Berita Kampus

Berantas Pungli S2 FEB, Perlu Ketegasan

Kasus pungutan liar (pungli) S2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) masih terus berlanjut. (Sumber foto: Fadiah Adlina)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Kasus pungutan liar S2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) masih terus berjalan. Baru-baru ini pihak Kelompok Kerja (Pokja) 30 menerima tanggapan dari Tetra Hidayati, Ketua Program Studi Magister Manajemen (MM).

Carolus Tuah, Ketua Pokja 30 menyampaikan perkembangan terbaru kepada Sketsa, Senin (9/1) lalu. Menurutnya, ada respons Tetra yang kurang memuaskan. Ia memperlihatkan surel dari Tetra yang ditujukan kepada salah satu anggota Pokja 30, Muhammad Sulaiman. Surel tersebut merupakan jawaban atas permintaan Sulaiman terkait permohonan informasi.

Dalam surel itu terdapat dua poin penting. Poin pertama, disebutkan bahwa kegiatan short course yang menjadi agenda rutin MM dilaksanakan berdasarkan ikatan MoU antara program MM dengan pihak UGM. Poin selanjutnya berisi penjelasan bahwa biaya kegiatan ini dibiayai secara mandiri oleh mahasiswa.

(Baca: http://sketsaunmul.co/berita-kampus/dugaan-pungli-dekan-feb-kami-sudah-ikuti-aturan/baca Juga: http://sketsaunmul.co/berita-kampus/dugaan-pungli-dekan-feb-kami-sudah-ikuti-aturan/baca)

“Dia (Tetra) seperti tidak menjawab apa pun. Itu saja penjelasannya melalui email. Dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa, artinya basisnya itu kesepakatan bersama antar mahasiswa. Tapi ini enggak, ada surat yang menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan wajib,” kata Carolus.

Ditambahkan Carolus, Sulaiman akan lanjut menyengketakan kembali jika permohonan data yang diminta tidak diberi. Pihak Pokja 30 telah memberi kelonggaran waktu dalam menyiapkan laporan pertanggungjawaban (LPJ) kegiatan short course.

“Katanya tidak mudah untuk mempersiapkan LPJ, kita tunggu. Tapi, jawabannya malah ini,” terangnya.

Carolus juga mengaku telah lama tidak bertemu dengan para pelapor. Mulanya secara alamiah banyak yang datang untuk mengadukan kasus ini. Namun, ketika diberikan pilihan untuk langkah selanjutnya, perlahan-lahan pihak pelapor menghilang satu per satu.

“Selanjutnya saya berencana bertemu dengan para pelapor untuk menanyakan langkah konkrit apa yang akan diambil,” ungkapnya.

Sebelumnya pihak Pokja 30 telah memberikan pilihan ke tangan para pelapor untuk menangani kasus ini. Pilihannya apakah ingin diperkarakan secara pidana atau para pelapor secara serius terlibat dalam perbaikan. Mereka memilih pilihan pertama dengan memperkarakan kasus ini.

Menurutnya, jika para pelapor masih setia dengan komitmen awal, maka strategi yang digunakan harus diubah. Tidak bisa hanya sekadar mendesak meminta laporan pertanggungjawaban, melainkan bisa dengan mengatur jadwal pertemuan dengan pihak birokrat kampus.

Selain itu ia dan anggotanya, Muhammad Sulaiman belum dapat mengatur strategi baru disebabkan kesibukan masing-masing. Pihak media arus utama yang selama ini ikut mendukung aksi ini juga memilih untuk cooling down, sehingga menyebabkan kasus ini terkesan adem ayem.

Hal lain yang mendukung kasus ini menjadi mengendap, menurut Carolus, ialah pasifnya pihak kampus menanggapi kasus ini. “Problem lainnya, tubuh FEB tidak ada desakan. Pihak kampus juga diam, bungkam,” ujarnya. (adl/wal)



Kolom Komentar

Share this article