Civitas Academica Unmul Soroti Konten Berbasis Paras Mahasiswa di Media Sosial
Akun “ganteng–cantik” dinilai objektifikasi dan melanggar privasi mahasiswa
- 05 Nov 2025
- Komentar
- 28 Kali
Sumber Gambar: Instagram @sambaliung.corner
SKETSA - Media sosial sempat ramai dihebohkan dengan munculnya sejumlah akun yang mengunggah editan dengan menyoroti paras mahasiswa. Akun-akun ini bermunculan di berbagai universitas, salah satunya Unmul.
Hal ini menimbulkan respons yang berbeda-beda dari civitas academica. Pasalnya, tidak semua konten dibuat berdasarkan permintaan. Akun tersebut juga mengunggah editan foto meski tanpa persetujuan atau sepengetahuan pemilik foto terlebih dahulu.
Melalui instagramnya, Kelompok diskusi, kajian, riset hukum dan politik, Sambaliung Corner, menyerukan agar akun-akun tersebut segera ditutup. Sebab, akun-akun ini dianggap sebagai media yang mengobjektifikasi mahasiswa, di mana hanya mempertontonkan paras tanpa menyoroti prestasi maupun kontribusi mereka sebagai subjek yang aktif dan berdaya di kampus.
Dosen FISIP Unmul, Harry Isra Muhammad, turut membagikan pandangannya mengenai hal tersebut. Harry mengaku setuju bahwa apa yang dilakukan oleh akun-akun tersebut merupakan bagian dari objektifikasi. Sebab, melahirkan sebuah standar dan menciptakan proses sosial mengenai definisi cantik dan ganteng.
Hal ini juga dapat menimbulkan cyberbullying terhadap orang-orang yang berada di luar dari stereotip maupun konstruksi kecantikan yang diciptakan oleh akun @unmulganteng, @unmulcantik, dan sebagainya.
Tidak hanya itu, Harry juga mempertanyakan perihal persetujuan pemilik foto yang diunggah. Sebab, jika akun tersebut mengunggah konten dengan mengambil foto mahasiswa tanpa izin, maka akun tersebut melanggar hak privasi dan Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
“Kalau misalnya dia mengambil foto orang lain itu tanpa konsen, bahkan screenshot aja, kalau kita ga konsen, bisa dituntut,” ujarnya saat diwawancarai Sketsa, Selasa (28/10).
Tanpa Persetujuan dan Sepengetahuan
Mahasiswa Sastra Inggris FIB Unmul 2022, Erix Juvanta, menyatakan tidak tahu menahu saat foto dirinya menjadi salah satu konten yang diunggah oleh akun-akun tersebut. Ia justru baru tahu setelah salah satu temannya mengirimkan tautan video mengenai dirinya pada Group Chat WhatsApp.
Ia mengaku merasa lucu dan sedikit bangga sebab dianggap pantas untuk diekspos sebagai mahasiswa rupawan. Namun, ia juga cukup merasa dirugikan. Selain dijadikan sebagai wahana objektifikasi, ia dituding mengeluarkan biaya dan haus validasi oleh teman-teman di sekelilingnya.
“Kata temanku itu kita bisa request dengan cara bayar adminnya. Uang saya sudah habis ke koleksi kartu pokemon, tidak tersisa sepeserpun untuk membayar oknum di balik akun ‘instansi ganteng’ agar saya dapat validasi,” ujar Erix melalui pesan WhatsApp, Minggu (26/10).
Sama dengan apa yang Erix alami, Mawar (bukan nama sebenarnya) juga mengetahui bahwa dirinya diekspos di akun tersebut melalui tautan yang dibagikan temannya.
Mahasiswa FH Unmul itu mengaku sangat terganggu akibat konten tersebut. Selain akun pribadi media sosialnya menjadi ramai, ia juga merasa was-was dan khawatir saat berada di tempat umum.
Mawar juga menyayangkan penggunaan label “Unmul” sebagai nama akun tersebut. Hal ini dapat menimbulkan rasa tidak aman di lingkungan kampus akibat takut dijadikan objek konten tanpa adanya izin terlebih dahulu.
Keduanya berharap, hal ini tidak terjadi lagi ke depannya. Sebab, selain mengganggu privasi, kenyamanan mahasiswa juga terganggu. (myy/ali)