Berita Kampus

Corona Tak Kunjung Usai, Unmul Terbitkan Edaran Baru

Surat edaran baru rektor

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Istimewa

SKETSA – Resah akan pandemi virus corona tak kunjung usai. Bahkan, belum dipastikan kapan akan berakhir. Merespons situasi ini, Unmul memperpanjang masa Work From Home (WFH) sampai dengan 31 Mei 2020. Hal ini merupakan tindak lanjut dalam Surat Edaran Rektor Unmul Nomor 1281 Tahun 2020 tentang Peningkatan Status Kewaspadaan terhadap Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) melalui Pembatasan Kegiatan di Lingkungan Kampus Universitas Mulawarman.

Sketsa mencoba meminta tanggapan civitas academica Unmul terkait hal ini. Salah satu dosen Fakultas Farmasi, Mukti Priastomo sangat setuju dengan poin-poin yang tertuang di edaran tersebut. Menurutnya edaran tersebut sudah sejalan dengan arahan dari Mendikbud mengenai proses pembelajaran secara daring.

“Dengan segala keterbatasan, saya mendukung keputusan tersebut. Hal ini mengingat juga bahwa Covid-19 belum berakhir,” sebutnya, Rabu (26/4).

Mukti juga menuturkan pengalamannya saat perkuliahan online. Hingga saat ini, ia masih melakukan penyesuaian agar lebih optimal saat mengajar. Diakuinya, penyesuaian tersebut lebih ke aplikasi yang digunakan. Awalnya, ia menggunakan aplikasi Zoom sebagai media mengajar. Namun kini, ia beralih ke Webex.

“Tentu perlu banyak penyesuaian agar bisa optimal. Hingga hari ini pun saya masih melakukan penyesuaian, hanya saja hasilnya sementara ini saya rasa belum maksimal,” tutur Mukti.

Baginya, mahasiswa Unmul harus segera memahami perbedaan substansial antara kuliah dan sekolah agar pelaksanaan perkuliahan lebih aktif dan kreatif. “Saat kuliah, dosen hanya berperan sebagai fasilitator belajar. Sehingga mahasiswa dituntut lebih banyak menggali informasi dan bukan menunggu informasi,” tekannya.

Mengenai rencananya selama pembelakuan edaran tersebut, Mukti berujar bahwa sampai saat ini masih belum ada keputusan mengenai proses evaluasi akademik untuk semester yang sedang berjalan. “Mungkin UAS semester ini masih menggunakan metode konvensional, karena masih belum ada keputusan mengenai proses evaluasi akademik semester.”

Senada dengan Mukti, Alim Khodimul Rahmat, mahasiswa Farmasi 2018 juga berpendapat bahwa surat edaran tersebut dinilai sangat tepat. Kepada Sketsa, Rabu (7/5), Alim menyampaikan bahwa proses pembelajaran sistematis dengan tatap muka dan praktik laboratorium di lingkungan kampus dapat mengakibatkan kontak antar civitas akademica tak dapat dihindari. Ini akan memberikan resiko besar atas penularan Covid-19.

“Saya setuju dengan surat edaran tersebut dengan memperpanjang perkuliahan online. Di mana kampus mengawal penuh seluruh civitas academica di masa pandemi ini agar tujuan belajar tercapai dan dapat meminimalisir penyebaran Covid-19 ini,” ungkapnya.

Ia juga turut mengalami kesulitan dengan metode Learning From Home (LFH) yang masih terus berlangsung. Keberadaan aplikasi alternatif juga tak membuat LFH ini maksimal karena keterbatasan waktu dalam penggunaannya. Namun dengan berjalannya waktu, Alim mengaku ia sudah mulai terbiasa.

“Jujur sangat sulit awalnya dan harus menyesuaikan dengan metode LFH seperti ini, tapi dengan berjalannya waktu sudah mulai terbiasa.  Mayoritas dosen menggunakan platform aplikasi yang tidak berbayar, sehingga keterbatasan waktu maupun akses sering dirasakan mahasiswa. Saran saya, (mereka) dapat penggunaan platform penyedia learn streaming dan video conference yang bisa memberikan akses premium kepada seluruh civitas academica.”

Kebijakan LFH ini juga berpengaruh dalam pelaksanaan praktikum online yang membuatnya cukup kesulitan. “Proses praktikum tetap berjalan secara online, kemudian untuk praktik basah yaitu pengerjaan langsung (fisik) kalo dimungkinkan akan dijadwal ulang terkait pelaksanaannya," terangnya.

"Tetapi info tersebut belum dikonfirmasi dari pihak fakultas. Sepanjang yang saya tahu, seperti surat edaran hanya rumor yang beredar saja.”

Beberapa event organisasi yang telah direncanakan dalam program kerja pun diakuinya menjadi terhambat. Tetapi, Alim optimis bahwa ia dan kawan-kawannya akan berusaha maksimal sebab event tersebut hanya tertunda, bukan dibatalkan.

“Beberapa event acara yang telah direncanakan dalam program kerja terhambat karena kondisi pandemi. Oleh karena itu mulai dari rapat sampai acara berlangsung diadakan secara daring. Terhambat, tetapi dapat dimaksimalkan,” tegasnya.

Sketsa kemudian menghubungi salah satu Kasubag Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Saiful Ahmad, Kamis (7/5). Untuknya, beberapa kendala yang ia alami kurang lebih berhubungan dengan sulitnya akses internet.

“Pas dipercaya sebagai Kasubag, kok pas munculnya wabah Covid-19 ini. Jadi kerjanya agak terhambat. Apalagi kalau jaringan pas lemot, akhirnya terputus-putus,” gundahnya.

Ia mengungkapkan, terdapat perbedaan situasi atas tanggung jawab yang kini diembannya. “Sebelumnya seperti kerja santai, yang penting kerja selesai. Setelah dijadikan Kasubag, menjadi sedikit beban karena ada tanggung jawab besar terutama dengan pimpinan,” ungkapnya.

Ahmad berharap, setelah wabah ini selesai semua yang terdampak dapat berjalan normal. Terutama pada ekonomi, dan pemerintahan di Indonesia.

“Harapan saya kegiatan ekonomi (maupun) politik dapat berjalan normal. Saya sebagai petugas baru dapat menjalankan tugas, karena saya masih belum tahu seperti apa kerja saya nanti,” tutupnya. (ina/bey/sii/len)



Kolom Komentar

Share this article