Berita Kampus

BEM Teknik Gelar Aksi Pencerdasan “Panggung Mahasiswa”

BEM Teknik Gelar Aksi Pencerdasan “Panggung Mahasiswa” pada Senin, (19/8) lalu.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: Istimewa

SKETSA – Tepat di depan Gedung Hexagon Fakultas Teknik (FT), sekumpulan mahasiswa membentuk barisan dan membentangkan spanduk bertuliskan “Panggung Mahasiswa”. Berbagai jargon pun didengungkan. Sementara itu, terdapat mahasiswa baru yang sedang melaksanakan kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) 2019.

Senin (19/8) lalu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik menyelenggarakan aksi yang bertajuk Panggung Mahasiswa. Aksi ini dilaksanakan karena memiliki tujuan khusus. Kepala Departemen Advokasi dan Kajian Aksi  Leonardo Gusty menuturkan bahwa aksi ini merupakan tempat untuk menyuarakan aspirasi mahasiswa terkait permasalahan yang ada di FT.

“Jadi, banyak masalah turunan dari tahun ke tahun yang enggak terselesaikan. Kita ingin mahasiswa baru 2019 nantinya tidak merasakan hal yang sama,” tuturnya.

Kepada Sketsa, Gusty memaparkan ada 4 pokok permasalahan yang disampaikan dalam aksi kali ini. Pertama terkait dengan pelayanan birokrasi. Berbekal data hasil wawancara terhadap beberapa mahasiswa dari berbagai jurusan, FT yang memiliki standar penjaminan mutu layanan akademik perguruan tinggi ISO 9001 disebut berbanding terbalik dengan kepuasan pelayanan akademik. Di mana banyak keluhan terkait urusan akademik dalam mengurus Kartu Rencana Studi (KRS), berkas untuk ikut perlombaan, beasiswa, dan sebagainya.

Kedua terkait kegiatan belajar mengajar. Ia menyebutkan bahwa minimnya dosen yang tersedia tidak sejalan dengan banyaknya mahasiswa teknik. Dalam aktivitas belajar mengajar bisa terdapat 60 mahasiswa dengan satu dosen di dalamnya. Dari hal tersebut, terdapat berbagai permasalahan akademis, salah satunya ialah dosen yang tidak pernah menghadiri kelas selama satu semester. “Dosen nggak masuk sama sekali itu ada, jadi hanya memberikan tugas,” ucapnya.

Ketiga ialah permasalahan fasilitas kampus. Dengan biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang besar, tidak sebanding dengan fasilitas yang didapat. Sebagai contohnya adalah fasilitas di laboratorium yang kurang memadai. Walaupun permasalahan ini telah dikomunikasikan kepada kepala laboratorium dan fakultas, usaha tersebut tidak membuahkan hasil.

“Jadi seperti dilempar-lempar. Kami menanyakan ini kepada fakultas namun mereka mengatakan bahwa ini adalah ranah kepala lab, dan kepala labnya pun sampai sekarang sedang sibuk mengurus kegiatan PKKMB,” jelas mahasiswa Teknik Elektro 2016 tersebut.

Poin terakhir adalah terkait pembatasan kegiatan kemahasiswaan. Sebagai pelaku organisatoris, Gusty merasa adanya perlakuan yang berbeda dari fakultas terhadap lembaga internal. Mengurus kegiatan kemahasiswaan dinilai sangat dipersulit ketika berhadapan dengan fakultas. Berbeda ketika fakultas mengadakan kegiatan yang dibantu mahasiswa, dapat dipastikan berjalan mulus. Hal ini sejalan dengan kegiatan PKKMB, bahwa panitia berasal dari delegasi setiap jurusan dan kepanitiaan tidak melibatkan BEM.

“Sekarang yang ditanyakan apakah kegiatan ini berjalan lancar kalau dijalankan fakultas dan dipersulit kalau dijalankan oleh mahasiswa?” keluh Gusty.

Tidak hanya BEM, beberapa lembaga mahasiswa internal juga turut mengisi aksi ini dengan pembacaan orasi. “Ini adalah panggung mahasiswa, terbuka untuk seluruh mahasiswa yang mau menyuarakan pendapatnya,” tukasnya.

Selaku koordinator lapangan, Gusty menjelaskan bahwa aksi hari ini tidak ada audiensi dengan fakultas namun poin-poin yang dibawakan akan terus didiskusikan agar fakultas bisa melihat dan ada perubahan positif terkait permasalahan tersebut.

“Aksi pencerdasan ini bukan hanya sebatas panggung mahasiswa. Harapannya mahasiswa teknik dapat membuka pikirannya tentang apa yang kami lakukan hari ini. Dan goals-nya ada kebijakan konkret dari fakultas,” tutupnya. (arr/hlm/rpi/fqh)



Kolom Komentar

Share this article