Berita Kampus

Aksi Tolak Pabrik Semen, Mahasiswa Ricuh dengan Aparat

Massa terlibat bentrok dengan aparat kepolisian.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


(Sketsa/Fadiah Adlina)

SKETSA – Ratusan mahasiswa kemarin siang (25/3) memadati halaman Kantor Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim). Mereka yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Karst (AMPK) Kaltim, sebelumnya melakukan longmars dari titik kumpul di Museum Samarinda menuju titik aksi. Bertajuk “Kaltim Tolak Pabrik Semen”, massa aksi berasal dari mahasiswa berbagai daerah di Kaltim. Sebanyak enam tuntutan dilayangkan untuk pemerintah provinisi.

Kedatangan massa aksi disambut penjagaan ketat oleh aparat kepolisian. Dalam orasi yang dilakukan oleh tiap perwakilan massa, mereka menyerukan tuntutannya. Pertama, menolak pembangunan pabrik semen di Kaltim. Kedua, menolak segala bentuk eksploitasi yang merusak alam. Ketiga, memberikan hak atas tanah untuk mengembangkan ekonomi terbarukan yang ramah lingkungan. Keempat, menolak Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kaltim. Menolak segala bentuk kriminalisasi gerakan rakyat. Mencabut semua Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang ada di kawasan karst Sangkulirang Mangkalihat.

Ditemui saat aksi, Andi Muhammad Akbar Humas aksi mengatakan bahwa AMPK Kaltim dalam aksi itu terdiri dari berbagai organisasi yang berada di Kaltim. Sekitar 54 organisasi hadir dengan perkiraan lima ratus massa. Jika tuntutan yang dibawa tidak dipenuhi, rencananya akan dilakukan aksi lanjutan dengan massa lebih besar.

“Kita akan memberikan waktu tujuh hari, kepada pemprov untuk segera mencabut izin pertambangan yang hari ini diberikan di Kutai Timur dan Berau. Ketika hal itu tidak diindahkan, kita akan menurunkan massa aksi lebih banyak lagi. Menandakan Pemprov Kaltim tidak berpihak terhadap rakyat, tapi terhadap investor asing yang merusak kawasan Kaltim,” ujarnya.

Setelah cukup lama aksi berlangsung, suasana semakin memanas. Massa menuntut untuk bertemu dengan Gubernur Kaltim, Isran Noor. Mereka mendorong pagar dan berusaha masuk ke dalam kantor. Mahasiswa dan aparat kepolisian terlibat baku hantam. Tak elak situasi menjadi ricuh hingga akhirnya terjadi insiden pelemparan batu dan berbagai benda lainnya ke dalam Kantor Gubernur, korban berjatuhan. Berdasarkan pantauan Sketsa, dua aparat kepolisian harus mendapatkan penagangan khusus akibat terkena lemparan batu. Begitu juga dengan massa aksi, ada yang mengalami luka hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Selama aksi tersebut berjalan, akses lalu lintas ditutup dan dialihkan.

Aksi ini merupakan respons dari pertemuan Pemprov Kaltim dengan Pemprov Zheijang untuk merencanakan pembangunan pabrik semen di Kutai Timur. Diperkirakan pembangunan pabrik semen ini membutuhkan biaya sebesar Rp14 triliun dengan 1.000 tenaga kerja, diperkirakan kapasitas produksi dapat mencapai 8 ton/tahun. Selain itu, perencanaan yang sama akan dilakukan di kawasan karst Sangkulirang Mangkalihat.

Tanggapan Gubernur Soal Penolakan

Sementara, di dalam Kantor Gubernur Kaltim, Isran Noor memberikan tanggapannya terkait penolakan yang dilakukan oleh massa aksi. Menurutnya, apa yang dilakukan sudah sesuai dengan permintaan massa aksi. “Enggak apa-apa, di dengarkan aja. Bagus aja itu. Minta didengarkan gubernur, saya sudah dengarkan dari tadi di atas,” ujarnya.

Rencananya realisasi pembangunan akan dilakukan dalam waktu dekat. Terkait kawasan karst yang menjadi persoalan, Isran menilai pembangunan tidak dilakukan di kawasan karst. “Mereka banyak yang enggak paham, itu bukan karst. Kalau karst itu di Sandaran, kalau yang itu (tempat yang direncanakan) itu enggak,” pungkasnya. (adl/wil)



Kolom Komentar

Share this article