehingga, informasi ini dapat disebarluaskan serta dipilih oleh mahasiswa. Sayangnya, banyak kendala yang mengadang program ini untuk berjalan dengan lancar.

Dihubungi awak Sketsa pada Senin (1/2) lalu, Wakil Rektor Bidang Akademik, Mustofa Agung Sardjono mengungkap bahwa pada semester genap ini program KMMB memang belum berjalan dengan maksimal. Tetapi, pihaknya berusaha untuk memperbaiki.

"Ini kan semester pertama kita mengawali dengan perkuliahan lintas prodi, mungkin masih belum bisa berjalan lancar. Apakah sistemnya, prosesnya, tetapi lama-lama kita coba perbaiki dan mudah-mudahan di semester ganjil akan lebih bagus. Memang ada anak-anak mahasiswa mengambil 20 SKS di luar prodinya, kan ada kesempatan itu jadi memungkinkan," ujar Mustofa.

Tak hanya terkendala dalam hal teknis, ia menyebut jika terdapat masalah lain terkait mata kuliah dari prodi lain yang dapat di ambil oleh mahasiswa. Beberapa perdebatan timbul, apakah mahasiswa dapat mengambil mata kuliah di luar rumpunnya. Sebab dari pusat sendiri belum mengeluarkan kebijakan yang jelas terkait hal tersebut.

“Ini yang masih jadi perdebatan atau belum adanya satu ketentuan karena memang dari Jakarta sendiri itu tidak ada. Kalau di dalam hemat (pendapat) saya, harusnya boleh-boleh saja tapi memang harus dibatasi.”

“Jangan sampai, nanti mahasiswa Kehutanan misalnya mengambil mata kuliah-mata kuliah yang tidak sesuai dengan kebutuhan dia menyelesaikan studinya, kan begitu,” lanjutnya.

Di lain sisi, ada kekhawatiran dari pihak pengelola program ini. Kekhawatiran akan keahlian yang dimiliki mahasiswa ketika lulus justru akan kalah dengan keahlian di bidang dasar pendidikan yang ditempuh. Hal itu dapat terjadi jika mahasiswa terlalu banyak mengambil mata kuliah bidang ilmu atau rumpun lain.

Terkait hal ini, perlu adanya proses dan pengalaman dari Unmul sendiri. Agar semakin yakin bahwa program kampus merdeka ini punya sasaran bagus yang memberi kesempatan dan alternatif bagi mahasiswa.

Unmul juga harus bersiap untuk memberikan fasilitas bagi prodi, bahkan harus siap menghadapi mahasiswa dari universitas lain yang ingin mengambil mata kuliah di lingkungan Unmul. Pasalnya, program ini juga ditawarkan untuk universitas (luar Unmul).

Mengenai keefektifan dari program ini, Mustofa kembali berpendapat bahwa dirinya belum dapat melihat tingkat efektivitas dari program ini lantaran belum berjalan secara maksimal. Ini juga berlaku dengan perkuliahan pada umumnya. Tidak mengubah apa-apa, hanya berbeda pada jumlah mahasiswa.

Ia juga belum bisa memastikan apakah program ini memiliki dampak yang efektif bagi mahasiswa nantinya. Mustofa berharap, semuanya dapat berjalan sesuai dengan konsep yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan.

“Ini kan baru semester pertama, nanti dari hasil semester pertama akan evaluasi efektivitasnya itu. Karena jujur saja dari sistem sendiri, kan termasuk baru di sistem SIA nya. Sistem akademiknya kan juga dibuat baru, jadi belum pernah digunakan sebelumnya,” jelasnya.

“Kepada seluruh fakultas dan prodi, dapat mendukung program (KMMB) ini. Karena tujuannya merdeka, sebenarnya mengarah kepada individu atau seseorang untuk menentukan masa depan dia. Kita berhak mendukung dan serius Bukan soal proyek, ini soal keinginan untuk memberi ruang kepada setiap orang untuk bisa mencari kehidupan berdasarkan apa yang dia suka,” tambahnya.

Penolakan KMMB dan Pendapat Mahasiswa

Berbeda dengan harapan Mustofa terkait permintaan dukungan dari semua prodi, terdapat Prodi Manajemen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang secara terang-terangan melarang mahasiswanya untuk mengambil mata kuliah di program KMMB ini.

Lewat pesan siaran singkat yang disebar ke seluruh mahasiswa Prodi Manajemen, terdapat pesan berikut.

“Diberitahukan kepada seluruh mahasiswa/i Managemen agar tidak Menginput pilihan kelas mata kuliah di SIA dengan kode MBKM (merdeka belajar kampus merdeka) karena kelas tersebut dikhususkan untuk mahasiswa dari prodi/fakultas lain,” bunyinya dalam pesan singkat WhatsApp tersebut.

Adapun Syarifah Hudayah selaku Dekan FEB tidak merespons hal tersebut. Begitu pula dengan Wakil Dekan Bidang Akademik FEB, Zainal Abidin yang tidak memberikan tanggapan ketika ditanya terkait alasan yang mendasari pesan tersebut.

Semarak terhadap pelaksanaan program ini juga muncul di kalangan mahasiswa. Salah satunya dari Khanaya Putri, mahasiswa Prodi Administrasi Bisnis 2019.

“Tertarik, karena dari pemaparan yang diberikan saat sosialisasi tentang program ini ngasih gambaran tentang kita bisa mengambil mata kuliah dari Prodi atau fakultas lain. Bahkan bisa ikut mata kuliah dari universitas lain,” ungkapnya saat dihubungi pada Senin, (1/2).

Hal ini membuatnya tertarik karena keinginannya untuk menambah wawasan dan experience yang nantinya bisa diterapkan pada dunia kerja. Selain itu, Khanaya merasa senang sebab ada beberapa mata kuliah yang ia tidak bisa dapat di prodinya namun, dapat ia rasakan pada program Kampus Merdeka.

Ia berharap agar program ini semakin baik dan terdapat pengembangan lainnya untuk memaksimalkan kegiatan belajar.

“Dengan adanya program Kampus Merdeka kan gak hanya untuk lintas mata kuliah, tapi juga buat yang mau coba magang di tempat kerja yang telah diizinkan. Jadi bisa merasakan pengalaman di tempat kerja,” tutupnya. (fzn/sar/hdt/vyn/krz/rst)



Kolom Komentar

Share this article