Berita Kampus

Berkas Dugaan Plagiat Tiga Dosen FISIP Akan Diuji di Kemenristekdikti

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unmul. (Sumber: prokal.co)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Kepada Bohari Yusuf, mahasiswa menyerahkan sebuah amplop berwarna cokelat berisi berkas yang disinyalir merupakan jurnal plagiat yang diolah oleh tiga dosen FISIP. Ada tiga jurnal yang dianggap hasil menjiplak.

Ketiga jurnal ini pernah diikutsertakan dalam konferensi internasional yang terlaksana di IAIN Samarinda, Februari silam. Semula jurnal tersebut dapat diakses sebelum akhirnya dihapus oleh pihak penyelenggara. Sementara menurut temuan dari tim Riset Agitasi dan Propaganda BEM FISIP dan MPM FISIP ada unsur plagiat terhadap jurnal karya dosen ini dengan skripsi mahasiswa.

Dekan FISIP Muhammad Noor, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Hairunnisa, dan dosen Administrasi Negara Hariati adalah tiga nama yang diduga melakukan plagiat.

“Kami melaporkan ini ke rektor dan Kemenristekdikti,” kata Andi Muhammad Akbar, Presiden BEM FISIP.

(Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/dekan-fisip-diduga-plagiat-skripsi-mahasiswa-mpm-fisip-ini-memalukan/baca)

Sementara itu, dengan berkas di tangannya, Bohari sebagai Wakil Rektor IV akan menyampaikan kasus ini ke Masjaya selaku rektor. Sebelumnya dalam drama pemilihan rektor 2018, Masjaya berhasil menjemput periode keduanya usai namanya terpilih secara aklamasi. Masjaya dijadwalkan akan dilantik pada Senin (22/10) mendatang.

“Pak Rektor membentuk tim, tentu saja dan ini plagiarisme ada tata cara untuk membuktikannya,” ujar Bohari.

(Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/aksi-respons-plagiarisme-berlanjut-jajaran-dekanat-fisip-gelar-pertemuan-tertutup/baca)

Bohari menerangkan berkas dugaan plagiat ini selanjutnya akan diuji menggunakan perangkat lunak yang bisa mengetahui kadar plagiat dan peranti lunak sejenis ini hanya dimiliki oleh Kemenristekdikti. Sehingga terpaksa, kata Bohari, kasus ini akan melibatkan Kemenristekdikti.

“Nah, kita akan bahas dulu di internal kita—di senat,” ujarnya.

Mengenai peranti lunak yang bisa mendeteksi plagiat sebetulnya sudah digencarkan di Unmul. Untuk setiap karya skripsi mahasiswa pasti akan melalui proses saring dokumen. Ini dilakukan di samping mahasiswa juga tetap membuat “pernyataan tidak plagiat”. Dalam klaimnya, Bohari menyebut setiap prodi di Unmul sudah memiliki perangkat lunak seperti ini dan adaah tugas prodi untuk mengecek.

“Ada banyak sekali software ini untuk plagiat. Tapi ini sudah terjadi, harusnya pihak penyelenggara conference punya saringan itu juga,” ucap Bohari.

Meski begitu, Bohari enggan disebut sedang menyalahkan panitia penyelenggara. Dalam hal ini, ia merasa panitia konferensi internasional di IAIN tidak diwajibkan untuk mengecek kadar plagiarisme. Alih-alih membebankan pengecekan jurnal kepada panitia, lebih elok bagi Bohari sebagai peneliti yang diperlihatkan justru kejujuran intelektual.

“Sehingga tentu saja tidak merepotkan panitia. Jadi saya bukan menyalahkan panitia,” tegasnya. (wal/adl)



Kolom Komentar

Share this article